14 research outputs found
Kemampuan Pigmen Karoten dan Xantofil Mikroalga Porphyridium Crunetum sebagai Antioksidan pada Domba
. Xanthophyll and carotene is a carotenoid group that has potential as an antioxidant and has been reported carotenoids can be synthesized by microalgae P. cruentum. This study aimed to test the potential carotene and xantofil of P. cruentum as an antioxidant, by measuring of malondialdehyde (MDA) and superoxide dismutase (SOD) on sheep red blood cells by oxidative stress. Measurement of MDA using the thiobarbituric acid reactive substance (TBARS) which is based on the reaction between two molecules of TBA with one molecule under acidic conditions. SOD activity measurements with Adenochrom Assay method that is based on the ability of SOD inhibits autooxidation of epinephrine under alkaline conditions. Concentration of carotene used is 0.6; 6; 60 mg/mL and a positive control (vitamin E), while the concentration of xantophyl was 0.8; 8; 80 mg/mL and a positive control (vitamin C).The results showed that MDA levels in sheep red blood cells given carotene pigment were 0.78 ± 0.02 nmol/ml (0.6 μg/mL); 0.34 ± 0.04 nmol/mL (6 μg/mL); 0.15 ± 0.04 (60 μg/mL), and those given xantophyll pigment were 0.64 ± 0.04 nmol/mL (0.8 μg/ml); 0.6 ± 0.06 nmol/mL (8 μg/mL); 0.52 ± 0.04 nmol/mL (80 μg/mL).While the activity of SOD on sheep red blood cells given carotene pigment are 31.53 ± 1.98 unit/mL (0.6 μg/mL); 39.16 ± 1.2 (6 μg/mL); 48.1 ± 0.46 unit/mL (60 μg/mL) and given xantophyll pigment of 29.17 ± 1.2 unit/mL (0.8 μg/ml); 37.32 ± 0.79 unit/mL (8 μg/mL); 42.58 ± 1.2 unit/mL (80 μg/mL). The result of statistical test using SPSS 16 concluded that use of carotene and xantophyllin sheep red blood cell that were given oxidative stress can decrease MDA level and increase the activity of SOD. This proves that carotene and xantophyll pigments of P. cruentumhave the ability as antioxidant
Potensi Asam Lemak Dari Mikroalga Nannochloropsis SP Sebagai Antioksidan Dan Antibakteri
- In Indonesia, the use of microalgae is still lacking, therefore, the antibacterial and antioxidant activity of the extract fatty acids from microalgae Nannochloropsis sp. Nannochloropsis sp biomass. extracted by soxhletasi with petroleum ether and ethanol, whereas the fatty acid extraction method by Indonesian National Standard. Antibacterial activity by disc diffusion method and antioxidant activity using the method of reduction of free radicals (DPPH). The results showed that the petroleum ether extract showed antibacterial and antioxidant activity better than the ethanol extract. The results of the identification of fatty acids in petroleum ether extract was dodecanoic acid (18.88%), while the ethanol extract was hexadecanoic acid (14.02%)
Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Aktif secara Maserasi dan Digesti dalam Berbagai Pelarut dari Mikroalga Dunaliella Salina
Telah dilakukan uji aktivitas antibakteri dan identifikasi senyawa aktif yang terkandung dalam mikroalga Dunaliella salina. Sebanyak 20 g biomasa kering Dunaliella salina masing-masing diekstraksi menggunakan pelarut petroleum eter, aseton, dan etanol dengan cara maserasi dan digesti. Uji aktivitas antibakteri menggunakan difusi cara cakram dengan bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, sedangkan identifikasi senyawa aktif menggunakan KG-SM (Kromatografi Gas-Spektrometer Massa). Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa, semua ekstrak Dunaliella salina mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji dan zona terbesar ditunjukkan pada ekstrak etanol, baik secara maserasi maupun digesti. Hasil identifikasi dengan KG-SM menunjukkan bahwa senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak etanol adalah Asam Heksadekanoat, Asam. 9,12- oktadekadienoat, Asam. 9,12-metil ester oktadekadienoat, Neophytadiena, Phytol, dan Asam. 8,11-metil ester oktadekadieoat
Aktivitas Antibakteri dan Identifikasi Senyawa Kimia Asam Lemak dari Mikroalga Lyngbya SP. - (Antibacterial Activity And Fatty Acid Compounds Identification From Microalgae Lyngbya SP.)
Fatty acid has biological activity to terminate or inhibit the growth of pathogenic bacteria. Lyngbya sp. is one of microalgae that producing fatty acid. This study aims to obtain a compound with antibacterial activity from Lyngbya sp. The extraction method used specifically to isolate fatty acid with dichloromethane solvents. The A, B and C extracts were tested its antibacterial activity using diffusion method with paper disc. The C extract which most active was fractionated using SiO2 column chromatography, dichlromethane-ethyl acetate (1:1). The result then tested against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Fraction that had antibacterial activity with highest inhibition zone was identified using Gas Chromatography Mass Spectrometry. The 16th fraction of the C extract had the highest antibacterial activity with inhibition zone of 30.30 mm. The identification of 16th fraction showed it was phthalic acid (bis(2-ethylhexyl) phatalate 1.2 benzene dicarboxylic acid) with retention time 19.73 minutes which classified as fatty acid
Hidrolisis Biomassa Mikroalga Porphyridium Cruentum Menggunakan Asam (H2SO4 dan HNO3) dalam Produksi Bioetanol
Porphyridium cruentum ada salah satu jenis mikroalga uniseluler dari kelas Rhodophyceae yang memiliki karbohidrat. Kandungan karbohidratnya yang tinggi, sehingga mikroalga ini berpotensi sebagai sumber bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses hidrolisis biomasa P. cruentum menggunakan asam untuk menghasilkan bioetanol. Biomassa P. cruentum dihidrolisis dengan menggunakan 2 jenis asam yaitu HNO3 dan H2SO4. Variasi konsentrasi asam yang digunakan adalah 1%; 2% dan 3%, pada suhu 100 oC selama 60 menit. Fermentasi dilakukan selama 5 hari dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Analisis karbohidrat menggunakan metoda fenol sulfat, gula pereduksi menggunakan metoda DNS, sedangkan analisis kadar etanol menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Hasil dari studi ini, kandungan karbohidrat P. cruentum diperoleh sebesar 22,82%. Semakin tinggi konsentrasi asam yang digunakan, semakin tinggi pula kadar gula reduksi yang diperoleh. Kadar etanol dari biomasa yang dihidrolisis menggunakan H2SO4 maksimum dicapai pada konsentrasi 1% H2SO4 yaitu 34,5% dan dicapai pada hari ke-4, sedangkan biomassa yang dihidrolisis dengan HNO3 maksimum dicapai pada konsentrasi 2% yaitu sebesar 14,83% pada hari ke-2. Penggunaan konsentrasi asam yang rendah dapat mengurangi efek negatif terhadap lingkungan. Mikroalga P. cruentum yang mengandung karbohidrat 22,82% dapat dijadikan sebagai salah satu bahan baku untuk menghasilkan bioetanol yang berkelanjutan
Identifikasi Senyawa Aktif dan Toksisitas Hayati Ekstrak N-heksana, Etil Asetat dan Etanol Mikroalga Tetraselmis Chuii secara Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Tetraselmis chuii adalah salah satu jenis mikroalga yang termasuk ke dalam kelas Chlorophyceae, dan mempunyai prospek sebagai penghasil senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif ini bermanfaat sebagai antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, antitumor, antikanker dan lain-lain. Salah satu cara untuk mengetahui potensi suatu senyawa sebagai alternatif obat baru adalah dengan melakukan uji toksisitas hayati menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Senyawa bioaktif diisolasi dengan cara diekstraksi menggunakan metode sokletasi. Pelarut yang digunakan dengan berbagai tingkat kepolaran yaitu n-heksana (non polar), etil asetat (semi polar) dan etanol.(polar). Uji toksisitas dilakukan terhadap larva udang Artemia salina Leach dengan menghitung nilai LC50. Identifikasi senyawa dengan menggunakan Kromatografi Gas Spektrofotometer Massa (KG-SM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa toksisitas hayati dari ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol dengan nilai LC50 secara berturut-turut adalah 39,30 ppm (n-heksana); 38,53 ppm (etil asetat); 239,12ppm (etanol). Tahap selanjutnya ekstrak n-heksana dan etil asetat dilakukan fraksinasi dan penyederhanaan fraksi. Pada ekstrak n-heksana diperoleh 4 fraksi, sedangkan eksrak etil asetat diperoleh 6 fraksi. T0ikoksisitas hayati pada fraksi n-heksana adalah fraksi no 2 dengan nilai LC50 sebesar 32,61 ppm, sedangkan pada ekstrak etil asetat nilai LC50 tertinggi diperoleh dari fraksi no 1 yaitu 38,44 ppm. Hasil identifikasi senyawa dengan KG-SM pada fraksi no. 2 ekstrak n-heksana mengandung Phytol 2 – Hexadecen – 1 – ol 3,7,11,15 – tetramethyl dan 1,2 Benzendicarboxylic acid, mono (2 – ethylhexyl) ester, sedangkan fraksi no. 1 ekstrak etil asetat mengandung 1,2 Benzendicarboxylic acid, bis (2-ethylhexyl) ester. Berdasarkan hasil yang diperoleh, ekstrak n-heksana dan etil asetat dari T. chuii bersifat toksik dan berpotensi sebagai salah satu alternatif obat antikanker yang bersifat alami
Identifikasi Senyawa, Uji Aktivitas Antimikroba dan Antioksidan Ekstrak A, B dan C dari Mikroalga Chlorella Vulgaris
Chlorella vulgaris adalah salah satu jenis mikroalga yang memilikisenyawa bioaktif seperti fenol, asam lemak, dan pigmen yang berpotensi sebagaiantimikroba dan antioksidan. Biomassa yang diekstraksi dengan etanol, metanol,Butanol dan dimetil sulfoksida memiliki aktivitas sebagai antioksidan danantimikroba. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode ekstraksibertingkat dengan beberapa pelarut organik. Aktivitas antioksidan dianalisisdengan metode radikal bebas (ABTS), sedangkan aktivitas antimikrobamenggunakan metode difusi cakram kertas. Mikroba yang digunakan adalahStaphylococcus aureus, Escherichia coli, Bacillus subtilis dan Candida albicans.Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 3 jenis ekstrak organik yaitu ekstrak A, Bdan C. Semua ekstrak menunjukkan zona hambat terhadap semua mikroba danzona terbesar ditunjukkan pada ekstrak C. Aktivitas antioksidan tertinggiditunjukkan pada ekstrak C dengan nilai IC50 80,9 ppm. Identifikasi senyawamenunjukkan bahwa semua ekstrak mengandung senyawa asam lemak, sepertiasam hexadecanoic dan asam oktadekadienoik dan memiliki potensi sebagaiantimikroba dan antioksidan
Potency of Endo-Exopolysaccharide From Porphyridium Cruentum (S.F.Gray) Nägeli as Antioxidant (DPPH) and Biological Toxicity (BSLT)
Sources of antioxidants are abundant in nature, one of which is derived from microalgae. Microalgae species that have potentially to be developed as a producer of antioxidant compounds is Porphyridium cruentum (S.F.Gray) Nägeli. P. cruentum is a red microalga (Rhodophyceae) and has been known as polysaccharides producer (exopolysaccharide and endopolysaccharide) and as an antioxidant. This study aims to determine antioxidant activity of the extracts and biological toxicity of endo- and exopolysaccharide P. cruentum. The antioxidant activity use reduction method of free radicals (DPPH), whereas toxicity uses Brine Shrimp Lethality Test. (BSLT). The result shows that there is an antioxidant activity with IC50 value of 50.586 5 mg · kg–1 (exopolysaccharide) and 145.998 8 mg · kg–1 (endopolysaccharide). In addition, the result indicates the toxic nature of the Artemia salina Leach. with LC50 values of 513.175 1 mg · kg–1 (exopolysaccharide) and 521.823 3 mg · kg–1 (endopolysaccharide). Therefore, endo- and exopolysaccharide produced by P. cruentum suitable to be used as an alternative source of natural antioxidants and potential for further developed as antitumor drugs