15 research outputs found
UJI MODEL PEMECAH GELOMBANG RUBBLE MOUND BERBASIS REKAYASA PROFIL LERENG
Batuan pelindung pemecah gelombang rubble mound umumnya direncanakan dengan menggunakan konsep stabilstatis melalui persamaan Hudson, akan tetapi ukuran batuan yang diperoleh sangat besar dan sulit diperolehdilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemiringan struktur (), tinggi gelombang (H),periode gelombang (T), dan kedalaman (d) terhadap pembentukan profil lereng yang stabil pada pemecah gelombangrubble mound yang menggunakan batu pecah berukuran kecil. Penelitian model fisik dengan skala 1:20 dilakukan diLaboratorium Hidrolika dan Teknik Pantai, Jurusan Sipil, Unhas. Model pemecah gelombang sisi miring dengankemiringan 1:1 dan 1:2 dibuat dari batu pecah dengan ukuran batu D50 = 0,33 cm dan D50 = 0,725 cm. Ukuran tersebutdiperkecil rata-rata 5,7 kali dan 3,2 kali dari perhitungan berdasarkan metode Hudson, disimulasikan dalam 2 macamkedalaman (d), dengan 24 macam tinggi dan periode gelombang (Hi & T) dengan jumlah gelombang 2000-4000. Hasilpenelitian menunjukkan lereng pemecah gelombang yang diuji mencapai kondisi stabil dengan profil persamaan y=-y1x³-y2x²+y3x+y4 dan faktor y1, y2, y3 dan y4 memiliki korelasi cukup, kuat dan sangat kuat terhadap bilangan takberdimensi H3 [dDgT2]-1[cot ]-1. Persamaan yang diperoleh dapat digunakan untuk memperkirakan profil lerengpemecah gelombang rubble mound dengan ukuran batuan yang telah diperkecil dalam rentang diameter tertentu
Minimum Jet Velocity for Unbounded Domain Fluidization as a New Dredging Methods
Unlike for the bounded domain, the minimum fluidization velocity of the unbounded fluidization domain has not been well developed. The aimed of the research is to formulate the minimum jet (holes) velocity (voc) theoretically and experimentally as the criteria for unbounded domain fluidization. Physical experiments were conducted for bounded and unbounded fluidizations of 20 cm to 45 cm thickness of sand bed. The bounded fluidization was carried out using a transparent vertical tube, whilst the unbounded fluidization was conducted on a transparent box. The fluidization discharge and pressure were measured. Empirical equations on jet holes velocity based on the experiment was developed. It was found that voc depends on the required superficial velocity at the surface of sediment deposit (vc) and flow rate loose factor (y) due to unbounded domain conditions. The vc is greater than the minimum fluidization velocity in bounded domain (vmf). The conservative values of velocity conversion factor (ks) were found to be approximately 2.0
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan
Amkesmas program mangement in Selayar Island District still not optimum yet. This study was done to asses Jamkesmas Program management as exhaustively in Selayar District Island base on organisation aspect, participant, services, financing and monitoring evaluation aspect. This study is qualitative reseach with evaluative approach, use indepth interview, documentary study and obsevation. This research found that in the organizational aspect the performance of the management team wich consist of organizer team, coordinating team, verifivation team and PT. Askes, not satispaction yet. In participant aspect founded par-ticipant data wich not valid, Jamkesmas card still in Villages office, and the sosialitation activity still low and not effektif. In services aspect the patients were griping the service payment, and some medicine not available in the Hospital apotek. In the financing aspect, this research found lack of transparancy, efficiency, effectivity and accuountability of budget Jam-kesmas using. In the Monitoring Evaluation, report and sigh handling aspect, this study found that monitoring and suverfision activity by the district organizer team is still low in quantity and quality as well as, and the quality of report and sigh handling also not satisfy yet. This study concludes that the participant and financing aspect as become two the main problems in Jamkesmas management in Selayar Island District. Suggested to do immediately revalidation of partisipant data and improve the Jamkesmas budget managementKey Words: Jamkesmas, Orgnizational, Partisipants, Services, Financin
Pemetaan Struktur Massa Air di Muara Sungai Jeneberang Dengan Menggunakan ArcGis
Estuary adalah tempat pertemuan air tawar dan air asin yang di pengaruhi oleh pasang surut. Pengaruh pasang surut terhadap sirkulasi aliran seperti kecepatan, profil muka air dan intrusi air asin di estuari dapat sampai jauh ke hulu sungai tergantung pada tinggi pasang surut. Penelitian ini dilakukan di Muara Sungai Jeneberang dengan mengukur langsung masa air yaitu salinitas, temperature, dan densitas. Penelitian dilakukan untuk memetakan pola sebaran dan stratifikasi struktur massa air secara spasial pada saat spring tide dan neep tide di Muara Sungai Jeneberang pada saat kondisi pasang menuju surut dan pada saat kondisi surut menuju pasang. Tahapan dalam pengolahan data menggunakan tools Sistem Informasi Geografis/Geographic Infromation System (ArcGis) yang sebelumnya dilakukan pengukuran, pengamatan, perekaman, dan pemetaan. Data hasil pengukuran kemudian dibuat dalam model spasial dengan menggunakan Aplikasi ArcGis untuk melihat pola sebaran struktur massa air akibat pengaruh pasang surut. Pola sebaran dan pelapisan massa air ini diperlihatkan secara spasial pada saat spring tide dan neep tide, pada kondisi pasang menuju surut dan kondisi surut menuju pasang. Pola sebaran struktur massa air secara spasial ini perlu ditambahkan dengan memperlihatkan pola sebabarannya secara vertical, sehingga dapat melihat profil kolom air dan kondisi pencampuran yang terjadi akibat pengaruh pasang suru
Hydrodynamic Condition of Tides and Wave Diffraction in the Estuary of Jeneberang River
The coastal hydrodynamic pattern around the estuary is determined by the wave, river discharge, and the tidal condition which work simultaneously. The wave factor contributes to more dominant influence on estuaries located in the open sea. Wave coming towards the coast can generate current on the coast. The current pattern around the estuary is determined mainly by the magnitude of the angle formed between the incoming wave and the coastline. The objective of this research is to analyze the wave diffraction patterns and the length of tidal propagation towards the direction of the coast in the estuary. Investigated area is situated in the estuary of Jeneberang River. The analysis of tidal propagation and wave diffraction covers a reach of 4270 meters upstream. Data collected include bathymetric, wind, and tidal data. Furthermore, the result of this analysis can be used as an input in efforts to manage and develop the coastal area in the estuary of Jeneberang River. The length of the tidal propagation in the estuary of Jeneberang River is approximately 1220 meters upstream. Wave diffraction occurs from the north, northwest, and west direction. The highest wave diffraction came from the west direction with the value of 0.73 m and the lowest wave diffraction came from the north direction with the value of 0.04 m
THE PERFORMANCE OF PERFORATED SCREEN SEAWALL IN DISSIPATING WAVES, MINIMIZING REFLECTED WAVE AND RUN-UP/RUN-DOWN
Perforated screen seawall was considered as one of the multi function coastal structures that can be dissipating the wave energy and reducing both the reflected wave height and the wave run-up/run-down simultaneously. Physical model with 1:20 geometric scale has been conducted in 16 m length, 1.20 m width and 1.00 m high of a wave flume to simulate the models. Three models are distinguished on the perforated screen density ie. S = 0.5B; S = B and S = 1.5B (S is spacing perforated gaps and B is width of the closing part) set in a slope of 45?? have been simulated by 3 variations of wave height and wave length (Hi & L). The results indicated that the higher density of the perforated screen rising the wave dissi-pation capability, minimizing both the wave reflection and run-up/run-down. Wave steep-ness parameter (Hi/L) and the density of perforation (S/B) either individually or jointly in non dimensional parameter is significantly influenced on wave reflection and dissipation. The maximum deduction of wave run-up about 30% - 60% by high to low density of perforated screen was found in around 2.5 of Irribaren number. The Empirical obtained equations for Kd and Kr both in relationship with BHi/SL and the curves of Ru/H and Rd/H in the relationship with IrS/B can be used for prototypes design purpose
Pemetaan Struktur Massa Air di Muara Sungai Jeneberang Dengan Menggunakan ArcGis
Estuary adalah tempat pertemuan air tawar dan air asin yang di pengaruhi oleh pasang surut. Pengaruh pasang surut terhadap sirkulasi aliran seperti kecepatan, profil muka air dan intrusi air asin di estuari dapat sampai jauh ke hulu sungai tergantung pada tinggi pasang surut. Penelitian ini dilakukan di Muara Sungai Jeneberang dengan mengukur langsung masa air yaitu salinitas, temperature, dan densitas. Penelitian dilakukan untuk memetakan pola sebaran dan stratifikasi struktur massa air secara spasial pada saat spring tide dan neep tide di Muara Sungai Jeneberang pada saat kondisi pasang menuju surut dan pada saat kondisi surut menuju pasang. Tahapan dalam pengolahan data menggunakan tools Sistem Informasi Geografis/Geographic Infromation System (ArcGis) yang sebelumnya dilakukan pengukuran, pengamatan, perekaman, dan pemetaan. Data hasil pengukuran kemudian dibuat dalam model spasial dengan menggunakan Aplikasi ArcGis untuk melihat pola sebaran struktur massa air akibat pengaruh pasang surut. Pola sebaran dan pelapisan massa air ini diperlihatkan secara spasial pada saat spring tide dan neep tide, pada kondisi pasang menuju surut dan kondisi surut menuju pasang. Pola sebaran struktur massa air secara spasial ini perlu ditambahkan dengan memperlihatkan pola sebabarannya secara vertical, sehingga dapat melihat profil kolom air dan kondisi pencampuran yang terjadi akibat pengaruh pasang suru
Aplikasi Composite Hanging Breakwater Sebagai Pelindung Kolam Pelabuhan Bantaeng
Bantaeng Port already has a dock for the loading and unloading goods and passengers. The problem is, the port cannot be operated optimally because of the large wave height at the dock so that the loading and unloading process is not optimal. The Bantaeng Port Master Plan document recommends the construction of a breakwater. One type of breakwater that can be applied is hanging breakwater. This study analyzes the dimensions of hanging breakwater based on environmental data. The study began by collecting data on deep-sea waves and related documents. Deep sea waves are analyzed to obtain wave parameters at the building site. This structure will be placed at a depth of 20 m. After the wave parameters at the location of the structure are known, then calculate the transmission coefficient using the equation developed by previous researchers [2]. The transmition coefficient is further used to calculate the wave behind the structure. The wave behind the structure must be smaller or equal to the required wave height [3]. The results obtained shows that the higher the wave in front of the building is Hi = 1.79 m, the wave height behind the structure is required is Ht = 0.7 m and the transmission coefficient is Kt = 0.8. The width of the building in the direction of wave propagation can be calculated using the equation L= 46.757e-0.08D.Pelabuhan Bantaeng telah memiliki dermaga untuk proses bongkar muat barang dan penumpang. Masalahnya, pelabuhan tersebut belum bisa dioperasikan secara maksimal oleh karena besarnya tinggi gelombang di dermaga sehigga proses bongkar muat tidak maksimal. Dokumen Rencana Induk Pelabuhan Bantaeng merekomendasikan pembangunan breakwater. Salah satu tipe breakwater yang dapat diaplikasikan adalah hanging breakwater. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dimensi hanging breakwater berdasarkan data lingkungan. Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data gelombang laut dalam dan dokumen terkait. Gelombang laut dalam dianalisis untuk mendapatkan parameter gelombang di lokasi bangunan. Struktur ini akan diletakkan pada kedalaman 20 m. setelah parameter gelombang di lokasi struktur diketahui, selanjutnya menghitung koefisien transmisi dengan menggunakan persemaan yang dikembangkan oleh peneliti terdahulu [2]. Koefisien transmis selanjutnya digunakan untuk menghitung gelombang di belakang bangunan. Gelombang di belakang bangunan harus lebih kecil atau sama dengan tinggi gelombang dipersyaratkan [3]. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi gelombang di depan bangunan adalah Hi = 1.79 m, tinggi gelombang di belakang model adalah yang dipersyaratkan adalah Ht = 0.7 m dan koefisien transmisi adalah Kt = o.8. Lebar bangunan pada arah perambatan gelombang dapat dihitung dangan menggunakan persamaan L=46.757e(-0.08D)
Pengaruh Morfologi Muara terhadap Penjalaran Pasang Surut dan Gelombang Pecah pada Muara Sungai Jeneberang
Pola hidrodinamika pantai di sekitar muara bergantung pada gelombang, debit sungai, dan pasang surut. Faktor gelombang, debit sungai, dan pasang surut akan bekerja secara simultan. Faktor gelombang memberikan pengaruh yang lebih dominan pada muara sungai yang berada di laut terbuka. Gelombang yang datang menuju pantai secara teoritis dapat menimbulkan arus di daerah pantai. Pola arus disekitar muara ditentukan oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang datang dengan garis pantai. Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah menganalisis pola difraksi gelombang dan panjang penjalaran pasang surut menuju pantai di muara. Hasil analisis ini bisa digunakan sebagai masukan dalam upaya pengelolaan dan pengembangan daerah pantai di muara Sungai Jeneberang. Panjang penjalaran pasang surut dari muara Sungai Jeneberang adalah sekitar 1220 meter kearah hulu. Difraksi gelombang terjadi dari arah utara, arah barat laut dan arah barat muara sungai di mana difraksi gelombang terbesar datang dari arah barat sebesar 0.73 m dan difraksi gelombang terkecil datang dari arah utara sebesar 0.04 m