95 research outputs found

    PEMULIAAN PINUS BOCOR GETAH: KORELASI GENETIK PRODUKSI GETAH PADA TIGA SUB GALUR UJI KETURUNAN PINUS MERKUSII DI KPH BANYUMAS BARAT

    Get PDF
    This study aims to determine the genetic correlation of resin yield to growth (height, diameter and branch-free height) in three sub-lines of the progeny test Pinus merkusii. The research was conducted on the 11-year-old P. merkusii with high resin yield half-sib, using an Incomplete Block with a Row Column Design sub-line system, namely sub-lines (KBS Sumedang, KBS Jember, and East Java). The genetic correlation between resin yield with height, diameter and free-branch height generally has a relatively small value. The resin yield with diameter growth in the sub-line of KBS Jember has a positive correlation and is moderate (0.526), but this is different in the genetic correlation of resin yield with moderate branch-free height but negative (-0.498). In the sub-line of East Java, the correlation of resin yield characteristic with diameter growth was moderate but negative (-0.434). Further selection in the Jember KBS sub-line could be aimed at wood and resin yield, however for the Sumedang and East Java KBS sub-lines, further selection was only intended for resin yield. Key words: Genetic correlation, resin yield, Pinus merkusii, sub-line, progeny tes

    Pengaruh Komposisi dan Bahan Media terhadap Pertumbuhan Semai Pinus ( Pinus Merkusii)

    Full text link
    Sifat fisika-kimia media tumbuh, khususnya porositas dan ketersediaan nutrisi diperlukan untuk memproduksi semai pinus ( Jungh et de Vries) yang berkualitas. Daun segar dan seresah daun pinus dapat digunakan sebagai media tumbuh yang dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi dan bahan media terhadap pertumbuhan semai pinus. Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan rancangan acak lengkap berblok, dengan dua faktor dan tiga blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah bahan daun pinus (A) yaitu: daun segar kasar, seresah daun kasar dan seresah daun halus. Faktor kedua adalah aras pupuk organik dan tanah (B), yaitu masing-masing dengan aras: 45%, 35%, 25% dan 15%. Analisis varians bersarang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Parameter yang diukur adalah kandungan N, nisbah C/N media tumbuh serta pertumbuhan tinggi dan diameter semai pinus. Pertumbuhan semai pinus terbaik didapatkan melalui komposisi media dengan perlakuan 35% pupuk organik, 35% tanahdan 30% daun segar kasar (B A ). Bahan daun segar kasar mempunyai kandungan N tertinggi dan nisbah C/N terendah, serta menghasilkan pertumbuhan semai terbaik. Komposisi media direkomendasikan sebagaimediatumbuhuntukmemproduksisemaipinus

    Pengaruh Komposisi dan Bahan Media terhadap Pertumbuhan Semai Pinus (Pinus Merkusii)

    Full text link
    Sifat fisika-kimia media tumbuh, khususnya porositas dan ketersediaan nutrisi diperlukan untuk memproduksi semai pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vries) yang berkualitas. Daun segar dan seresah daun pinus dapat digunakan sebagai media tumbuh yang dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi dan bahan media terhadap pertumbuhan semai pinus. Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan rancangan acak lengkap berblok, dengan dua faktor dan tiga blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah bahan daun pinus (A) yaitu: daun segar kasar, seresah daun kasar dan seresah daun halus. Faktor kedua adalah aras pupuk organik dan tanah (B), yaitu masing-masing dengan aras: 45%, 35%, 25% dan 15%. Analisis varians bersarang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Parameter yang diukur adalah kandungan N, nisbah C/N media tumbuh serta pertumbuhan tinggi dan diameter semai pinus. Pertumbuhan semai pinus terbaik didapatkan melalui komposisi media dengan perlakuan35% pupuk organik, 35% tanah dan 30% daun segar kasar (B2A3). Bahan daun segar kasar mempunyai kandungan N tertinggi dan nisbah C/N terendah, serta menghasilkan pertumbuhan semai terbaik. Komposisi media B2A3 direkomendasikan sebagai media tumbuh untuk memproduksi semai pinus

    Dinamika Suksesi Vegetasi pada Areal Pasca Perladangan Berpindah di Kalimantan Tengah

    Get PDF
    Indonesia memiliki luasan hutan hujan tropis terluas nomor tiga setelah Brazil dan Afrika. Namun, tingkat degradasi hutan yang tinggi di Indonesia menyebabkan negara ini menjadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Salah satu penyebab turunnya luasan hutan tropis di Indonesia adalah praktek perladangan berpindah. Suksesi vegetasi pasca perladangan berpindah dapat memberikan layanan ekologis berupa peningkatan tutupan vegetasi dan perbaikan sifat tanah yang jarang sekali terekspose pada tingkat lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika suksesi vegetasi padalahan pasca perladangan berpindah tingkat lanjut. Penelitian dinamika suksesi vegetasi dilakukan dengan pengambilan sampel tanaman bawah, semai sapihan dan pohon di lahan pasca perladangan dengan tiga umur yang berbeda, yaitu bera muda (1 – 10 tahun), bera sedang (11 – 20 tahun), bera tua (> 20 tahun), dan hutan alam dengan menggunakan metode petak bersarang dengan plot yang ditempatkan secara sistematik. Analisis vegetasi dengan menggunakan Indeks Nilai Penting, Kelimpahan Jenis, Keragaman, dan Kemerataan. Analisis varian dengan uji lanjut DMRT digunakan jika hasil dari tiap index vegetasi berbeda signifikan antar umur perladangan. Adanya pola peningkatan serta perbedaan yang nyata (P 20 years), and natural forest. The vegetation data were then analyzed using Important Value, Species Richness, Diversity and Evenness Indices. Analysis of variance with post-hoc test of DMRT assays was used if the results each vegetation indices differed significantly between stage of post-shifting cultivation land. The Species Richness and Diversity Index of shurb and herb, seedling, sapling, and tree have significantly increased (P < 0,05) except the herb and shrub communities. The Species richness and Diversity Index of tree stage of old fallow were not significantly different from natural forest but it was composed with different species

    Growth of Betung Bamboo (Dendrocalamus asper) and Food Crop Production Under Agroforestry Bamboo Systems

    Get PDF
    One of the main species in community forests is betung bamboo (Dendrocalamus asper). Optimizing land use under bamboo can be achieved by cultivating food crops. This research aimed to determine the growth of betung bamboo and the production of food crops. The experimental design used a split plot design with four cultivation patterns as the main plots: agroforestry bamboo pattern i.e. agroforestry bamboo + rice (P1), agroforestry bamboo + rice + cassava (P2), agroforestry bamboo + rice + taro (P3), and mixed food crops (rice + cassava + taro) (P4), while the subplots were rice varieties: rindang 2 (V1), protani (V2), and unsoed (V3). The observed parameters were bamboo growth, soil fertility, and food crop production. The results showed that seven-year-old betung bamboo had an average of 6.01 mature stems per clump, an average plant height of 7.23 m, and a stem diameter of 7.12 cm. The numbers of young stems and shoots per clump was 1.45 and 3.71. The highest betung bamboo growth was in the agroforestry pattern (length: 8,49 m, diameter: 7.17 cm, thickness: 1.95, total weight: 21.31 kg). The highest rice yield was observed in the P2V1 treatment (4.17 kg). The highest cassava tuber yield per plant was observed in P4 (2.12 kg). The taro tuber yield was relatively higher in the agroforestry pattern with a distance of &gt;1 m from the bamboo clump (0.52 kg plant-1). The land equivalent ratio (LER) and area time equivalent ratio (ATER) of bamboo and food crop agroforestry have a value above 1, so it is more efficient in land

    Respon Daya Cerna Dan Respirasi Benih Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Pasca Transportasi Dengan Menggunakan Daun Bandotan (Ageratum Conyzoides) Sebagai Bahan Antimetabolik [Digestibility Response and Respiration Post Transportation with Bandotan (Ageratum Conyzoides) Leaf as Antimetabolic of Common Carp (Cyprinus Carpio) Fry ]

    Full text link
    Common carp (Cyprinus carpio) is fish with high metabolism during transportation caused fish stress and could due to impare condition of fry fish and also lead to mortality post transpotation. As effort to minimize high metabolism during transportation was use bandotan leaf as nature antimetabolic so that we need to know how far bandotan effect to condition by digestibility and respiration of common carp fry during post transportation critical periode. The aim of this study was to know condition of common carp fry for 3 days post transportation by digestibility and respiration with bandotan leaf. This study used Complete Random Design. The treatment were A (water 0,5 l) B (bandotan leaf water dose 3,25 g/l) dan C (bandotan leaf water dose 4,5 g/l), each treatment with 6 replications. Primary parameter were digestibility (%) and respiration (time). Secondary parameter were mortality (%), and water quality (disolve oxygen, temperature, ammonia and pH). The result show that bandotan leaf was significantly influenced (p<0,05) to digestibility common carp (Cyprinus carpio) fry at 48 hour post transportion. Bandotan leaf significantly influenced (p<0,05) to respiration common carp (Cyprinus carpio) fry for 72 hour post transportion. Dose of bandotan leaf was 4,5 g/l could used to common carp fry transportation without mortality that was caused by change of digestibility and respiration response

    REPRESENTASI GAYA HIDUP DALAM FASHION REMAJA LAKI – LAKI (Analisis Semiotika Sampul Majalah Nylon Guys Indonesia Periode Desember 2013 – Nopember 2015)

    Get PDF
    NUR TRI WIDIYATNO, D1214060, PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI NON REGULER, REPRESENTASI GAYA HIDUP DALAM FASHION REMAJA LAKI – LAKI (Analisis semiotika Sampul Majalah Nylon Guys Indonesia Periode Desember 2013 – Nopember 2015). Gaya hidup menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dari dunia remaja yang terus berkembang dan bergerak dinamis zaman saat ini. Remaja kebanyakan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri. Inilah alasan mengapa media dalam hal ini majalah yang mempunyai segmentasi remaja laki – laki merasa perlu untuk memberikan informasi soal gaya hidup ini. Dan majalah Nylon Guys Indonesia merupakan salah satu majalah yang membawa informasi soal gaya hidup ini ditengah remaja laki – laki, yang menjadikan penulis tertarik untuk mengkajinya lebih dalam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna – makna apa yang terkandung pada sampul majalah Nylon Guys indonesia dalam menginformasikan mengenai gaya hidup remaja laki – laki. Jenis penelitian ini bersifat interaksionisme simbolik. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, sehingga data bersifat kategori substansif yang kemudian diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, dan referensi – referensi ilmiah. Metode penelitian ini adalah metode analisis semiotik. Metode untuk menganalisis dan memberikan makna – makna terhadap simbol yang terdapat pada suatu pesan atau teks. Jenis data yang digunakan adalah jenis data primer; data diperoleh dari sampul majalah Nylon Guys Indonesia. Jenis data sekunder; data yang diperoleh dari studi kepustakaan, informasi media massa yang berhubungan dengan objek. Analisis data penelitian ini menggunakan model analisis semiotik Roland Barthes. Objek penelitian penelitian ini adalah Sampul Majalah Nylon Guys Indonesia Desember 2013 – Nopember 2015 yang akan dibahas tanda komunikasi yang mendukung terbentuknya makna sampul majalah tersebut, sehingga akan diperoleh makna denotasi dan konotasi dari hubungannya keduanya. Dari penelitian ini ditemukan bahwa sampul majalah Nylon Guys Indonesia Desember 2013 – Nopember 2015 yang digunakan sebagai korpus untuk menginformasikan gaya hidup remaja laki – laki adalah pada elemen sampul majalah seperti ilustrasi visual dan teks. Makna yang bisa dibangun atas lambang – lambang tersebut adalah gaya hidup remaja laki – laki yang banyak diwujudkan dengan aktifitas pengembangan diri, penampilan trendi, serta lekat dengan dunia hiburan, keterbukaan dan citra modern. Kata kunci: deskriptif kualitatif, gaya hidup fashion, majalah, representas

    Peranan Bahan Organik Bernisbah C/n Rendah Dan Cacing Tanah Untuk Mendekomposisi Limbah Kui.it Kayu Gmelina Arborea (the Roles of Low C/n Ratio Organic Matters and Earthworms to Decompose Waste Barks of Gmelina Arborea)

    Full text link
    Waste barks potentially caused negative environment impacts if they are not handled properly. As organic materials, they actually can be used as raw materials to produce compost. Objective of this research was to clarify the roles of low C/N organic matters and earthworms to decrease C/N ratio and increase nutrient contents of the barks compost. The experiment used a completely randomized design with two factors and five replications. The first factors was addition of low C/N ratio organic matters, i.e.leaves of Glyricidea maculate and Gmelina arborea, the second factor was species of earthworm, i.e. Lumbricus rubellus (C1) and Eisenia foetida (C2). Parameters used were contents of carbon ©, and several macro nutrients, i.e. nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), calcium (Ca) and magnesium (Mg) of the wasted bark compost. Addition of low C/N ratio matters and earthworms was environmentally sound to handle the wasted barks. Adiition of the organic matters has significantly decreased the C/N ratio and increased the content of N, P, K, Ca and Mg of the wasted bark compost. The C/N ratio of the bark compost decreased lower and the contents of N, P, K, Ca and Mg increased higher by more addition of the low C/N matters. Earthworms showed their significant roles to decrease the C/N ratio and increase the contents of N, P, K, Ca and Mg of the waste bark compost. Mean C/N ratio of the bark compost (C0) was 56,17, and by the earthworm treatments it decreased significantly to 26,66 (C1) and 22,94 (C2). Mean N content of the bark compost (C0) was only 0,89 %, and by the earthworm activities it increased significantly to 1,34 % (C1) and 1,41 % (C2). The decreases of C/N ratios and increases of the nutrients by the earthworm activities in the bark compost would be higher when they were combined with the addition of low C/N ratio organic matters

    Effect of Polygonum Minus (Knotweed) Leaves Extract on the Histopathological Changes of Kidney in Mice (Mus Musculus) Induced by Mercuric Chloride

    Get PDF
    This research was conducted to investigate the protective effect Polygonum minus leaves extract on the histopathological changes of kidney induced by mercuric chloride in mice (Mus musculus). Thirty male mice were divided into five groups and were administered via intragastric gavage with different treatments for 21 days. The treatment were C- (CMC Na 0.5% solution + aquadest), C+ (CMC Na 0.5% solution + 8 mg/kg bw of mercuric chloride), T1, T2, and T3 (200, 400, and 800 mg/kg bw of Polygonum minus leaves extract respectively + 8 mg/kg bw of mercuric chloride). The histopathological changes of kidney were examined by using Arshad Scoring method. Then the data was analysed using Kruskal Wallis and continued with Mann-Whitney test. The result showed Polygonum minus leaves extract could protect mice kidney from the damage effect of mercuric chloride. The best dose of Polygonum minus on this research was 400 mg/kg bw. Keywords: Polygonum minus, mercuric chloride, Mus musculus, kidne
    corecore