7 research outputs found

    Laporan kerja praktek PT. Samator Gresik Unit Air Separation Plant (ASP)

    No full text
    PT Samator Gresik merupakan salah satu pabrik dari PT. Samator Gas Industri yang memproduksi bermacam-macam gas industri seperti nitrogen, oksigen, argon, hidrogen, karbon dioksida dan asetilena. PT. Samator Gresik didirikan oleh pengusaha bernama Arief Harsono pada tanggal 22 Juli 1975. Pabrik ini berlokasi di Jalan Raya Bambe KM 19, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. PT Samator Gresik memiliki 3 unit produksi yaitu Air Separation Plant (ASP), unit hidrogen dan karbon dioksida, serta unit asetilena. Selama melaksanakan Kerja Paktek, penyusun ditempatkan di unit ASP. ASP menggunakan udara bebas sebagai bahan baku. Udara tersebut dimurnikan dengan proses filtrasi menggunakan Air Filter. Kandungan air dalam udara diturunkan sebagian melalui proses pendinginan dengan sistem refrigerasi. Udara kemudian dialirkan melalui proses adsorpsi dengan Alumina Gel dan Molecular Sieve sebagai adsorbennya untuk menghilangkan sisa kandungan air dan karbon dioksida dalam udara. Udara tersebut lalu dipisahkan menjadi nitrogen, oksigen, dan argon dengan proses Cryogenic Distillation dalam kolom rektifikasi. Hasil dari proses distilasi yang langsung dimasukkan ke tangki penyimpanan adalah nitrogen cair dan oksigen cair, sedangkan argon masih dimurnikan lebih lanjut sebelum dimasukkan ke tangki penyimpanan. Produk ASP berupa nitrogen cair sejumlah 1.100 Nm3/jam, oksigen cair sejumlah 2.000 Nm3/jam, dan argon cair sejumlah 60 Nm3/jam, serta produk samping berupa gas nitrogen sejumlah 3.000 Nm3/jam Pengemasan dan pendistribusian produk dapat menggunakan Portable Gas Supply (PGS), Container, Lorry Tank, dan Pipeline. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik setelah penyusun melaksanakan Kerja Praktek dari 30 Mei – 29 Juli 2016 di PT Samator Gresik adalah sebagai berikut: 1. Proses produksi yang digunakan di masing-masing unit produksi PT. Samator Gresik sebagai berikut: Proses produksi di ASP adalah low pressure air separation process; Proses produksi di unit hidrogen dan karbon dioksida adalah steam reforming untuk memproduksi hidrogen dan karbon dioksida dan high compression process untuk memproduksi dry ice; Proses produksi di unit asetilena adalah wet process dengan tekanan tinggi (kapasitas kompresor 160 kg/jam); 2. Pengendalian kualitas produk ASP meliputi tes kemurnian produk dan kalibrasi peralatan; 3. Utilitas yang digunakan di ASP terdiri dari unit penyediaan air (500 m3/jam), listrik (4,5 MVA), dan refrigerant (Chloro difluoro methane); 4. Struktur organisasi yang diterapkan oleh PT. Samator Gresik adalah bertingkat dan berotorisasi pada garis staff serta sistem organisasi yang diterapkan adalah desentralisasi; 5. Hasil perhitungan tugas khusus untuk efisiensi perpindahan panas dalam Main Heat Exchanger adalah 99,16%, dan jumlah tray aktual untuk kolom bawah rektifikasi adalah 47 tray dengan lokasi tray umpan berada 46 tray dari atas dan untuk kolom atas rektifikasi adalah 116 tray dengan lokasi tray umpan berada 104 tray dari atas. Saran yang bisa diajukan oleh penyusun untuk peningkatan kinerja di unit ASP di PT. Samator Gresik: 1. Alat – alat yang digunakan untuk proses produksi yang perlu dilakukan perawatan atau maintainence secara berkala (seperti: air filter) dan sebaiknya disediakan sejumlah 2 unit, dimana 1 unit untuk beroperasi dan 1 unit sebagai cadangan ketika alat tersebut sedang diperbaiki, sehingga proses produksi tetap berjalan secara kontinu; 2. Sebaiknya tempat untuk menampung air proses diperbesar kapasitasnya, sehingga ketika plant berhenti beroperasi, air proses yang berasal dari plant dapat ditampung seluruhnya dan tidak terbuang sia-sia ke saluran pembuangan air. Dengan demikian ketika unit beroperasi kembali, jumlah air yang dibutuhkan dari umpan segar bisa dihemat

    Prarencana pabrik pembuatan MEK berbahan baku 2-butanol kapasitas produksi 65.000 ton/tahun

    No full text
    Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang berada dalam fase perbaikan kondisi perekonomian melalui proses industrialisasi. Industri kimia merupakan salah satu sektor industri yang sangat penting dan menyumbang devisa negara. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, kebutuhan masyarakat akan bahan kimia terus meningkat. Metil Etil Keton (MEK) merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan di Indonesia seiring dengan terus berkembangnya jumlah industri pengguna senyawa MEK. Berdasarkan data BPS tahun 2008 sampai 2013, menyatakan belum adanya produksi MEK dalam negeri, sehingga Indonesia masih harus mengimpor MEK dari negara lain. Pemenuhan kebutuhan MEK dalam negeri harus tercapai agar proses industrialisasi di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan terus berkembang. Oleh sebab itu, pendirian pabrik MEK di Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar dan prospektif untuk direalisasikan. Proses pembuatan MEK terdiri dari dua tahap utama, yaitu reaksi pembentukan MEK dan proses pemurnian MEK. Proses pembentukan MEK dilakukan melalui reaksi dehidrogenasi katalitk 2-butanol dalam sebuah reaktor fixed bed yang berisi tumpukan katalis CuO pada suhu 300oC dan tekanan 1 atm. Reaksi dehidrogenasi dipilih karena menghasilkan konversi reaksi besar, tekanan operasi rendah, dan selektivitas reaksi tinggi. Reaksi dehidrogenasi katalitik 2-butanol menghasilkan MEK sebagai produk utama dan gas hidrogen sebagai produk samping. Proses pemurnian MEK dilakukan dengan menggunakan proses distilasi menghasilkan produk MEK dengan kemurnian tinggi 99,5%. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi MEK adalah 2-butanol dengan kemurnian 99,5% yang diimpor dari China. Banyaknya pabrik-pabrik di China yang memproduksi 2-butanol menyebabkan produk 2-butanol dari China memiliki kualitas yang bagus dan harga yang bersaing. Prarencana pabrik MEK dari 2-butanol memiliki rincian sebagai berikut: Bentuk Perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) Produksi : metil etil keton (MEK) dan gas hidrogen Status Perusahaan : Swasta Kapasitas Produksi : 65.000 ton/tahun Hari Kerja Efektif : 330 hari/tahun Sistem Operasi : Kontinyu Masa Konstruksi : 2 tahun Waktu mulai Beroperasi : Tahun 2019 Bahan Baku : 2-butanol Kapasitas Bahan Baku : 203.369,2424 kg/hari Utilitas: • Refrigeran Propena (R-1270) : 17.975,8377 kg/jam • Air : Air Sanitasi = 7,26 m3/hari Air Pendingin = 2.451,94 m3/hari • Listrik : 2.165,1473 kW/hari • Bahan Bakar : Batu Bara = 10.831,84 kg/hari Solar = 1,627 m3/hari • Flue Gas : 196.816,85 kg/hari Jumlah Tenaga Kerja : 120 orang Lokasi Pabrik : kawasan industri Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER), Kelurahan Pandean, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur Luas Pabrik : 149.100 m2 Dari hasil analisa ekonomi yang telah dilakukan didapatkan : • Fixed Capital Investment (FCI) : Rp732.938.427.284,33 • Working Capital Investment (WCI) : Rp374.980.869.548,07 • Total Production Cost (TPC) : Rp4.758.402.061.712,82 • Penjualan per tahun : Rp5.311.191.971.010,49 Analisa ekonomi dengan Metode Discounted Flow: • Rate of Return (ROR) sebelum pajak : 31,60% • Rate of Return (ROR) sesudah pajak : 23,49% • Rate of Equity (ROE) sebelum pajak : 66,85% • Rate of Equity (ROE) sesudah pajak : 49,01% • Pay Out Time (POT) sebelum pajak : 3,2778 • Pay Out Time (POT) sesudah pajak : 4,0033 • Break Even Point (BEP) : 40,69% • Minimum Acceptable Rate of Return (MARR) : 32,51

    Uji aktivitas antioksidan dan antidiabetes pada ekstrak hasil fraksinasi kulit jeruk purut (Citrus hystrix)

    No full text
    Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang mematikan dalam beberapa dekade terakhir ini. Data terakhir dari WHO (World Health Organization) memperkirakan pada tahun 2030, sekitar 366 juta penduduk dunia mengidap penyakit diabetes mellitus. Saat ini, dibutuhkan sumber alami yang mengandung senyawa antioksidan seperti jeruk purut. Hasil penelitian oleh Setyabudi, et al. (2015) menunjukkan bahwa kulit jeruk purut mengandung antioksidan yang tinggi serta memiliki potensi sebagai antidiabetes karena dari crude extract yang dihasilkan dapat menghambat kinerja dari enzim α-amylase. Dalam penelitian ini, dilakukan proses lebih lanjut dari crude extract menggunakan metode fraksinasi dengan beberapa pelarut yang berbeda polaritasnya. Hal ini bertujuan untuk mengambil senyawa bioaktif dari ekstrak kulit jeruk purut, serta mengetahui pelarut yang sesuai untuk mengekstrak senyawa antidiabetes alami yang lebih murni untuk diaplikasikan. Pelarut yang digunakan untuk proses fraksinasi ekstrak kulit jeruk purut adalah n-heksana, etil asetat, dan n-butanol. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam masing-masing fraksi diuji kandungan TPC (Total Phenolic Compound), dianalisis aktivitas antioksidannya dengan uji radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), serta diuji antidiabetes secara in vitro. Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan TPC tertinggi terdapat pada crude extract dengan perolehan TPC sebesar 0,3180 mg GAE/mg sampel, sedangkan untuk ekstrak hasil fraksinasi, kandungan TPC tertinggi dimiliki fraksi etil asetat dengan perolehan TPC sebesar 0,1157 mg GAE/mg sampel. Hasil dari uji aktivitas antioksidan IC50 dengan radikal bebas DPPH menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan radikal bebas DPPH tertinggi ialah pada crude extract dengan konsentrasi 0,0904 mg/mL, sedangkan untuk ekstrak hasil fraksinasi yang tertinggi ialah fraksi n-butanol dengan konsentrasi 0,4424 mg/mL. Hasil dari uji antidiabetes secara in vitro menunjukkan bahwa aktivitas antidiabetes yang menghambat kinerja enzim α-amylase tertinggi ialah pada fraksi n-heksana dengan konsentrasi 0,9894 mg/mL

    Laporan kerja praktek PT. Samator Gresik Unit Air Separation Plant (ASP)

    Get PDF
    PT Samator Gresik merupakan salah satu pabrik dari PT. Samator Gas Industri yang memproduksi bermacam-macam gas industri seperti nitrogen, oksigen, argon, hidrogen, karbon dioksida dan asetilena. PT. Samator Gresik didirikan oleh pengusaha bernama Arief Harsono pada tanggal 22 Juli 1975. Pabrik ini berlokasi di Jalan Raya Bambe KM 19, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. PT Samator Gresik memiliki 3 unit produksi yaitu Air Separation Plant (ASP), unit hidrogen dan karbon dioksida, serta unit asetilena. Selama melaksanakan Kerja Paktek, penyusun ditempatkan di unit ASP. ASP menggunakan udara bebas sebagai bahan baku. Udara tersebut dimurnikan dengan proses filtrasi menggunakan Air Filter. Kandungan air dalam udara diturunkan sebagian melalui proses pendinginan dengan sistem refrigerasi. Udara kemudian dialirkan melalui proses adsorpsi dengan Alumina Gel dan Molecular Sieve sebagai adsorbennya untuk menghilangkan sisa kandungan air dan karbon dioksida dalam udara. Udara tersebut lalu dipisahkan menjadi nitrogen, oksigen, dan argon dengan proses Cryogenic Distillation dalam kolom rektifikasi. Hasil dari proses distilasi yang langsung dimasukkan ke tangki penyimpanan adalah nitrogen cair dan oksigen cair, sedangkan argon masih dimurnikan lebih lanjut sebelum dimasukkan ke tangki penyimpanan. Produk ASP berupa nitrogen cair sejumlah 1.100 Nm3/jam, oksigen cair sejumlah 2.000 Nm3/jam, dan argon cair sejumlah 60 Nm3/jam, serta produk samping berupa gas nitrogen sejumlah 3.000 Nm3/jam Pengemasan dan pendistribusian produk dapat menggunakan Portable Gas Supply (PGS), Container, Lorry Tank, dan Pipeline. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik setelah penyusun melaksanakan Kerja Praktek dari 30 Mei – 29 Juli 2016 di PT Samator Gresik adalah sebagai berikut: 1. Proses produksi yang digunakan di masing-masing unit produksi PT. Samator Gresik sebagai berikut: Proses produksi di ASP adalah low pressure air separation process; Proses produksi di unit hidrogen dan karbon dioksida adalah steam reforming untuk memproduksi hidrogen dan karbon dioksida dan high compression process untuk memproduksi dry ice; Proses produksi di unit asetilena adalah wet process dengan tekanan tinggi (kapasitas kompresor 160 kg/jam); 2. Pengendalian kualitas produk ASP meliputi tes kemurnian produk dan kalibrasi peralatan; 3. Utilitas yang digunakan di ASP terdiri dari unit penyediaan air (500 m3/jam), listrik (4,5 MVA), dan refrigerant (Chloro difluoro methane); 4. Struktur organisasi yang diterapkan oleh PT. Samator Gresik adalah bertingkat dan berotorisasi pada garis staff serta sistem organisasi yang diterapkan adalah desentralisasi; 5. Hasil perhitungan tugas khusus untuk efisiensi perpindahan panas dalam Main Heat Exchanger adalah 99,16%, dan jumlah tray aktual untuk kolom bawah rektifikasi adalah 47 tray dengan lokasi tray umpan berada 46 tray dari atas dan untuk kolom atas rektifikasi adalah 116 tray dengan lokasi tray umpan berada 104 tray dari atas. Saran yang bisa diajukan oleh penyusun untuk peningkatan kinerja di unit ASP di PT. Samator Gresik: 1. Alat – alat yang digunakan untuk proses produksi yang perlu dilakukan perawatan atau maintainence secara berkala (seperti: air filter) dan sebaiknya disediakan sejumlah 2 unit, dimana 1 unit untuk beroperasi dan 1 unit sebagai cadangan ketika alat tersebut sedang diperbaiki, sehingga proses produksi tetap berjalan secara kontinu; 2. Sebaiknya tempat untuk menampung air proses diperbesar kapasitasnya, sehingga ketika plant berhenti beroperasi, air proses yang berasal dari plant dapat ditampung seluruhnya dan tidak terbuang sia-sia ke saluran pembuangan air. Dengan demikian ketika unit beroperasi kembali, jumlah air yang dibutuhkan dari umpan segar bisa dihemat

    Prarencana pabrik pembuatan MEK berbahan baku 2-butanol kapasitas produksi 65.000 ton/tahun

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang berada dalam fase perbaikan kondisi perekonomian melalui proses industrialisasi. Industri kimia merupakan salah satu sektor industri yang sangat penting dan menyumbang devisa negara. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, kebutuhan masyarakat akan bahan kimia terus meningkat. Metil Etil Keton (MEK) merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan di Indonesia seiring dengan terus berkembangnya jumlah industri pengguna senyawa MEK. Berdasarkan data BPS tahun 2008 sampai 2013, menyatakan belum adanya produksi MEK dalam negeri, sehingga Indonesia masih harus mengimpor MEK dari negara lain. Pemenuhan kebutuhan MEK dalam negeri harus tercapai agar proses industrialisasi di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan terus berkembang. Oleh sebab itu, pendirian pabrik MEK di Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar dan prospektif untuk direalisasikan. Proses pembuatan MEK terdiri dari dua tahap utama, yaitu reaksi pembentukan MEK dan proses pemurnian MEK. Proses pembentukan MEK dilakukan melalui reaksi dehidrogenasi katalitk 2-butanol dalam sebuah reaktor fixed bed yang berisi tumpukan katalis CuO pada suhu 300oC dan tekanan 1 atm. Reaksi dehidrogenasi dipilih karena menghasilkan konversi reaksi besar, tekanan operasi rendah, dan selektivitas reaksi tinggi. Reaksi dehidrogenasi katalitik 2-butanol menghasilkan MEK sebagai produk utama dan gas hidrogen sebagai produk samping. Proses pemurnian MEK dilakukan dengan menggunakan proses distilasi menghasilkan produk MEK dengan kemurnian tinggi 99,5%. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi MEK adalah 2-butanol dengan kemurnian 99,5% yang diimpor dari China. Banyaknya pabrik-pabrik di China yang memproduksi 2-butanol menyebabkan produk 2-butanol dari China memiliki kualitas yang bagus dan harga yang bersaing. Prarencana pabrik MEK dari 2-butanol memiliki rincian sebagai berikut: Bentuk Perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) Produksi : metil etil keton (MEK) dan gas hidrogen Status Perusahaan : Swasta Kapasitas Produksi : 65.000 ton/tahun Hari Kerja Efektif : 330 hari/tahun Sistem Operasi : Kontinyu Masa Konstruksi : 2 tahun Waktu mulai Beroperasi : Tahun 2019 Bahan Baku : 2-butanol Kapasitas Bahan Baku : 203.369,2424 kg/hari Utilitas: • Refrigeran Propena (R-1270) : 17.975,8377 kg/jam • Air : Air Sanitasi = 7,26 m3/hari Air Pendingin = 2.451,94 m3/hari • Listrik : 2.165,1473 kW/hari • Bahan Bakar : Batu Bara = 10.831,84 kg/hari Solar = 1,627 m3/hari • Flue Gas : 196.816,85 kg/hari Jumlah Tenaga Kerja : 120 orang Lokasi Pabrik : kawasan industri Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER), Kelurahan Pandean, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur Luas Pabrik : 149.100 m2 Dari hasil analisa ekonomi yang telah dilakukan didapatkan : • Fixed Capital Investment (FCI) : Rp732.938.427.284,33 • Working Capital Investment (WCI) : Rp374.980.869.548,07 • Total Production Cost (TPC) : Rp4.758.402.061.712,82 • Penjualan per tahun : Rp5.311.191.971.010,49 Analisa ekonomi dengan Metode Discounted Flow: • Rate of Return (ROR) sebelum pajak : 31,60% • Rate of Return (ROR) sesudah pajak : 23,49% • Rate of Equity (ROE) sebelum pajak : 66,85% • Rate of Equity (ROE) sesudah pajak : 49,01% • Pay Out Time (POT) sebelum pajak : 3,2778 • Pay Out Time (POT) sesudah pajak : 4,0033 • Break Even Point (BEP) : 40,69% • Minimum Acceptable Rate of Return (MARR) : 32,51

    Uji aktivitas antioksidan dan antidiabetes pada ekstrak hasil fraksinasi kulit jeruk purut (Citrus hystrix)

    Get PDF
    Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang mematikan dalam beberapa dekade terakhir ini. Data terakhir dari WHO (World Health Organization) memperkirakan pada tahun 2030, sekitar 366 juta penduduk dunia mengidap penyakit diabetes mellitus. Saat ini, dibutuhkan sumber alami yang mengandung senyawa antioksidan seperti jeruk purut. Hasil penelitian oleh Setyabudi, et al. (2015) menunjukkan bahwa kulit jeruk purut mengandung antioksidan yang tinggi serta memiliki potensi sebagai antidiabetes karena dari crude extract yang dihasilkan dapat menghambat kinerja dari enzim α-amylase. Dalam penelitian ini, dilakukan proses lebih lanjut dari crude extract menggunakan metode fraksinasi dengan beberapa pelarut yang berbeda polaritasnya. Hal ini bertujuan untuk mengambil senyawa bioaktif dari ekstrak kulit jeruk purut, serta mengetahui pelarut yang sesuai untuk mengekstrak senyawa antidiabetes alami yang lebih murni untuk diaplikasikan. Pelarut yang digunakan untuk proses fraksinasi ekstrak kulit jeruk purut adalah n-heksana, etil asetat, dan n-butanol. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam masing-masing fraksi diuji kandungan TPC (Total Phenolic Compound), dianalisis aktivitas antioksidannya dengan uji radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), serta diuji antidiabetes secara in vitro. Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan TPC tertinggi terdapat pada crude extract dengan perolehan TPC sebesar 0,3180 mg GAE/mg sampel, sedangkan untuk ekstrak hasil fraksinasi, kandungan TPC tertinggi dimiliki fraksi etil asetat dengan perolehan TPC sebesar 0,1157 mg GAE/mg sampel. Hasil dari uji aktivitas antioksidan IC50 dengan radikal bebas DPPH menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan radikal bebas DPPH tertinggi ialah pada crude extract dengan konsentrasi 0,0904 mg/mL, sedangkan untuk ekstrak hasil fraksinasi yang tertinggi ialah fraksi n-butanol dengan konsentrasi 0,4424 mg/mL. Hasil dari uji antidiabetes secara in vitro menunjukkan bahwa aktivitas antidiabetes yang menghambat kinerja enzim α-amylase tertinggi ialah pada fraksi n-heksana dengan konsentrasi 0,9894 mg/mL

    Fractionation of phenolic and flavonoid compounds from kaffir lime (Citrus hystrix) peel extract and evaluation of antioxidant activity.

    Get PDF
    The observation of side effects during drug consumption results a numerous research to search natural antioxidant such as kaffir lime which has not been utilized. Fruit peel has been reported to exhibit higher antioxidant content than the edible part and therefore, kaffir lime peel was selected in this study. This work was aimed to investigate the effect of solvent polarity (hexane, ethyl acetate and n-butanol) employed during fractionation of ethanolic crude extract and assess its antioxidative activity to neutralize DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) radical. The results show the employment of solvents possessing different polarity resulted fractions of hexane, ethyl acetate and n-butanol with different phenolic and flavonoid amount in each fraction. Semi polar solvent of ethyl acetate performed as the best solvent with total phenolic and flavonoid content was detected 0.1157 mg Gallic Acid Equivalent/mg and 0.1147 mg Rutin Equivalent/mg, respectively. Accordingly, each fraction exhibited different antioxidant activity against DPPH. N-butanol fraction demonstrated the strongest antioxidant activity. Phenolics and flavonoids identification by HPLC (High Performance Liquid Chromatography) indicate the presence different phenolics and flavonoid compounds in each fraction that contribute to antioxidant activity to different extents
    corecore