20 research outputs found

    Hubungan Pengetahuan Dan Kepatuhan Ibu Hamil Konsumsi Tablet Tambah Darah Dengan Kejadian Anemia Di Kecamatan Leitimur Selatan Dan Teluk Ambon

    Get PDF
    Background: Anemia is a public health nutritional problem, especially for pregnant women. Anemia in pregnancy can adversely affect the morbidity and mortality of both mother and baby. According to the WHO, the prevalence of anemia in Indonesia was 40.5% in 2015, and 42% in 2016. One of the government's efforts to reduce the rate of anemia is the provision of iron tablets. In Indonesia, the coverage of giving at least 90 tablets during pregnancy in 2017 reached 80.81%. However, in Maluku Province, the coverage of iron supplementation (47.35%) was included amongst the four lowest provinces. This study aims to examine the relationship between pregnant women's knowledge and consumption of iron tablets and anemia in the Districts of South Leitimur and Teluk Ambon. Methods: This research is an analytical study with a cross-sectional approach. The subjects of this study were 165 pregnant women who were taken by purposive sampling.Result: The results showed 50.3% of pregnant women had anemia and only 21.8% complied with taking iron tablets. We found that there was no statistically significant association between pregnant women's knowledge of iron supplementation (p=0.443), as well as compliance with taking iron supplements (p=0.135), and anemia. Nevertheless, the percentage of women with anemia was lower in pregnant women who complied with taking iron supplements than those who did not comply. Conclusion : This study shows that efforts are still required to reduce the prevalence of anemia in Ambon City, including increasing women's compliance to take iron tablets

    Improving coverage and compliance in mass drug administration for the elimination of LF in two 'Endgame' districts in Indonesia using micronarrative surveys

    Get PDF
    Author Summary This research describes the process used to assist two districts endemic for lymphatic filariasis (LF) in Indonesia to better understand the reasons why their LF elimination programs have had suboptimal results. A novel survey design was used to collect stories about people's direct experiences with mass drug administration (MDA) for LF. These questionnaires also explored the reasons community members took or did not take the LF drugs. Following MDA in 2013, two baseline surveys in endemic communities provided insight into the district MDA programs. Together with district health officials, feasible recommendations were provided before the next MDA round in 2014. Uptake of these recommendations by the districts was high, although no additional funding was made available for programmatic changes. As a result, both districts reported significant improvements in their MDA coverage and compliance rates after the endline surveys were completed in 2015. This demonstrated the utility of the survey tool and process to impact change and improvement in MDA programs

    PENGARUH KADAR VITAMIN D DAN KALSIUM PADA STATUS KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN KAIRATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

    Get PDF
    Pendahuluan Peningkatan penyakit tidak menular (PTM) belakangan ini cukup tinggi. Isu vitamin D kembali muncul sebagai salah satu penyebab utama permasalahan kesehatan masyarakat di dunia. Bukti terakhir menunjukkan bahwa selain menimbulkan gangguan pada tulang, defisiensi vitamin D juga bertanggung jawab atas meningkatnya berbagai penyakit tidak menular. Tujuan: penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kadar Vitamin D dan kadar kalsium serta hubungan keduanya dengan angka kejadian PTM. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan menggunakan metode total sampling yang dilaksanakan pada januari  2019 di Puskesmas Kairatu Barat, Kecamatan Seram Bagian Barat. Hasil: Responden perempuan 74%, usia terbanyak 41-50 tahun. Laki-laki 26%, usia terbanyak 51-60 tahun. Kalsium normal ditemukan pada semua sampel (8,3-10,6 mg/dL). Hasil pengukuran kadar 25(OH)D serum, sebagian besar berada di level insufisiensi 69%,  diikuti sufisiensi 28%, defisiensi 2% dan toxisitas 1%. Hubungan kadar 25(OH)D dan Tekanan Darah (p = 0,130);  25(OH)D dan Gula Darah Sewaktu (p = 0,367); 25(OH)D dan asam urat (p = 0,598); 25(OH)D dan kadar kolesterol (p = 0,011). Tidak memiliki riwayat penyakit tidak menular sebesar 71%. Kesimpulan: Jika merujuk pada status Vitamin D pada umumnya maka pada uji statistik terdapat hubungan tidak bermakna baik antara Vitamin D dengan Kadar Kalsium dan Vitamin D dengan faktor risiko PTM. Tetapi jika merujuk pada konsensus terbaru dimana level kecukupan/sufisiensi di atas 20 ng/ml maka 97% 25(OH)D berada pada status sufisiensi.&nbsp

    Determinants of early neonatal mortality: secondary analysis of the 2012 and 2017 Indonesia Demographic and Health Survey

    Get PDF
    BackgroundMost neonatal deaths occur during the first week of life (i.e., early neonatal deaths). In this analysis, we aimed to investigate the determinants of early neonatal deaths in a nationally representative sample of births in Indonesia over the five years before each survey.MethodsData were obtained from the 2012 and 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS), including information from 58,902 mothers of children aged <5 years of age. The outcome variable was early neonatal death (death of a newborn within the first six days of life). Explanatory variables were categorized into environmental, household, maternal, pregnancy, childbirth, and child characteristics. Multivariate regression methods were employed for analysis.ResultsIncreased odds of early neonatal deaths were associated with mothers who lacked formal education or had incomplete primary schooling (adjusted odd ratio [OR] = 2.43, 95% confidence interval [CI]: 1.18–5.01), worked outside the house in agricultural (aOR = 5.94, 95% CI: 3.09–11.45) or non-agricultural field (aOR = 2.98, 95% CI: 1.88–4.72), and were required to make a joint decision about health care with their partner or another household member (aOR = 1.79, 95% CI: 1.12–2.84). Increased odds were also observed in smaller-than-average infants, particularly those who received low-quality antenatal care services (aOR = 9.10, 95% CI: 5.04–16.41) and those whose mothers had delivery complications (aOR = 1.72, 95% CI: 1.10–2.68) or who were delivered by cesarean section (aOR = 1.74, 95% CI: 1.07–2.82). Furthermore, male infants showed higher odds than female infants (aOR = 1.85, 95% CI: 1.23–2.76).ConclusionsA multifaceted approach is essential for curtailing early neonatal mortality in Indonesia. Enabling workplace policies, promoting women's empowerment, strengthening the health system, and improving the uptake of high-quality antenatal care services are among the critical steps toward preventing early neonatal deaths in Indonesia

    PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DI KOTA AMBON: SEBUAH STUDI KUALITATIF DI KELURAHAN PANDAN KASTURI DAN HATIVE KECIL

    Get PDF
    Posbindu PTM adalah salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang dibentuk oleh pemerintah guna menanggulangi penyakit tidak menular. Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya terdapat berbagai permasalahan yang dapat menghambat keefektifan Posbindu PTM. Penulisan merupakan hasil analisis penelitian kualitatif Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura pada bulan November 2019 - Januari 2020. Tujuan analisis adalah mengetahui pelaksanaan Posbindu PTM. Data diperoleh hasil wawancara mendalam dan FGD informan yang berada di Posbindu PTM wilayah Puskesmas Rijali dan Puskesmas Hative Kecil serta Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Analisis dilakukan terhadap pelaksanaan, sumber pembiayaan, dan respon masyarakat pada masing-masing Posbindu PTM. Hasil analisis menunjukkan bahwa Posbindu PTM di Kelurahan Pandan Kasturi dan Negeri Hative Kecil telah berjalan. Terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan seperti melibatkan pihak swasta dan pelatihan kader secara berkala

    PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN PEMANGKU KEPENTINGAN NEGERI OUW , SAPARUA, TERHADAP PELAKSANAAN POSBINDU PTM

    Get PDF
    Meningkatnya kasus penyakit tidak menular (PTM) saat ini menjadi ancaman kesehatan secara global dan nasional. Hal ini mendorong tercetusnya berbagai strategi untuk menyelesaikan permasalahan. Salah satunya dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), untuk mencegah dan menemukan lebih dini fakor risiko PTM. Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengetahuan dan pemahaman semua elemen masyarakat tentang PTM dan Posbindu PTM, serta upaya dan dukungan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan Posbindu PTM tahun 2020 . Studi kualitatif ini dilakukan pada bulan November 2019 di Pulau Saparua pada 22 informan di Negeri Ouw. Data diperoleh melalui hasil wawancara mendalam dan FGD, dengan menganalisis pengetahuan PTM, deteksi dini faktor risiko, pengetahuan Posbindu PTM, upaya dan dukungan, tantangan, anggaran dan kader Posbindu PTM. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih minimnya pengetahuan seluruh elemen masyarakat Negeri Ouw tentang PTM dan Posbindu PTM. Respon pemerintah dan masyarakat baik dalam menyambut kegiatan Posbindu PTM, hanya saja belum memahami bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkat peran masyarakat untuk melakukan pencegahan dan penemuan dini faktor risiko sehingga mampu menyelesaikan permasalahannya secara mandiri. &nbsp

    KESENJANGAN PEMAHAMAN KONSEP PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU DENGAN PELAKSANAANNYA DARI SUDUT PANDANG PENGAMBIL KEBIJAKAN DI KOTA AMBON DAN PULAU SAPARUA

    Get PDF
    Penyakit tidak menular (PTM) telah telah mendorong dibentuknya strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) sebagai prioritas pembangunan di setiap negara sesuai dengan Sustainable Development Goals 2030. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Berbagai Posbindu PTM tidak berjalan secara optimal dengan salah satu penyebabnya karena pemahaman pelaksanaan dan persiapan Posbindu yang belum sesuai dengan konsep yang telah ditentukan oleh Kemenkes RI tentang petunjuk teknis Posbindu PTM. Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai kesenjangan atau ketidaksesuaian pemahaman dalam pelaksanaan Posbindu PTM dengan konsep yang telah ditetapkan dan membahas upaya tindak lanjut yang sesuai dengan konsep Posbindu PTM sehingga diharapkan bisa mengurangi hambatan. Studi kualitatif ini dilakukan pada bulan November 2019-Januari 2020 di Kota Ambon dan Pulau Saparua dengan melakukan wawancara mendalam pada 12 informan di pihak Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Dinas Kesehatan Kota Ambon, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah, 2 Puskesmas di Kota Ambon (Puskesmas Hative Kecil dan Puskesmas Rijali), dan 3 Puskesmas di Pulau Saparua (Puskesmas Jazirah Tenggara, Puskesmas Porto-Haria dan Puskesmas Booi-Paperu). Dari penelitian ini didapatkan berbagai miskonsepsi atau kesenjangan antara teori konsep Posbindu PTM dengan pelaksanaannya dalam hal pemahaman tentang tujuan program, sumber anggaran, pelaksanaan kegiatan, anggapan masyarakat, pengintegrasian, serta monitoring dan evaluasi program, sehingga dilakukan pembahasan untuk saran tindak lanjut yang sesuai dengan konsep Posbindu PTM untuk mengurangi hambatan
    corecore