34 research outputs found
EDUKASI PELABELAN KEMASAN PRODUK BAGI KARYAWAN TOKO RITEL MODERN DI KOTA PALEMBANG
ABSTRAKiTahun 2018, di Palembang banyak berdiri toko ritel modern khususnya yang berada di bawah koperasi Syariah 212. Ada 20 toko yang berdiri pada tahun tersebut dan tersebar di dalam kota Palembang dan beberapa toko di luar kota Palembang. Hal ini tentu dibutuhkan pekerja layanan yang memahami bagaimana pengelolaan barang ritel hususnya pelabelan kemasan produk pangan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kurangnya pemahaman dari pekerja layanan mengakibatkan banyaknya keluhan konsumen. Tentu ini sangat merugikan baik pihak pemilik toko maupun konsumennya. Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para pengelola ritel modern terhadap pelabelan pada kemasan produk. Kegiatan edukasiidiikuti oleh para pengelola toko yang terdiri dari pelayan, kasir, supervisor dan kepala toko ritel modern 212 yang ada di kota Palembang dan sekitarnya. Kegiatan dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan praktek di toko ritel. Materi yang diberikan meliputi seluruh informasi yang terdapat dalam kemasan produk pangan, sesuai dengan peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 31 tahun 2018 tentang label pangan olahan. Pengetahuan peserta meningkat secara signifikan setelah diberikan pembelajaran. Kata kunci: edukasi; pelebelan; ritel ABSTRACT2018, there are many modern retail stores n Palem In 2018, there were many modern retail stores in Palembang, especially those under the Sharia 212 cooperative. There were 20 stores that were established that year and spread across the city of Palembang and several shops outside the city of Palembang. This of course requires service workers who understand how to manage retail goods, especially labeling food product packaging in accordance with applicable regulations. Lack of understanding from service workers resulted in many consumer complaints. Of course this is very detrimental to both shop owners and consumers. The activity aims to increase the understanding of modern retail managers on labeling on product packaging. Educational activities were followed by store managers consisting of waiters, cashiers, supervisors and heads of modern retail stores 212 in the city of Palembang and its surroundings. Activities are carried out using lecture, discussion and practice methods in retail stores. The material provided includes all information contained in food product packaging, in accordance with the regulation of the drug and food regulatory agency number 31 of 2018 concerning processed food labels. Participants' knowledge increased significantly after being given the lesson. Keywords: education; labeling; retai
KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLPETIK PEMPEK LENJER KECIL KERING DENGAN PERLAKUAN KONSENTRASI CaCl2
As an authentic food of Palembang people in South Sumatera Province, pempek is famous local food caused of unique color (yellowish-white color), flavor (fishy flavor), and chewy texture. Pempek as semi-wet food that can be dried to decrease water content and increase the shelf life. Dried pempek has a lighter and smaller volume material and making it easier to distribute and expand marketing. Pempek can be prepared from ground fish (cork fish), tapioca flour, salt, and water. These ingredients are mixed to form a dough. Pempek dough can be formed into a small pempek, such as lenjer, pastel, otak-otak, adaan, keriting, and kapal selam. Pempek is generally has a wet form. Wet pempek has a high water content of 50-60%, so it had shelf life about 3-4 days. Therefore, wet pempek must be dried to make it long shelf life. The aim of the research was to know about small dried pempek lenjer characteristic based on various addition of CaCl2. The treatment of various CaCl2 concentrations has a very significant effect on water content and protein content (chemical value) and significantly influence the organoleptic properties (aroma, color, and taste) of the dried pempek lenjer. The 1.5% concentration of CaCl2 (C3) treatment has the highest average level of likeness on aroma 3.75, color 3.90, and taste 3.95 with preferred criteria on a dried pempek lenjer.
Keywords: chemical, organoleptic, small dried pempek lenje
PENGARUH WAKTU SIMPAN DAN BERBAGAI JENIS MINYAK PADA PROSES PELUMURAN TERHADAP SIFAT KIMIA PEMPEK
Pempek merupakan makanan tradisional khas kota palembang. Pempek merupakan produk olahan yang terbuat dari beberapa bahan pangan seperti tepung tapioka, daging ikan giling, air, garam, dan bumbu-bumbu lainnya bila diperlukan untuk menambah cita rasa. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu simpan dan berbagai jenis minyak pada proses pelumuran minyak terhadap sifat fisik dan kimia pempek. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang dan di PT. Bina Sawit Makmur Palembang. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (split plot design) dengan sembilan kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Faktor perlakuan yang diamati petak utama yaitu waktu simpan antara lain W1 = 0 hari, W2 = 5 hari dan W3 = 10 hari dan anak petak yaitu jenis minyak antara lain M1 = Minyak sawit, M2 = Minyak kelapa dan M3 = Minyak zaitun. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah uji kimia yaitu meliputi kadar air dan kadar protein. Berdasarkan hasil analisis kadar air tertinggi pada interaksi perlakuan W1M2 (waktu simpan satu hari dengan jenis minyak kelapa) dengan nilai rata-rata 60,016% dan terendah pada interaksi perlakuan W3M1 (waktu simpan sepuluh hari dengan jenis minyak sawit). Kadar protein tertinggi pada interaksi perlakuan W1M2 (waktu simpan satu hari dengan jenis minyak kelapa) dengan nilai rata-rata 10,24% dan terendah pada interaksi perlakuan W3M1 (waktu simpan sepuluh hari dengan jenis minyak sawit) dengan nilai rata-rata 8,37%
PENINGKATAN UMUR SIMPAN CABAI MERAH KERITING DENGAN COATING LARUTAN GEL LIDAH BUAYA
Cabai merah keriting termasuk bahan pangan yang bersifat perishable food dan mudah mengalami kelayuan akibat respirasi dan transpirasi sehingga cenderung mudah rusak dan busuk.diperlukan teknologi pengolahan yang dapat mempertahankan kesegaran dan umur simpan cabai merah, salah satunya dengan coating senyawa yang mengandung antibakteri dan dapat membungkus atau menutup pori-pori bahan, seperti edible coating. Salah satunya gel lidah buaya.metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok non faktorial dengan 4 perlakuan yaitu tanpa coating lidah buaya (L0), 100% Gel lidah buaya (L1), 80% gel lidah buaya (L2) dan 60% gel lidah buaya (L3), kemudian simpan dalam kemasan plastik PE di suhu ruang selam 8 hari dengan 3 kali ulangan. Parameter yang diamati meliputi uji kadar air, analisis vitamin C dan uji ranking tingkat kesegaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air terendah terdapat pada L3 yaitu 71,28% , sedangkan L0 sekitar 66,61 %.kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakun L1 yaitu sebanyak 11,92% sedangkan L0 sebesar 4,47%. Konsentrasi gel lidah buaya sevbagai coating berpengaruh nyata terhadap tingkat kesegaran cabai merah keriting dengan tingkat kesegaran paling tinggi diperoleh pada perlakuan L1
PELATIHAN PEMBUATAN CUKO PEMPEK PALEMBANG DENGAN BAHAN ASAM DARI SARI JERUK KUNCI
Cuko pempek merupakan pelengkap untuk mengkonsumsi pempek. Pempek terbuat dari bahan-bahan seperti ikan, tepung tapioka, garam, dan air yang merupakan makanan khas Kota Palembang sehingga Kota Palembang dijuluki sebagai kota pempek. Cuko pempek terdiri dari beberapa bahan seperti gula aren, cabe rawit, bawang putih, air, asam, tongcai, dan ebi. Asam dari cuko pempek dapat berasal dari jeruk kunci. Masyarakat atau ibu-ibu PKK di RT 6 Kelurahan Suka Mulya Kecamatan Sematang Borang belum menggunakan jeruk kunci sebagai bahan sumber asam dari cuko pempek. Pengabdian ini bertujuan agar masyarakat memanfaatkan bahan yang tersedia dan segar seperti jeruk serta meningkatkan cita rasa dan gizi dalam cuko pempek. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah dalam bentuk penyuluhan dengan diberi beberapa materi terkait gizi dalam cuko pempek dan pelatihan atau praktek pembuatan cuko pempek yang berbahan asam dari jeruk kunci. Hasil dari pengabdian ini adalah masyarakat berpartisipasi aktif dalam pelatihan pembuatan cuko pempek dan masyarakat menjadi lebih paham tentang pengolahan pangan, nilai gizi, dan cara memilih buah jeruk kunci yang baik sebagai bahan pembuatan cuko pempek
Penerapan Teknologi Penilaian Kualitas Air sebagai Habitat Hidup Ikan dan Manfaat Hasil Nilai Gizi Ikan
Tubuh mahluk hidup memerlukan zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air yang harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti ikan. Umumnya masyarakat mendapatkan ikan konsumsi dengan membeli di pasar dan hanya sedikit dari hasil tangkapan di alam. Permintaan akan ikan sangat tinggi sehingga kegiatan budidaya merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenuhi permintaan masyarakat. Penerapan teknologi dalam penilaian kualitas air untuk budidaya ikan harus dilakukan karena dapat membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan ikan yang optimum. Tujuan pengabdian kepada masyarakat di Kampung Talang Jawa Kecamatan Gandus Palembang adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat pentingnya makan ikan karena manfaat dan kandungan nilai gizi ikan, memberikan informasi penilaian kualitas air dalam melakukan kegiatan budidaya ikan dan bagaimana pengoperasian alat kualitas air dilapangan serta solusi dalam memperbaiki kualitas perairan sebagai habiatat hidup ikan. Hasil pengabdian menunjukkan masyarakat antusias dalam mengikuti kegiatan, paham akan nilai kualitas air yang baik untuk kegiatan budidaya ikan, masyarakat memahami pentingnya nilai gizi ikan untuk tubuh, dan solusi dalam membudidayakan ikan
Mutu organoleptik pempek ikan tongkol (Euthynnus affinis) dengan penambahan albumin
Sumatera Selatan, khususnya Kota Palembang memiliki kuliner yang khas dan telah menjadi ikon daerah, yaitu pempek yang diolah secara tradisional. Salah satu jenis ikan yang ekonomis untuk membuat pempek adalah ikan tongkol. Namun, pempek ikan tongkol memiliki tekstur yang kurang kenyal dan warna cenderung gelap, bahkan kehitaman. Oleh sebab itu, perlu ditambahkan bahan lain untuk memperbaiki mutu organoleptiknya. Penelitian faktor tunggal (kadar albumin) menggunakan metode RAK non faktorial dengan tiga perlakuan, yaitu pempek ikan tongkol dengan 5, 10, dan 15% albumin. Pempek ikan gabus digunakan sebagai kontrol pembanding. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Parameter yang diamati adalah sifat organoleptik untuk aroma, warna, rasa dan tingkat kekenyalan pempek ikan tongkol dibandingkan dengan pempek ikan gabus menggunakan uji sensoris pembanding jamak. Data dianalisis dengan Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan albumin sampai dengan 15% pada pengolahan pempek ikan tongkol memberikan respons organoleptik berbeda tidak nyata untuk rasa, dan aroma pempek ikan gabus, tetapi berbeda nyata untuk warna dan kekenyalan. Penambahan albumin pada pembuatan pempek ikan tongkol belum dapat memperbaiki respons organoleptik untuk kekenyalan pempek setara dengan pempek ikan Gabus. Penambahan 5-10% albumin direkomendasikan dalam pengolahan pempek ikan tongkol untuk mendapatkan respons organoleptik hedonik yang mirip dengan pempek ikan gabus
Karakteristik Kimia dan Fisikia Pempek Lenjer dengan Perbandingan Ikan Seluang dan Metode Pemasakan
The scarcity of belida fish and snakehead fish as raw materials for pempek is due to the not-yet-optimal cultivation efforts being carried out, and belida fish are protected or prohibited from being caught, causing the price of these fish more expensive. Pempek entrepreneurs replace it with sea fish such as mackerel, parang-parang fish, and other types of sea fish, but the taste and aroma of the pempek produced are slightly fishy. This problem causes the need to use alternative freshwater fish, including seluang fish. The method of solving the problem is to research making pempek with a ratio of seluang fish consisting of (S1) = 40% seluang fish: 60% tapioca flour, (S2) = 50% seluang fish: 50% tapioca flour, (S3) = seluang fish 60%: 40% tapioca flour with the cooking method (M1) = steaming method and M2 = boiling method. The results of research on the average pempek protein content ranged from3.23% to 8.51%, fat content from 2.10% to 4.44%, calcium levels from 157.33 mg/10 g to 224.00 mg/100 g, and the average elasticity from 0.4 gF to 2.10 gF. The conclusion of the research results showed that pempek lenjer with a ratio of seluang S3 (60% seluang fish with 40% tapioca flour) and cooking method M1 (steaming) had a very significant effect on protein content, fat content, calcium levels, and elasticity. The highest protein, fat, and calcium content, respectively 8.51%, 4.44%, and 224 mg/100 g, were found in S3M1 (60% seluang fish with 40% tapioca flour and boiling method). In comparison, the highest chewiness was in S1M1 (40% seluang fish with 60% tapioca flour and steaming)
PENGARUH KONSENTRASI DAN BAGIAN TEPUNG BATANG, DAUN DAN BUNGA KECOMBRANG (Nicolaia spesiosa Horan) TERHADAP JUMLAH MIKROBA CUKO PEMPEK SELAMA PENYIMPANAN
The aims of research to determined the total microbial of cuko pempek by preservatives such as flour stems, leaves and flowers kecombrang and to determine the organoleptic properties of the color, flavor and aroma cuko pempek before and after 12 days of storage. This research has been conducted in labaratorium Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah Palembang and the laboratory of Research and Industry Standards Palembang in July until August 2016. This study uses a randomized block design (RAK) arranged as factorial with the addition of flour treatment factor stems, leaves and flowers kecombrang on making cuko pempek which consists of three groups and consists of nine treatment factors were repeated three times. The parameters were observed in the study include chemical analysis (pH), microbiological (TPC and Gram Strain) and organoleptic (color, taste and aroma) cuko pempek based preference level using hedonic scale. Concentration flour stems, leaves and flowers kecombrang very significant effect on the number of microbes and organoleptic cuko pempek after storage. Treatment K3C3 (flour interest kecombrang 3%) had the lowest total microbes after 12 days of storage with the value of the average 1,10x 10² sel/g. best value preference level of the color, flavor and aroma cuko pempek after 12 days of storage are in treatment K3C3 (flour flower kecombrang 3%) with the average value color 3,55, flavor 4,00 dan aroma 3,75
MEMPELAJARI FREKUENSI PENCUCIAN SURIMI TERHADAP NILAI SENSORIS PEMPEK IKAN TENGGIRI PASIR (Scomberomorus guttatus) YANG DIHASILKAN
ABSTRACT This study aims to determine the frequency of washing on the sensory value of pempek mackerel sand (Scomberomorus guttatus) produced. This research was carried out in the laboratory of the Faculty of Agriculture, Palembang Muhammadiyah University and the Palembang Industrial Research and Standardization Center from May 2018 to August 2018.This study used an experimental method that uses a non factorial randomized block design. The washing frequency had very significant effect on protein content, fat content and a water content of pempek lenjer mackerel sand. The lowest protein content and fat content and the highest water content were found in F4 treatment (washing four times) with an average value of 8.46%, 0.38% and 58.08% respectively. The washing frequency had significant effect on elasticity by folding test and had very significant effect on the elasticity of pempek lenjer sand mackerel by bite test. The elasticity with the highest folding test is found in F4 treatment (washing four times) with an average value of 9.00 (the criteria do not crack when folded 4) and the highest elasticity with the bite test found in the F4 treatment (washing four times) with an average value 9.00 (very strong criteria of elasticity). The frequency of washing significantly affect the color of pempek lenjer mackerel sand. The highest level of preference for the color of pempek lenjer sand mackerel fish is found in F4 treatment (washing four times) which results in a clean white color on the pempek produced with an average value of 4.40 (criteria preferred by panelists). The frequency of washing significant effect on color, taste and aroma of pempek lenjer mackerel sand. The highest level of preference for color, taste and aroma of pempek lenjer mackerel sand was found in F4 treatment (washing four times) with an average value of 4.40, 4 05 and 4.60 with the criteria like or dislike by panelists.ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui frekuensi pencucian terhadap nilai sensoris pempek ikan tenggiri pasir (Scomberomorus guttatus) yang dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang dan Balai Riset dan Standarisasi Industri Palembang pada bulan bulan Mei 2018 hingga bulan Agustus 2018. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial. Frekuensi pencucian berpengaruh sangat nyata terhadap kadar protein, kadar lemak dan kadar air pempek lenjer ikan tenggiri pasir. Kadar protein dan kadar lemak terendah terdapat pada perlakuan F4 (pencucian empat kali) dengan nilai rata-rata 8,46%, 0,38%, kadar air tertinggi pada F4 dengan nilai rata-rata 58.8% . Frekuensi pencucian berpengaruh nyata terhadap kekenyalan dengan uji lipat dan berpengaruh sangat nyata terhadap kekenyalan pempek lenjer ikan tenggiri pasir dengan uji gigit. Kekenyalan dengan uji lipat tertinggi terdapat pada perlakuan F4 (pencucian empat kali) dengan nilai rata-rata 9,00 (kriteria tidak retak bila dilipat 4) dan kekenyalan tertinggi dengan uji gigit terdapat pada perlakuan F4 (pencucian empat kali) dengan nilai rata-rata 9,00 (kriteria sangat kuat kekenyalannya). Frekuensi pencucian berpengaruh nyata terhadap warna pempek lenjer ikan tenggiri pasir. Nilai tingkat kesukaan tertinggi terhadap warna pempek lenjer ikan tenggiri pasir terdapat pada perlakuan F4 (pencucian empat kali) yang menghasilkan warna putih bersih pada pempek yang dihasilkan dengan nilai rata-rata 4,40 (kriteria disukai panelis). Frekuensi pencucian berpengaruh nyata terhadap warna, rasa dan aroma pempek lenjer ikan tenggiri pasir.Nilai tingkat kesukaan tertinggi terhadap warna, rasa dan aroma pempek lenjer ikan tenggiri pasir terdapat pada perlakuan F4 (pencucian empat kali) dengan nilai rata-rata 4,40, 4,05dan 4,60 dengan kriteria disukai panelis.