6 research outputs found

    Temuan Gambaran CT Napkin Ring Sign Pada Pasien Asimtomatik

    Get PDF
    Kasus Seorang laki-laki usia 56 tahun datang ke poliklinik rawat jalan untuk memeriksakan kesehatannya saat dalam keadaan tanpa keluhan atau asimtomatik. Keluhan selama ini tidak ada yang memiliki karakteristik angina atau sesak napas. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung koroner dikeluarganya, yaitu dua orang kakak kandungnya (laki-laki) yang telah menjalani operasi jantung dan dipasang ring. Pasien pernah memeriksakan faktor risiko kardiovaskular dengan hasil terdapat peningkatan kadar kolesterol dalam darah yaitu LDL setinggi 150 mg/dL. Selain itu pasien juga dengan hipertensi grade 1 tekanan darah sistolik berkisar 140-150mmHg. Hasil EKG menunjukkan kesimpulan normal sinus ritme, tidak ditemukan kelainan pada setiap gelombang PQRST maupun setiap segmen PR dan ST. Karena gambaran EKG masih normal, dengan faktor risiko usia jenis kelamin dan riwayat keluarga serta dislipidemia, maka kami menganjurkan deteksi aterosklerosis kepada pasien dengan metode CT coronary angiography (CTCA)

    Myocardial Bridging: Peran ct dan mri dalam Diagnosis dan Stratifikasi Risiko

    Get PDF
    Pendahuluan Myocardial bridging (MB) adalah anomali kongenital arteri koroner yang paling umum ditemukan. MB adalah bila terdapat sebagian segmen dari arteri koroner yang berjalan epikardial mengambil jalur menukik ke dalam miokard sehingga menciptakan jembatan di atas segmen arteri koroner tersebut. Insidens MB berdasarkan temuan studi-studi otopsi, didapatkan angka terendah adalah 15% dan angka tertinggi 85%.1 Arteri koroner yang paling sering mengalami myocardial bridging adalah Left Anterior Descending (LAD), yang berdasarkan studi-studi didapatkan angka terendah 67% dan angka tertinggi 98% pasien.2,3 MB dikategorikan termasuk varian normal arteri koroner, dan sebagian besar kasus tidak menampilkan gejala, namun terdapat kasus yang menjadi masalah. Gejala dan gambaran elektrokardiografi yang ditimbulkan oleh iskemia pada MB tidak spesifik sehingga sulit dibedakan dengan iskemia akibat aterosklerosis arteri koroner.4 MB menyebabkan kompresi segmen arteri sehingga terjadi perubahan hemodinamika yang mengakibatkan iskemia, sehingga dapat tampil dengan gejala dan tanda khas iskemia seperti angina, atau temuan iskemia miokard berdasarkan uji stres, datang dengan sindrom koroner akut, temuan disfungsi ventrikel kiri, aritmia bahkan hingga kematian jantung mendadak.5 Kemaknaan klinis MB yang tidak spesifik dan rentangnya luas mulai dari dianggap varian normal hingga dapat fatal menjadikan MB perlu mendapatkan perhatian di awal untuk mendapatkan data diagnosis anatomi MB kemudian stratifikasi risiko sesuai kemaknaan fisiologis

    Aplikasi Panduan ESC tentang Penyakit Arteri Koroner Stabil 2013 dan Revaskularisasi Miokard 2014: MRI Kardiak dengan Stres Adenosin dalam Diagnosis, Stratifikasi Risiko dan Strategi Penatalaksanaan

    Get PDF
    Ilustrasi Kasus Seorang pasien perempuan usia 55 tahun memiliki keluhan angina tipikal/khas dan didiagnosis sebagai Angina PektorisStabil (APS), dengan factor risiko diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia, hipertensi dan perokok aktif. Hasil elektrokardiogram (EKG) pasien ini menunjukkan irama sinus dengan laju QRS 71x/menit, gambaran gelombang qR di sadapan III, selain itu dalam batas normal. Pasien kemudian menjalani uji latih Jantung dengan treadmill. Uji treadmill dihentikan pada durasi 5 menit dan 46 detik karena kejadian penurunan tekanan darah yang drastis, dari 187/103 mmHg menjadi 117/97 mmHg. Tidak tampak perubahan gambaran elektrokardiogram. Karena hasil uji latih jantung dengan treadmill yang tidak konklusif, pada pasien direncanakan dilakukan pemeriksaan MRI kardiak dengan stress adenosine untuk mendeteksi iskemia pada kunjungan selanjutnya. Sementara pasien diberikan terapi medikamentosa yang optimal untuk penyakit arteri koroner stabil

    Interpretasi Hasil Pemeriksaan MRI Kardiak pada Penyakit Jantung Koroner

    Get PDF
    Seorang pasien dapat didiagnosis penyakit jantung koroner (PJK) melalui empat cara: kematian jantung mendadak, sindrom koroner akut, angina pektoris stabil paska revaskularisasi, dan hasil diagnostik noninvasif (Computed Tomography scan/CT scan koroner, Single Photon Emission Computed Tomography Myocardial Perfusion Imaging/SPECT MPI nuklir atau Magnetic Resonance Imaging/MRI)1. Pemeriksaan noninvasif memegang peranan penting, yaitu sebagai satu-satunya cara mendiagnosis PJK asimtomatik. Oleh sebab itu, pemahaman mengenai interpretasi hasil pemeriksaan noninvasif seperti CT scan koroner, SPECT MPI nuklir atau MRI kardiak dimasukkan dalam kompetensi dasar program pendidikan spesialis jantung dan pembuluh darah menurut Kolegium PERKI

    Nilai Prediktif Mri Kardiak Pasca Stemi Peran Late Enhancement

    Get PDF
    Forum Pencitraan Kardiovaskular edisi sebelumnya membahas tentang peran Magnetic Resonancec Imaging (MRI) kardiak pada kasus Penyakit Jantung Koroner dalam kondisi akut maupun kronik. Dalam forum kali ini, kami sajikan contoh kasus penggunaan MRI kardiak pada pasien pasca Infark Miokard Akut Elevasi ST (IMAEST) yang dilakukan pemeriksaan MRI kardiak saat perawatan sebagai stratifikasi risiko pasien pasca IMAEST. Penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi di dunia, dengan penyakit arteri koroner (PAK) sebagai manifestasi utamanya.1 Dengan semakin berkembangnya manajemen serangan jantung akut, setidaknya 70% pasien yang dirawat di rumah sakit dengan infark miokard akut (IMA) berhasil melewati fase akutnya. Namun, konsekuensi jangka panjang pasca serangan akut tetap dapat terjadi meskipun intervensi fase akut telah dilakukan. Dengan demikian, ketepatan waktu dalam mendiagnosis IMAEST menjadi sangat penting

    MRI Kardiak untuk Gagal Jantung akibat Kardiomiopati

    Get PDF
    Kardiomiopati (KM) merupakan penyakit miokardium dengan karakteristik gangguan yang nyata pada morfologi, elektrofisiologi dan fungsi jantung.1 Definisilain menyebutkan bahwa KM adalah kelainan miokardium dengan abnormalitas pada struktur dan fungsi otot jantung, tanpa adanya penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit jantung katup ataupun kongenital yang melatarbelakanginya.Kardiomiopati dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar yaitu KM primer dan KM sekunder. KM primer merupakankardiomiopati yang etiologinyatidak diketahui sedangkan kardiomiopati sekunder merupakan kardiomiopati yang diketahui etiologinya atau terkait kelainan sistemik maupun kelainanmiokardium khusus lainnya.2 Penegakan diagnosis KM dan klasifikasinyadidasarkan pada penilaian morfologi dan fungsi jantung.3 Penetapan diagnosis KM primer dilakukan dengan mengeksklusi penyakit/kelainan jantung yanglain.4 Seiring pengamatan klinis, perbedaan antara KM primer dan sekunder akan menjadi semakin jelas, karena ditemukannya etiologi pada kasusyang sebelumnya dianggap merupakan kelainan idiopatik.
    corecore