16 research outputs found
ANALISIS PELAYANAN PASAR BANDARJO DAN RAMAI SWALAYAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG
ABSTRAK
Kabupaten Semarang menjadi target pasar modern karena memiliki pangsa pasar yang luar
biasa. Perkembangan pasar modern semakin meningkat di Kabupaten Semarang baik di pusat kota
maupun di daerah perbatasan dengan sekitarnya. Pasar merupakan sarana pelayanan umum
pemerintah daerah,sehingga pelayanan umum harus mampu melayani seluruh wilayah baik yang
berada di pusat kota maupun wilayah sekitarnya. Salah satunya adalah Pasar Bandarjo yang
letaknya berada pada perbatasan Kabupaten Semarang dan Kota Semarang. Dilihat dari segi letak
Pasar Bandarjo dan Ramai Swalayan yang sangat berdekatan sehingga fenomena tersebut sangat
menarik untuk diteliti lebih jauh. Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan pertanyaan penelitian
bagaimana pelayanan Pasar Bandarjo dan Ramai Swalayan. Dalam analisis pelayanan terdapat
beberapa sasaran : analisis karakteristik pasar tradisional dan pasar modern, menentukan kondisi
analisis asal wilayah dan asal pedagang, analisis selanjutnya adalah menganalisis preferensi
konsumen dalam memilih lokasi berbelanja yang selanjutnya dilakukan analisis lokasi,jangkauan
pelayanan pasar dan segmentasi masing-masing konsumen. Untuk mencapai sasaran-saran
tersebut digunakan beberapa metode kuantitatif dengan alat bantu SPSS 22 yaitu metode statistik
deskriptif (Distribusi frekuensi,analisis tabulasi silang dan analisis klaster) sedangkan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan digunakan metode spasial dengan alat bantu Arcgis 9.3
(Buffering). Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu data primer dan
sekunder untuk data primer yang dilakukan dengan observasi lapangan, kuesioner kepada
pedagang dan pengunjung pasar, dan wawancara pihak yang terlibat. Data sekunder diperoleh dari
tinjauan pustaka dan survei lembaga. Dari tahapan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pelayanan Pasar Bandarjo dan Ramai Swalayan termasuk pelayanan lintas wilayah, jangkauan
pelayanan lebih luas dari standar yang seharusnya. Dilihat dari aspek karakteristik konsumen
berasal dari sekitar pasar dan swalayan, alasan dalam memlih lokasi belanja dipengaruhi oleh faktor
dekat dengan rumah, kelengkapan barang, akses yang mudah, dan keterjangkauan
harga,pekerjaan, pembeli mulai dari ibu rumah tangga hingga wirausaha. Berdasarkan faktor
jangkauan pelayanan Pasar Bandarjo dan Ramai Swalayan saling overlap karena dipengaruhi oleh
faktor karakteristik konsumen dan karakteristik lokasi. Dilihat dari segi segmentasi masing-masing
pasar antara Pasar Bandarjo dan Ramai Swalayan berbeda yang dibagi menjadi 4 klaster yaitu
klaster 1, klaster 2,klaster 3 dan klaster 4 dengan karakteristik yang berbeda.
Kata Kunci : pasar modern, pasar tradisonal, pelayana
ANALISIS PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP KIMIA MATERI ASAM BASA MENGGUNAKAN CREATIVE EXERCISE
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman konsep siswa
pada materi Asam Basa dengan Creative Exercise. Penelitian
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tambun Selatan pada kelas XI, dengan
jumlah sebanyak 43 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif dimana pengumpulan data dilakukan dengan memberikan
instrumen berupa Creative Exercise(CE) sebanyak tiga prompt. CE
diberikan dengan cara bertahap setelah siswa mendapatkan materi Asam
Basa, dan diberikan sebagai tugas di kelas dan tugas di rumah. Jumlah
prompt yang dianalisis adalah dua yaitu tentang Asam Basa dan Titrasi
Asam Basa
Hasil menunjukan bahwa siswa menggunakan beberapa topik dalam
menjawab Creative Exercise, di antaranya: Senyawa, Ikatan Kimia,
Kesetimbangan Kimia, Asam Basa dan Stokiometri Larutan. Topik yang
paling banyak digunakan adalah Asam Basa (prompt 1: 23% dan prompt
2: 37%) dan Stokiometri Larutan (prompt 1: 27% dan prompt 2: 50%).
Rata-rata persentase siswa menjawab benar dan salah dalam topik Asam
Basa berturut-turut adalah 91,96% dan 67.85%, sedangkan dalam topik
Stokiometri larutan secara berturut-turut adalah 100% dan 48.68%). Hal ini
menunjukan bahwa beberapa siswa dapat membuat jawaban salah dan
jawaban benar untuk satu topik yang sama.
Creative Exercise memberikan wadah bagi siswa untuk menjelaskan
dengan bebas pemahaman mereka terhadap suatu konsep.
Penggunaannya dalam kelas bermanfaat untuk guru sebagai bahan
refleksi dan informasi mengenai pemahaman seperti apa yang siswa miliki
setelah menerima suatu materi, karena tidak semua siswa memahami hal
dengan cara yang sama. Sifat Creative Exercise yang open-ended
membantu siswa untuk melihat suatu permasalahan dari konteks yang
lebih luas, hal ini terlihat dari jawaban-jawaban siswa yang dapat
mengkaitkan antar materi yang telah dipelajarinya
Penghitungan Evapotranspirasi Aktual (ETc) Tanaman Melon pada Fase Vegetatif di Greenhouse
Pemenuhan kebutuhan air memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Fase vegetatif pada umumnya membutuhkan lebih banyak air dibandingkan pada fase generatif, sedangkan pada fase pematangan maka kebutuhan air kembali meningkat. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menghitung nilai evapotranspirasi aktual (ETc) di greenhouse dengan menggunakan metode evaporasi panic (Ep). Nilai ETc digunakan untuk memprediksi kebutuhan irigasi tanaman melon pada fase vegetatif. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan regresi. Hasil yang diperoleh yaitu rataārata suhu pada panci evaporasi lokasi 1 dan 2 di dalam greenhouse adalah 29.86 dan 32.42 Ā°C dan kelembaban relatif (RH) yaitu 76.26 dan 68.90%. Sedangkan nilai ETc lokasi 1 dan 2 rata-rata sebesar 0.93 mm dan 0.80 mm. Nilai evaporasi panci berpengaruh terhadap nilai ETc secara signifikan pada panci evaporasi lokasi 1 dan 2 dengan R2 yaitu sebesar 0.951 dan 0.936. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman melon pada fase vegetatif di Greenhouse Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor iantara 217.36ā253.94 ml/hari per tanaman
ā FUNG-CUBE ā ā Alternatif Menanam Dengan Media Unik
Masyarakat Indonesia saat ini dihadapkan pada permasalahan mengenai
pemenuhan protein hewani yang sulit. Mahalnya harga daging dan fenomena
kelangkaannya membuat masyarakat Indonesia menjadikan jamur sebagai sumber
protein alternatif. Namun, paradigma masyarakat tentang jamur mengarah pada
budidaya dalam skala besar dan luas.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, untuk mengubah paradigma masyarakat
muncul inovasi dalam pengembangan packaging media tanam jamur yang bernama
āFUNG-CUBEā untuk meningkatkan nilai estetika dan nilai ekonomis media tanam
jamur sehingga lebih efisien dilihat dari segi tempat tumbuhnya. Packaging ini
merupakan aplikasi dari ilmu Biologi yang dapat di manfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pembuatan āFUNG-CUBEā bertujuan untuk: a) meningkatkan nilai
estetika dan nilai ekonomis media tanam jamur, b) menambah diversifikasi media tanam
dari jamur, c) meningkatkan minat masyarakat terhadap penanaman jamur melalui
media tanam yang unik, inovatif dan efisien.
Packaging āFUNG-CUBEā dilakukan secara unik dengan bahan utama besek
dan penambahan hiasan manik-manik serta kain perca. Pada tahap awal produksi akan
dilaksanakan di Desa Tegalsari, RT 01 / RW 02, Tambak, Mojosongo, Boyolali.
Kegiatan produksi akan dilakukan sebanyak 13 kali setiap 1 minggu sekali selama 4
bulan dengan total 20 paket setiap produksi dan kegiatan promosi diadakan pada hari
dan acara tertentu. Produk akan ditawarkan kepada konsumen dengan harga Rp.
45.000,- per paket. Produk tersebut akan dipasarkan di wilayah Surakarta dan sekitarnya
terutama di lingkungan sekitar kampus Universitas Sebelas Maret. Promosi akan
dilakukan di Car Free Day, Sunday Morning UNS dan media sosial secara online
Foot Print of Macro Fungi in The Coastal Forest of Bama, Baluran National Park, East Java
Baluran National Park, West Java, as one of the conservation sites in Indonesia, has the attraction of the varied types of ecosystems, including fungi. This study aimed to analyze the diversity of fungi in Bama Coastal Forest, Baluran National Park. The method was explorative with plot purposive sampling technique. Parameters in this study include abundance, dominance, and diversity of fungi enriched with physical parameters of humidity and temperature. The fungi were documented and macroscopically observed. Data were analyzed using the abundance index, dominance index, and diversity index. This research identified 18 types of macrofungi in Bama Coastal forest, Baluran National Park East Java including Ganoderma, sp, Hexagonia tenuis, Trametes hirsute, Phellinus sp.1 and sp.2, Ganoderma applanatum, Phellinus igniarius, Pycnoporus cinnabarinus, Daedalea quercina, Tyromyces chioneus, Microporus xanthopus, Calvatia sp., Irpex lacteus, Trichaptum sp., Lentinus sp. Poria corticola, Tyromyces sp., and Lichemomphalia sp. One fungi species (Ganoderma sp.) has the highest abundance index (27.62). The Medium abundance index was found in three species (Hexagonia tenuis, Tyromyces chioneus, Tyromyces sp.) while the rest fungi were in low abundance index. Dominance index of all fungi species identified in Bama was in low category (D<0.5) with medium diversity (2.30). It can be concluded that the diversity of microfungi in the coastal forest of Bama, Baluran National park was a distribution medium of individual of each species and medium community stability. Environmental conditions in the Bama Coast Forest with 93% humidity and an average air temperature of 26-27oC could support for the fungi to grow quite well
Perancangan dan Uji Kinerja Sistem Kendali Iklim Mikro di Smart Greenhouse Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor
Greenhouse merupakan inovasi teknologi untuk mengontrol faktor iklim yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Kondisi tanaman di greenhouse dapat dipantau secara realtime dengan penerapan teknologi Internet of Things. Pengembangan teknologi kendali dalam greenhouse sudah banyak dikembangkan di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi iklim mikro dalam greenhouse adalah suhu lingkungan. Penelitian bertujuan untuk merancang bangun dan menguji kinerja sistem kendali iklim mikro di greenhouse. Sistem kendali iklim mikro tersusun dari DHT22 sebagai sensor, ESP32 dan Atmega2560 sebagai mikrokontroler dan exhaust fan sebagai aktuator. Sistem kendali yang dirancang mengendalikan suhu lingkungan tidak lebih dari 38oC dengan menggunakan sembilan sensor yang dipasang di dalam greenhouse. Pada penelitian ini pengujian sistem kendali berupa uji ketidakakuratan sistem dan uji efisiensi penggunaan listrik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai ketidakakuratan sebesar 12% dan efisiensi penggunaan listrik sebesar 39.02%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan sistem kendali iklim mikro yang dirancang dapat berjalan dengan baik dan dapat digunakan sebagai alternatif teknologi kendali iklim mikro.
Poor Adherence to Secondary Prophylaxis is Associated with More Severe Rheumatic Valve in Pediatric Patients: A Cross-Sectional Study
Background : Rheumatic heart disease (RHD) contributed to a large number of proportion amoung cardiovascular problems in developing county, especially Indonesia. Secondary prophylaxis method using intramuscular injection of Benzathin Penicillin-G (BPG) has been known as the most effective strategy in the prevention of RHD. However, whether this prevention method also resulting in prevention of disease severity in Indonesian patients remained to be examined.Objectives : This study aimed to assess the difference of rheumatic valve severity in Indonesian pediatric patients between adequate and poor adherence to secondary prophylaxis by using intramuscular BPG injection.Methods : This cross-sectional study was conducted at Pediatric Cardiology Department of Saiful Anwar General Hospital from November 2018 to June 2019. Patients with documented history of RHD were included. Frequency of intramuscular BPG injection during the last one year was recorded. Adherence was measured using the proportion of days covered (PDC) and adequate adherence was defined as PDC ā„0.90. The severity of RHD was assessed based on the severity of the mitral and / or aortic valve using echocardiography. Bivariate analysis and multivariate logistic regression analysis was used to identify characteristics associated with rheumatic valve severity.Results : A significant difference of rheumatic mitral and/or aortic valve severity was observed between adequate adherence compared to poor adherence group (p = 0.016). Rheumatic mitral and/or aortic valve were found to be more severe in patients who has one or more episode of ARF recurrence (p = 0.003). Multivariate logistic regression analysis demonstrated that adherence to secondary prophylaxis within the last 1 year has the strongest influence on the severity of rheumatic mitral and/or aortic valve (p = 0.049; OR 7.20).Conclusion : The adherence to secondary prophylaxis has the strongest related the rheumatic valve severity compared to other factors