9 research outputs found

    Molecular Identification, GC-MS Analysis of Bioactive Compounds and Antimicrobial Activity of Thermophilic Bacteria Derived from West Sumatra Hot-Spring Indonesia

    Get PDF
    Thermophilic bacteria are a source of bioactive compounds that have many benefits for human life. One of them is as a source of antimicrobials. This research aimed to identify and characterize the promising thermophilic bacterial isolates by analyzing bioactive compounds and their potential as antimicrobial agents. Thermophilic bacteria with the code LBKURCC were taken from the collection of the Biochemistry Laboratory of the University of Riau. Forty-four purified strains of thermophilic bacteria were tested for antimicrobial ability. These thermophilic bacteria were taken from hot springs located in the Sumatra provinces of West Sumatra and Riau. Strain LBKURCC218 isolated from Rimbo Panti hot springs in West Sumatra was chosen to further investigate antimicrobials production. Isolates of hot spring bacteria that produced the highest antimicrobial were identified by comparing the similarity of the 16S rRNA gene sequences. BLAST result and phylogenetic tree showed that the selected thermophilic bacterial strain was similar to Bacillus paramicoides with the similarity index of 99.93%. Analysis of bioactive compounds of the ethyl acetate extract of liquid cultures of B. paramycoides LBKURCC218 showed the best producer of antimicrobial compounds compared to other isolates. The most identified compounds from the ethyl acetate extract were Dodecanoic acid, representing 23.62% of the total compounds, followed by 11-Dodecanoic acid at 17.84%. Ethyl acetate extract of B. paramycoides LBKURCC218 has a high inhibition zone against Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Candida albicans

    PENENTUAN KADAR TANIN DALAM PELARUT ETANOL 50% DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN BANTUAN SELULASE Trichoderma asperellum LBKURCC1

    Get PDF
    Tanin merupakan senyawa turunan polifenol yang memiliki berat molekul 500-3000 yang memiliki gugus hidroksi fenolik. Tanin yang terkandung dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat dimanfaatkan sebagai bahan aditif pada bahan industri cat, tekstil dan penyamak kulit. Penggunaan enzim selulase dalam proses ekstraksi tanin menggunakan alkohol 50% diharapkan mampu meningkatkan ekstrak kadar tanin. Kulit buah manggis diekstraksi dengan dan tanpa enzim selulase Trichoderma asperellum LBKURCC1 menggunakan pelarut bufer Naasetat 0,05 M pH 5,5 dan bufer-etanol dengan konsentrasi etanol 50%. Kandungan total tanin dianalisis menggunakan metoda Folin-Denis. Hasil penelitian menunjukkan kandungan tanin per gram kulit buah manggismeningkat secara signifikan (p<0,05) dengan penambahan etanol 50% dibandingkan tanpa etanol. Sedangkan kandungan tanin per gram kulit buah manggis dengan perlakuan tanpa dan menggunakan enzim selulase tidak memberikan perbedaan hasil yang nyata (p≥0,05)

    UJI FORMULASI BIOFUNGISIDA GRANULAR BERBAHAN AKTIF Trichoderma virens ENDOFIT DALAM MENGENDALIKAN Ganoderma Boninense Pat. PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

    Get PDF
    The aim of this work is to find out the effect of granular bio fungicide formulations with the active ingredient of T. virens endophytes and to obtain the best biofungicide preparations to control G. boninense and improve the quality of oil palm seeds. The research was conducted at the experimental farm and plant disease laboratories, Faculty of Agriculture, the University of Riau from February 2017 to September 2018. The research was carried out experimentally using a completely randomized design (CRD).  The treatment tested was the Trichoderma virens formulation F0 = Control without treatment, F0- = Control negative (Ganoderma inoculant), F0 + = Positive control (15 ml Trichoderma virens inoculant + Ganoderma inoculant), F1 = 15 ml Trichoderma virens inoculant +100 g sago starch + 25 peat peat +25 g tapioca starch, F2 = 15 ml Trichoderma virens inoculant +100 g palm frond flour + 25 sago dregs + 25 g tapioca flour, F3 = 15 ml Trichoderma virens inoculant + 100 g solid +25 g talc + 25 g flour tapioca, F4 = 15 ml Trichoderma virens inoculant + 100 g cocoa shell flour + 25 g zeolite + 25 g tapioca flour. The parameters observed were the intensity of the attack of the disease, seed height, weevil diameter, number of fronds, root volume, seed dry weight, and sprout ratio. uk root. The obtained data were statistically analyzed using variant fingerprints. The average results of the analysis were continued with the BNJ test at the 5% level.  F4 treatment showed the best granular formulation for the growth and development of T. virens endophytes, inhibiting the infection of Ganoderma sp. Attack. on seedlings and better seed growth on observations of seed height, root volume, number of midribs, root crown ratio, and dry weight of oil palm seedlings

    TRANSGLIKOSILASI ENZIMATIK SENYAWA ANTIOKSIDAN PINOCEMBRIN MENGGUNAKAN SELULASE TRICHODERMA RESEEI UNTUK PENINGKATAN BIOAVAILABILITASNYA

    Get PDF
    Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang paling banyak terdapat di alam. Senyawa ini umumnya ditemukan dalam bentuk tidak terikat dengan gula (flavonoid aglikon). Salah satu contohnya adalah flavonoid aglikon pinocembrin. Flavonoid aglikon pinocembrin merupakan senyawa antioksidan, dan terbukti memiliki sifat antiangiogenesis, anti-inflamasi dan anti-tumor. Senyawa ini belum digunakan dalam jumlah banyak dikarenakan kelarutannya dalam air rendah, tidak stabil terhadap pengaruh cahaya, mudah teroksidasi, dan penyerapan di dalam usus rendah, serta memiliki rasa pahit. Sifat bioavailabilitas flavonoid aglikon ini dapat ditingkatkan dengan melakukan reaksi transglikosilasi. Transglikosilasi merupakan reaksi pemindahan unit gula ke akseptor yang memiliki gugus -OH. Flavonoid aglikon pinocembrin dapat bersifat stabil dan kelarutannya dalam air meningkat apabila diubah menjadi bentuk glikosida sebagai flavonoid glikosida melalui reaksi transglikosilasi secara enzimatik. Dalam penelitian ini transglikosilasi enzimatik pinocembrin dilakukan menggunakan bantuan enzim selulase Trichoderma reseei. Reaksi transglikosilasi dilakukan selama 30 jam pada suhu 40oC, menggunakan buffer asetat 0,05M pH 5, dan kecepatan pengocokan 170 rpm. Substrat carboxymethylcellulose (CMC) digunakan sebagai donor glikosil. Flavonoid glikosida hasil reaksi transglikosilasi dianalisis menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Hasil analisis HPLC menunjukkan enzim T. Reseei mampu melakukan reaksi transglikosilasi terhadap pinocembrin yang dapat dilihat dari adanya perubahan nilai waktu retensi dari produk transglikosilasi dibandingkan sebelum reaksi

    Potensi Metabolit Sekunder dari Trichoderma sp. LBKURCC22 Tanah Gambut Hutan Sekunder Sebagai Antibiotik

    Get PDF
    Trichoderma sp. LBKURCC22 adalah isolat lokal yang diisolasi dari lahan hutan rawa gambut sekunder. Isolat ini berpotensi menghasilkan metabolit sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali potensi metabolit sekunder dari isolat Trichoderma sp. LBKURCC22 dalam fermentasi batch. Metabolit sekunder diekstraksi dengan etil asetat. Ekstrak diuapkan, kemudian diperoleh ekstrak kasar. Analisis dilakukan dengan uji fitokimia, KLT, dan KCKT. Selanjutnya, aktivitas antibiotik dilakukan terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan metode dilusi. Uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak mengandung alkaloid. Namun, aktivitas antibakteri, senyawa metabolit sekunder dari ekstrak tidak aktif terhadap bakteri-bakteri yang diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KLT dengan eluen etil asetat:n-heksana (6:4) setelah disemprot dengan 0,5% p-anisaldehid menunjukkan tidak adanya peptaibol pada noda P1 (Rf :0,78), P2 (Rf 0,65), dan P3 (Rf 0). Analisis KCKT menghasilkan ekstrak mengandung satu puncak pada waktu retensi (tR) 4,115 menit pada 214 nm dan 4,106 menit pada 227 nm. Penelitian ini menunjukkan bahwa isolat Trichoderma sp. LBKURCC22 tidak memproduksi metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibiotik. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengeksplorasi potensi isolat ini

    Optimasilisasi Waktu Fermentasi, Kadar Air dan Konsentrasi Cu2+ pada Produksi Lakase Trichoderma asperellum LBKURCC1 Secara Fermentasi Padat Batang Padi dalam Reaktor Labu

    Get PDF
    Trichoderma asperellum LBKURCC1 adalah galur Trichoderma yang diisolasi dari tanah perkebunan cokelat di Riau yang mampu memproduksi lakase. Lakase merupakan enzim ligninolitik yang dapat mendegradasi lignin, sekaligus mengoksidasi senyawa fenol. Penelitian ini bertujuan mengoptimasi produksi lakase T. asperellum LBKURCC1 secara fermentasi padat (SSF) menggunakan batang padi sebagai penginduksi lakase, di dalam reaktor labu sederhana. Optimasi parameter fermentasi (waktu fermentasi, kadar air dan konsentrasi Cu2+)dilakukan menggunakan Central Composite Design (CCD) dengan Response Surface Methodology  (RSM). Hasil ANOVA menunjukkan bahwa model quadratik dipilih, dengan persamaan regresi Y= 64,19 - 6,71 X1 + 6,93 X2 - 15,65 X1*X1 - 7,11 X2*X2 - 15,40 X3*X3. Waktu fermentasi, kadar air dan konsentrasi Cu2+ sebagai CuSO4.7H2O ditemukan memiliki efek signifikan (p-value<0,05) terhadap aktivitas lakase yang diproduksi. Kondisi optimal untuk produksi lakase dengan penginduksi batang padi, secara SSF dalam reaktor labu, adalah 7 hari fermentasi, kadar air 67% dan konsentrasi CuSO4.7H2O 0,046 g/L. Aktivitas lakase yang diperoleh pada kondisi optimum adalah 65,3±0,7 mU per gram batang padi. Meskipun hanya meningkatkan aktivitas lakase 2% dari aktivitas pada center point, kondisi optimum tetap membuat proses menjadi lebih ekonomis dan efisien, karena memperpendek waktu produksi dari 8 hari menjadi 7 hari, dan mengurangi konsentrasi penambahan Cu2+

    Identifikasi Metabolit Sekunder Sekresi Jamur Lokal Tanah Gambut Riau Penicillium sp. LBKURCC34 Sebagai Antimikroba

    Get PDF
    Penicillium sp. LBKURCC34 adalah jamur yang diisolasi dari tanah gambut hutan primer di Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSKBB), Cagar Biosfer di Provinsi Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi potensinya sebagai penghasil antimikroba. Metode dilakukan melalui produksi metabolit sekunder dalam media cair, ekstraksi dalam larutan etil asetat, dan pemisahan ekstrak kasar dengan Kromatografi Kolom (CC). Ekstrak kasar dan fraksi diidentifikasi dengan KLT dan HPLC dan diuji aktivitas antimikrobanya dengan metode difusi cakram. Untuk mengidentifikasi senyawa aktif dilakukan uji fitokimia dan metode KLT-Bioautografi. Produksi tiga liter media menghasilkan 0,4 gram (0,0133% b/v) ekstrak etil asetat yang diidentifikasi sebagai terpenoid dan fenolat; dan mengandung senyawa semipolar berdasarkan uji KLT dan HPLC. Hasil KLT setelah disemprot dengan p-anisaldehida 0,5% menunjukkan adanya senyawa peptaibol (peptida). Ekstrak etil asetat dapat menghambat pertumbuhan kelima mikroba patogen yang diuji namun hanya 11-45% dibandingkan dengan kontrol positif. Uji bioautografi terhadap Escherichia coli menunjukkan noda aktif zona bening pada Rf sebesar 0,67. Sayangnya, dari Fraksi 1-5 yang terdapat noda dengan Rf 0,67 masih belum menunjukkan aktivitas berarti. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi struktur senyawa aktif dari isolat lokal ini

    PRODUKSI PIGMEN JINGGA Penicillium sp. LBKURCC27 PADA MEDIA CAIR DENGAN VARIASI pH DAN SUMBER NITROGEN, SERTA POTENSINYA SEBAGAI PEWARNA TEKSTIL

    Get PDF
    Penggunaan pigmen warna sintetis yang marak di industri tekstil, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak lingkungan selama produksi maupun pengaplikasiannya. Limbah yang dihasilkan dari pigmen warna sintesis sulit didegradasi dan cenderung bersifat karsinogenik. Pigmen warna alami yang dihasilkan jamur Penicillium dapat menjadi solusi alternatif untuk mengatasi dampak lingkungan yang dihasilkan dari penggunaan pigmen warna sintesis tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi isolat lokal Penicillium sp. LBKURCC27 sebagai sumber pigmen warna jingga alami dengan variasi pH media dan sumber nitrogennya. Penelitian dilakukan dengan memproduksi pigmen menggunakan isolat lokal Penicillium sp. LBKURCC27 pada media PDB dengan variasi pH (pH 4,5 hingga 7,5) dan variasi sumber nitrogennya (urea, tepung kedelai dan ekstrak ragi) pada suasana gelap dan statis selama 40 hari.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa media produksi pada pH 5,5 menghasilkan jumlah pigmen yang secara signifikan (p&lt;0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan pH lainnya. Sumber Nitrogen berupa urea akan menghasilkan jumlah pigmen yang secara signifikan (p&lt;0,05) lebih tinggi bila dibandingkan dengan sumber nitrogen berupa ekstrak ragi dan tepung kedelai. Hasil ekstraksi diuji menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui panjang gelombang optimumnya sehingga diperoleh panjang gelombang 511 nm sebagai panjang gelombang optimum. Uji pewarnaan dilakukan dengan metode mordanting menggunakan mordant besi sulfat dan tawas yang menghasilkan kain berwarna coklat hingga jingga. Analisis kolorimetri juga dilakukan pada kain yang telah diwarnai sehingga diperoleh koordinat kromatis primer berupa RGB. Hasil pewarnaan kain dengan mordant besi sulfat memiliki warna yang lebih merata. Kain sutra memiliki warna yang lebih gelap dan lebih merata dibandingkan pewarnaan pada kain katun
    corecore