42 research outputs found
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI POKOK SEGIEMPAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK SMP NEGERI KABUPATEN BLORA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) manakah pembelajaran yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, STAD, atau Konvensional. 2) manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik. 3) pada masing-masing kategori gaya belajar, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, STAD atau konvensional. 4) pada masing-masing jenis model pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya belajar visual, auditorial atau kinestetik. Penelitian ini termasuk eksperimental semu dengan desain faktorial 3?âÔÇö3 yang dilakukan di Kelas VII SMP di Kabupaten Blora semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP di Kabupaten Blora tahun Pelajaran 2011/2012. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified cluster random sampling. Pengumpulan datanya dilakukan melalui tes pilihan ganda dan angket gaya belajar siswa. Teknik analisis datanya menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, 1) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar yang sama baik dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional 2) prestasi belajar peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual lebih baik daripada prestasi belajar peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial maupun kinestetik dan prestasi belajar peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial sama baik dengan prestasi belajar peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik. 3) pada gaya belajar?é?á visual, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar yang sama baik dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun STAD memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional. 4) pada gaya belajar?é?á auditorial, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar yang sama baik dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun STAD memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional 5) pada gaya belajar?é?á kinestetik, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar yang sama baik dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun STAD memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional 6) pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, prestasi belajar peserta didik yang memiliki gaya belajar visual lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar peserta didik yang memiliki gaya belajar auditorial maupun kinestetik, dan prestasi belajar?é?á peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial sama baik dengan prestasi belajar?é?á peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik. 7) ) pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, prestasi belajar peserta didik yang memiliki gaya belajar visual lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar peserta didik yang memiliki gaya belajar auditorial maupun kinestetik, dan prestasi belajar?é?á peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial sama baik dengan prestasi belajar?é?á peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik. 8)?é?á pada model pembelajaran konvensional, prestasi belajar peserta didik yang memiliki gaya belajar visual lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar peserta didik yang memiliki gaya belajar auditorial maupun kinestetik, dan prestasi belajar?é?á peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial sama baik dengan prestasi belajar?é?á peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik Kata Kunci : Gaya Belajar, Prestasi Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Jigsaw, STAD, Konvensional
Profil Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Ditinjau dari Tipe Kepribadian Extrovert
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil kemampuan penalaran matematis siswa saat menyelesaikan soal matematika pada materi program linear ditinjau dari tipe kepribadian extrovert. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Para siswa kelas XI MIPA 5 berpartisipasi dalam penelitian ini. Ada dua siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Angket kepribadian, tes tertulis, wawancara, dan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pengecekan keabsahan data yaitu menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa bertipe kepribadian extrovert hanya memenuhi tiga indikator kemampuan penalaran matematis yaitu menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan grafik, melakukan manipulasi matematika, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi
Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan pemecahan masalah matematika ditinjau dari kecerdasan emosional. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian dipilih berdasarkan tes kecerdasan emosional yaitu 2 siswa dengan kecerdasan emosional tingkat tinggi, 2 siswa dengan kecerdasan emosional tingkat sedang, dan 2 siswa dengan kecerdasan emosional tingkat rendah kelas XI SMA Negeri 2 Pemalang yang dipilih berdasarkan hasil tes kecerdasan emosional dan wawancara. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu tes kecerdasan emosional, tes pemecahan masalah, dan pedoman wawancara. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber yaitu membandingkan hasil informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Hasil tes dan wawancara 1) Siswa dengan kecerdasan emosional tinggi memenuhi semua indikator yaitu memahami masalah (understand the problem), membuat rencana (devise a plan), melaksanakan rencana (carry out the plan), melihat kembali (looking back) 2) Siswa dengan kecerdasan emosional sedang memenuhi semua indikator yaitu memahami masalah (understand the problem), membuat rencana (devise a plan), melaksanakan rencana (carry out the plan), melihat kembali (looking back) 3) Siswa dengan kecerdasan emosional rendah hanya memenuhi 3 indikator yaitu membuat rencana (devise a plan), melaksanakan rencana (carry out the plan), melihat kembali (looking back)
Analisis Kesalahan Siswa Berdasarkan Tahapan Kastolan dalam Menyelesaikan Soal Materi Perpangkatan dan Bentuk Akar Ditinjau dari Gaya Kognitif Implusif
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Karangawen dalam menyelesaikan soal matematika pada materi perpangkatan dan bentuk akar ditinjau dari gaya kognitif. Penelitian ini dilakukan di kelas IX SMP Negeri 1 Karangawen tahun pelajaran 2022/2023. Bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket gaya kognitif yaitu Matching Familiar Figure Test (MFFT) yang dikembangkan oleh Warli. Data penelitian diambil menggunakan tes gaya kognitif, tes tertulis, wawancara dan dokumentasi dari hasil siswa menyelesaikan soal materi perpangkatan dan bentuk akar. Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini adalah triangulasi waktu. Indikator kesalahan siswa ini berdasarkan tahapan Kastolan yaitu kesalahan prosedural, kesalahan konseptual, dan kesalahan teknikal. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diketahui siswa dengan gaya kognitif impulsif masih banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika materi perpangkatan dan bentuk akar yaitu kesalahan prosedural, kesalahan konseptual dan teknikal. Bentuk kesalahan-kesalahan tersebut diantaranya: tidak mengerjakan soal sampai selesai, ketidaksesuaian langkah penyelesaian soal dengan yang seharusnya, tidak menerapkan rumus dengan benar, serta tidak tepat dalam perhitungan
Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA Berdasarkan Gender
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMA berdasarkan gender pada materi trigonometri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengambilan data dilakukan pada siswa kelas XI SMA Takhasus Alquran tahun ajaran 2019/2020 berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes, wawancara, dan dilengkapi dengan dokumentasi sehingga semua kegiatan dapat terekam dengan baik. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Untuk menguji keabsahan data digunakan triangulasi metode dengan membandingkan hasil tes dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara siswa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan cenderung belum mampu mengidentifikasi sifat-sifat atau konsep. Selain itu, untuk siswa perempuan  juga belum mampu menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari
Analisis kemampuan berpikir kreatif tema ekosistem siswa kelas V SDN Sampangan 02 Semarang
The research aims to describe the creative thinking skills of fifth grade students at SDN Sampangan 02 on the theme of ecosystems. This research method is a qualitative descriptive research. The subject in this study were 6 fifth grade students at SDN Sampangan 02. They consisted of 2 initial ability categories. The data collection technique in this study was a test technic in the from of student learning evaluation sheetsand interviews with students and clas teachers. The result of the study a low that: student with high-level thinking skills are able to reach the 3rt level creative catefory. They are able to fulfill indicators of fluency and flexibility. The solve the questions correclty and according to what the teacher teaches; 2) as for students with moderate initial abilities with the level 1 creative thinking level, they are only able to meet fluency indicators. They solve problems correct based on their own understanding; 3) students who have low initial ability do not show indicators of fluency, flexibility, and novelty so that they fall into the cotegory of creative thinking at level 0 (not creative). They can’t get the question right.Penelitian bertujuan untuk Mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
V SDN Sampangan 02 pada tema ekosistem. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek pada penelitian ini ada 6 orang siswa kelas V SD N Sampangan
Yang terdiri dari 2 siswa dengan kategori kemampuan awal tingkat tinggi, 2 siswa kategori kemampuan awal tingkat sedang, 2 kategori kemampuan awal tingkat rendah. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik tes berupa lembar evaluasi belajar siswa dan wawancara terhadap siswa dan guru kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: siswa berkemampuan awal berpikir tingkat tinggi mampu mencapai kategori kreatif tingkat ke-3. Mereka mampu memenuhi indikator kefasihan dan fleksibilitas. Mereka menyelesaikan soal dengan tepat dan sesuai dengan yang diajarkan guru; 2) Adapun siswa berkemampuan awal sedang dengan tingkat berpikir kreatif tingkat ke-1 hanya mampu memenuhi indikator kefasihan. Mereka menyelesaikan persoalan dengan tepat berdasarkan kepemahamannya sendiri; 3) siswa yang berkemampuan awal rendah belum menunjukkan indikator kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan sehingga mereka masuk dalam kategori berpikir kreatif tingkat ke-0 (tidak kreatif). Mereka tidak dapat menyelesaikan pertanyaan dengan tepat
Profil Berpikir Kreatif Sisiwa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Visual Spasial
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah matematika ditinjau dari kecerdasan visual spasial. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian dipilih berdasarkan tes kecerdasan visual spasial yaitu 2 siswa dengan kecerdasan visual spasial tingkat tinggi, 2 siswa dengan kecerdasan visual spasial tingkat sedang, dan 2 siswa dengan kecerdasan visual spasial tingkat rendah kelas IX SMP N 1 Jaken Kota Pati yang dipilih berdasarkan hasil tes kecerdasan visual spasial dan wawancara. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu tes kecerdasan visual spasial, tes pemecahan masalah untuk memunculkan berpikir kreatif, dan pedoman wawancara. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber yaitu membandingkan hasil informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Hasil tes dan wawancara 1) siswa dengan kecerdasan visual spasial tinggi menunjukkan semua indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu pada aspek kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), kebaruan (novelty) dan memenuhi semua aspek pemecahan masalah yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan pemecahan masalah dan memeriksa kembali jawaban. 2) Siswa dengan kecerdasan visual spasial sedang menunjukkan semua indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu pada aspek kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), kebaruan (novelty) dan hanya mampu memahami tiga aspek pemecahan masalah yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, dan melaksanakan pemecahan masalah. 3) siswa dengan kecerdasan visual spasial rendah hanya menunjukkan hanya menunjukkan satu aspek berpikir kreatif yaitu kefasihan (fluency) dan hanya mampu memahami tiga aspek pemecahan masalah yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, dan melaksanakan pemecahan masalah
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Ditinjau dari Self Concept
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP ditinjau dari self concept. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini terdiri dari 32 siswa kelas VIII selanjutnya dipilih berdasarkan skala self concept yaitu 1 siswa self concept tinggi, 1 siswa self concept sedang, dan 1 siswa self concept rendah. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan skala self concept, tes tertulis, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan 3 tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik yaitu membandingkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis dengan hasil wawancara. Analisis dikembangkan berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis dengan memperhatikan self concept yang dimiliki. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa subjek dengan self concept tinggi mampu memenuhi empat aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dengan kategori yaitu sangat kreatif, subjek dengan self concept sedang mampu memenuhi tiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dengan kategori yaitu kreatif, dan subjek dengan self concept rendah mampu memenuhi satu aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dengan kategori yaitu kurang kreatif
The Effect of Students' Conceptual Error-Based Learning Tools on the TPACK Ability of Prospective Teachers
This study aimed to determine the effect of learning tools based on the analysis of students’ conceptual errors on TPACK abilities. This study uses an experimental method involving 105 samples in extracting the initial TPACK data owned by students studying to be teachers and their teachers. In the final data collection, 2 students carried out learning using a device that had been designed based on the possibility of student errors in the trial class, and 2 teachers taught conventionally in the control class. The data was taken by observing the TPACK indicator’s achievement for students and teachers. The study results show that the content knowledge capabilities of prospective teachers have a better opportunity to present more actual problems and provide opportunities for students to develop higher-order thinking skills. In this case, the students introduced the concept of algebra (variables, coefficients, constants and real number operations) in the problem of managing pocket money, while the teacher gave the problem of the number of balls in a cardboard box. The implication is that the readiness of prospective teachers to teach will be better.
Keywords: conceptual error-based learning, TPACK abilit
Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Persamaan Linear Menurut Polya Ditinjau dari Self Confidence Siswa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan SMP dalam memecahkan masalah persamaan linear menurut Polya ditinjau dari Self Confidence siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Manggar yang berjumlah 15 siswa. Dari kelas tersebut kemudian dipilih 3 siswa yang mewakili kempok Self Confidence tinggi, sedang, dan rendah untuk dijadikan subjek wawancara. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu angket Self Confidence ,tes kemampuan pemecahan masalah persamaan linear yaitu materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), pedoman wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) kemampuan pemecahan masalah persamaan linear siswa dengan tingkat Self Confidence tinggi mampu memenuhi indikator 1, 2, 3, dan 4 pemecahan masalah menurut Polya; 2) Kemampuan pemecahan masalah persamaan linear dengan tingkat Self Confidence sedang hanya memenuhi indikator 1 dan 2 pemecahan masalah menurut Polya; 3) Sedangkan kemampuan pemecahan masalah persamaan linear dengan tingkat Self Confidence  rendah tidak mampu memenuhi indikator 1, 2, 3 maupun 4 pemecahan masalah menurut Polya