17 research outputs found
PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT KELOMPOK NELAYAN IKAN AIR TAWAR DI DANAU MAWANG KABUPATEN GOWA
Tujuan umum kegiatan Iptek bagi Masyarakat (IbM) di sekitar Danau Mawang adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengolahan ikan air tawar pada berbagai aspek yakni aspek penanganan dengan rantai dingin, aspek sanitasi dan higienis dan diversifikasi produk. Tujuan khusus kegiatan ini adalah agar kelompok sasaran (mitra) membekali diri dengan berbagai pengetahuan praktis mengenai pengolahan hasil perikanan menjadi makanan siap saji (kaki naga, nugget, bakso, fishcake). Luaran yang diharapkan pada Program IbM pada kelompok nelayan “Damai” Kelurahan Mawang Kecamatan Somba Opu dan kelompok nelayan “Mawang Lestari” Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa, yaitu: (1) bertambahnya pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam penanganan ikan mulai dari saat ikan ditangkap, penyimpanan di dalam stryrofoam, penanganan serta penyimpanan di daratan sampai saat dijual ke konsumen; (2) meningkatkan kesadaran kelompok petani/nelayan terhadap aspek sanitasi lingkungan dan higienis para pekerja sehingga mempertahankan ikan dari kemunduran mutu; (3) bertambahnya pengetahuan dan kemampuan kelompok dalam mengolah ikan menjadi produk pangan yang mempunyai nilai tambah; dan (4) meningkatnya tingkat kesejahteraan, status ekonomi dan status gizi masyarakat. Hal ini dicapai dengan adanya pertumbuhan industri kecil serta UKM yang mengolah ikan. Kata kunci: ikan lele, ikan nila, ikan mas, kakinaga, nugget, bakso
Pemberdayaan wirausaha muda di Kabupaten Pangkep dengan pelatihan teknologi pengolahan Dimsum pelangi ikan bandeng
Diversifikasi olahan produk bandeng merupakan upaya untuk mencukupi selera masyarakat dalam mengonsumsi ikan sebagai sumber protein. Salah satu olahan ikan bandeng adalah bandeng tanpa duri dan aplikasi olahannya adalah Dimsum. Produk ini mempunyai cita rasa yang spesifik, digemari banyak orang. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberdayakan kelompok masyarakat melalui pelatihan pengolahan dimsum ikan bandeng. Kegiatan telah dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2022 di Inkubator Bisnis Wirausaha Hebat Kota Pangkajene Kabupaten Pangkep. Sasaran utama pengabdian kepada masyarakat ini adalah Wirausaha Muda Kabupaten Pangkep. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode pelatihan pembuatan produk Dimsum pelangi. Kegiatan tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan yaitu; survey lokasi kegiatan dan mitra, sosialisasi pelaksanaan kegiatan dan pelaksanaan kegiatan. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan kelompok sasaran dalam pengolahan hasil perikanan khususnya dimsum pelangi ikan bandeng bertambah dengan mengikuti kegiatan ini. Pembuatan dimsum ini dengan bahan baku komoditas unggulan Kabupaten Pangkep yaitu ikan bandeng dan memberikan variasi warna dimsum pada kulit yang digunakan dengan penambahan pewarna alami dari tanaman lokal yang ada di Kabupaten Pangkep sebagai inovasi dan keterbaharuan produk yang dihasilkan yaitu dimsum pelangi
PENERAPAN PENGOLAHAN LABU KUNING (Cucurbitae moschata) DI KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN
Labu Kuning (Cucurbitae moschata) merupakan bahan pangan yang mengandung kalori, karbohidrat, protein, lemak, mineral (kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, tembaga dan seng), ß-karoten, tiamin, niacin, serat, dan vitamin C. Kandungan gizi yang sering diunggulkan dari labu kuning adalah kandungan ß-karoten yang merupakan sumber vitamin A yang berfungsi: melindungi mata (dari serangan penyakit katarak) dan kulit, meningkatkan kekebalan tubuh dan reproduksi. Tujuan dan target yang ingin dicapai pada program IbM yaitu : (1) Bertambahnya pengetahuan kelompok tani ”Lompoe” dan kelompok Tani ”Masagenae” dalam peningkatan kemampuan teknologi diversifikasi pengolahan labu kuning menjadi produk pangan yang mempunyai nilai tambah “value added”; (2) Meningkatkan kesadaran kelompok petani terhadap aspek sanitasi dan higienis dalam pengolahan produk labu kuning; (3) Meningkatnya tingkat kesejahteraan, status ekonomi dan status gizi masyarakat kelurahan Lalabata kecamatan Tanete Rilau kabupaten Barru. Hal ini dicapai dengan adanya pertumbuhan industri kecil/home industri serta UKM yang mengolah labu kuning. Metode pendekatan dilakukan dengan langkah: (1) Penyuluhan partisipatif: yaitu melakukan kegiatan pembelajaran tentang teknologi pengolahan labu kuning. Metode yang dipakai pada penyuluhan partisipatif ini adalah pertemuan dengan kombinasi ceramah dan diskusi di tingkat kelompok tani yang ada. (2) Focussed Group Discussion (FGD): yaitu melakukan dialog aktif dalam kelompok-kelompok kecil antara masyarakat dengan fasilitator untuk menginvestigasi permasalahan lokal kondisi usahatani, serta keterkaitannya dengan pengembangan manajemen usaha pengolahan labu kuning (3) Pelatihan: Kegiatan pelatihan meliputi kegiatan demonstrasi dan kegiatan praktek anggota kelompok tani. Pada kegiatan demonstrasi, tim pelaksana akan memberikan contoh teknik diversifikasi mengolah labu kuning menjadi tepung, roti dan donat dengan menerapkan sistem sanitasi dalam setiap pekerjaan. Dalam kegiatan praktik ini, petani awalnya diberikan contoh, kemudian mereka mengulangi kembali melakukan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan. (4) Pendampingan dilakukan dengan Pendekatan kelembagaan, yaitu proses pendampingan yang terus menerus selama kegiatan berlangsung. Kata kunci: Labu kuning, diversifikasi olahan
PENGEMBANGAN DENDENG BANDENG (Chanos-chanos) TANPA DURI DI UKM MENTARI CITRA LESTARI KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN
Diversifikasi olahan produk Bandeng merupakan salah satu upaya untuk mencukupi selera masyarakat dalam mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein. Dengan demikian, pengembangan produk ikan Bandeng tanpa duri menjadi produk dendeng akan mendorong minat petambak untuk melakukan produksi lebih baik lagi. Hal ini dikuatkan oleh Achmad dkk. (1993) yang menyatakan bahwa teknologi pengolahan ikan Bandeng yang semakin berkembang juga merangsang perkembangan budidaya Bandeng. Dalam usaha pemanfaatan ikan Bandeng, UKM Mentari Citra Lestari telah mengembangkan Bandeng segar tanpa duri, di Kabupaten Pangkep sebagai potensi penghasil ikan Bandeng di Sulawesi Selatan. Pengembangan olahan Bandeng tanpa duri dikembangkan di UKM Mentari Citra Lestrari dengan pembuatan dendeng Bandeng tanpa duri. Produksi dendeng Bandeng tanpa duri di UKM Mentari Citra Lestari dengan Program PPPUD tahun 2019 tiap bulan memproduksi rata-rata 1050 ekor/bulan Dendeng Bandeng tanpa duri dengan harga ikan segar Rp 5.000/ ekor setelah di buat dendeng Bandeng tanpa duri perbulan dijual Rp 15.000/ekor, jadi Rp 15.000 x 1050 ekor = 15.750.000 . Pembelian ikan bandeng Rp 5.000 x 1050 ekor = Rp. 5.250.000 -.Jadi Total Keuntungan kotor perbulan Rp. 15.750.000 – Rp 5.250.000 = Rp. 10.500.000. Keuntungan bersih = Keuntungan kotor - (bahan tambahan + gaji karyawan + pengemasan), jadi Keuntungan bersih Rp. 10.500.000 –(Rp.300.000 + Rp.525.000 + Rp189,000) = Rp 9.486.000,-( Sembilan juta empat ratus delapan puluh enam ribu rupiah). Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) diharapkan dapat membantu pengembangan bahan baku ikan Bandeng sebagai potensi unggulan Kabupaten Pangkep. dengan program ini dapat memberikan nilai tambah dengan merubah produk primer menjadi produk sekunder atau produk akhir siap saji. Pengembangkan produk dendeng Bandeng tanpa duri yang berbahan bahan baku potensi unggulan Kabupaten Pangkep dapat dijadikan wirausaha yang berkembang.Kata Kunci: Ikan bandeng, Dendeng, Diversifikasi, Kewirausahaan
PENINGKATAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PADA UKM MENTARI CITRA LESTARI DENGAN PRODUK IKAN BANDENG (Chanos chanos Forks) TANPA DURI
Produksi ikan bandeng tahun 2016 Kabupaten Pangkep 25.934.9 ton, dan Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) membina UKM Mentari Citra Lestari yang mengolah produk bandeng tanpa duri. Tujuan PPPUD tahun 2018: Memberdayakan UKM melalui alih teknologi dengan penerapan sanitasi dan hygienis, penanganan rantai dingin, dan pengemasan. Metode yang diterapkan adalah pelatihan penerapan sanitasi dan hygienis penanganan rantai dingin, dan pengemasan. Disimpulkan mutu produk bandeng tanpa duri lebih baik karena diterapkan metode sanitasi hygienis, rantai dingin mulai saat pembelian bahan baku, pengangkutan, proses pencabutan tulang, pengemasan, pengangkutan ke konsumen. Pengemasan dengan labelling memberikan informasi keamanan dan mutu produk, tahan terhadap suhu beku. Bahan baku yang digunakan sebelum dilakuan pelatihan 300 ekor per minggu dan setelah dilakukan pelatihan produksi 600 ekor perminggu dengan ukuran bandeng segar minimal 250 gr atau 1 kg terdiri dari 4 ekor. UKM tersebut mengalami peningkatan produksi dan penjualan 15% dari sebelumnya. Tahun 2018, pembelian ikan bandeng Mitra UKM Mentari Citra Lestari 1.920 ekor x 10.000 = Rp 19.200.000,-. Penjualan per ekor setelah pencabutan duri Rp. 18.000 x 1.920 ekor = Rp. 34.560.000 -. Jadi Total Keuntungan kotor adalah Rp.34.560.000 - Rp. 19.200.000 = Rp. 15.360.000, keuntungan bersih adalah Keuntungan kotor – (biaya operasional + gaji karyawan) = Rp. 15.360.000 – Rp. 5.360.000 = Rp 10.000.000. Kata kunci: Ikan bandeng, sanitasi, hygienis, rantai dingin, pengemasan, keuntungan bersih
PRODUKSI BANDENG (Chanos-chanos Forsskal) TANPA DURI BEKU RASA PARAPE
ABSTRAK
Diversifikasi olahan produk bandeng merupakan salah satu upaya untuk mencukupi selera masyarakat dalam mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein. Dengan demikian, pengembangan produk bandeng menjadi produk bandeng tanpa duri rasa parape akan mendorong minat petambak untuk melakukan produksi lebih baik lagi. Dalam usaha pemanfaatan ikan bandeng, UKM Mentari Citra Lestari telah mengembangkan bandeng segar tanpa duri rasa parape, di Kabupaten Pangkep sebagai potensi penghasil ikan bandeng di Sulawesi Selatan. Pengembangan produk bandeng tanpa duri dikembangkan di UKM Mentari Citra Lestari dengan pembuatan bandeng tanpa duri rasa parape di tahun 2020. Produksi sejak Januari sampai dengan Juni 2020, rata-rata 29 kg/bulan bandeng tanpa duri rasa parape, harga ikan segar Rp20.000,-/kg setelah dibuat bandeng tanpa duri rasa parape per bulan dijual Rp120.000,-/kg, jadi Rp120.000,- x 29 kg = Rp3.480.000,-. Pembelian ikan bandeng Rp20.000,- x 29 kg = Rp580.000,- sehingga total keuntungan bersih per bulan Rp3.480.000.- – Rp2.820.000,- = Rp660.000,-. Keuntungan bersih = Keuntungan kotor - (bahan baku + bahan tambahan + es curah + air PDAM + gaji karyawan + pengemasan + listrik), jadi total selama 6 (enam) bulan = Rp3.960.000,-. Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) diharapkan membantu pengembangan bahan baku ikan bandeng sebagai potensi unggulan Kabupaten Pangkep, program ini memberikan nilai tambah dengan merubah produk primer menjadi produk sekunder atau produk akhir siap saji. Pengembangan produk bandeng tanpa duri rasa parape dijadikan wirausaha.
Kata kunci: Ikan bandeng, produk akhir, siap saji, rasa parape, wirausaha.
ABSTRACT
Diversification of the processed milkfish products is one of the efforts to meet people's appetite for consuming fish as a source of protein. Thus, the development of a milkfish product to become a thornsless parape flavored milkfish product will encourage the interest of farmers to produce better. In an effort to utilize milkfish, SME Mentari Citra Lestari has developed fresh, thornless, parape-flavored milkfish in Pangkep Regency as a potential producer of milkfish in South Sulawesi. The development of thornless milkfish products was developed at the SME Mentari Citra Lestari by making parape-flavored thornless milkfish in 2020. Production from January to June 2020, averaged 29 kg / month of parape-flavored thornless milkfish, the price of fresh fish was IDR20,000/kg after making thornsless milkfish with parape flavored, the product was sold for IDR120,000/kg, therefore IDR120,000 x 29 kg = IDR3,480,000. Purchase of milkfish of IDR20,000 x 29 kg = IDR580,000 resulted in a the total net profit per month of IDR3,480,000 - IDR2,820,000 = IDR660,000. Net profit is calculated by reduce the gross profit with the cost (raw materials + additional materials + bulk ice + PDAM water + employee salaries + packaging + electricity). Hence, in 6 (six) months of IDR3,960,000. The Regional Leading Product Development Program (PPPUD) is expected to assist the development of raw material for milkfish as the superior potential of Pangkep Regency. This program provides added value by converting primary products into secondary products or ready-to-eat final products. The development of thornless milkfish products with parape-flavored was made entrepreneurial.
Keywords: Milkfish, end product, ready-to-serve, parape taste, entrepreneurship
PENGEMBANGAN USAHA FISH JELLY (BAKSO, NUGGET, KAKI NAGA, OTAK-OTAK) IKAN BANDENG Chanos - chanos Forks
Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemari), dengan tujuan untuk membuat manusia Indonesia seutuhnya, seharusnya mempunyai jasmani dan rohani yang prima. Pencanangan Gemar Makan Ikan diharapkan juga dalam rangka pembangunan karakter bangsa yaitu mencerdaskan masyarakat secara fisik dan mental dengan mengkonsumsi ikan (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014) Tujuan pengembangan Usaha Fish Jelly diharapkan mengembangkan jiwa kewirausahaan di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep khususnya jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Metode yang dipakai untuk pencapaian tujuan adalah: (a) Mengembangkan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi dan memberikan pengalaman kerja kepada alumni dan mahasiswa, (b) Menerapkan metode pengolahan surimi ikan bandeng sehingga mempermudah dalam penyiapan pengolahan produk fish jelly. Program IbIKK, diharapkan mampu menghasilkan produk pengolahan fish jelly (Bakso,Nugget,Kaki Naga dan Otak-otak) sebagai makanan siap saji yang mempunyai kelebihan yaitu tidak mengandung lemak jenuh, karena dilakukan proses leaching sehingga aman dikonsumsi oleh pengguna yang mempunyai penyakit kolesterol. Kata Kunci : Ikan Bandeng,Fish jelly, Proses Leaching, Usaha Pangke
Fortifikasi jintan hitam pada minuman sarabba instan
Minuman sarabba merupakan salah satu minuman khas daerah Sulawesi Selatan. Minuman ini sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan pelegah tenggorokan. Untuk meningkatkan manfaat minuman sarabba bagi kesehatan maka perlu dilakukan penambahan bahan alami dalam proses pembuatannya. Salah satu bahan alami yang banyak digunakan sebagai bahan baku atau bahan tambahan pada minuman kesehatan adalah jintan hitam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu perlakuan jintan hitam dan jehe pada minuman sarabba instan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 Faktor pertama yaitu Penambahan jintan hitam (A) terdiri dari 3 taraf A1= 2 persen A2 = 15 persen dan A3 = 1 persen. Faktor kedua yaitu penambahan jahe (B) terdiri 3 taraf B1 = 60 persen, B2 = 40 persen dan B3= 20 persen, etiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. Data hasil pengamatan dilanjutkan dengan analisis sidik ragam (analysis of variance) menggunakan software SPSS V. 23 Bila hasil dari analisis ragam memperlihatkan pengaruh nyata atau sangat nyata, maka dilakukan uji nilai tengah dengan menggunakan Uji Beda Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik pada penelitian ini adalah penggunaan jahe 60% dan jintan hitam sebanyak 2%. Minuman sarabba instan yang dihasilkan dengan formulasi penggunaan jahe dan jintan hitam tersebut mengandung kadar air 2,3% dan antioksidan 6,6 μg/mL dengan tingkat kesukaan panelis rata-rata 7 atau berada pada taraf sangat suka
Pengaruh Penambahan Kelapa Sangrai Pada Tumpi-Tumpi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Potensi perikanan Sulawesi Selatan mencapai 945,48 ribu ton (BPS, 2022). Jenis ikan yang menjadi komoditas unggulan Sulawesi Selatan dalam perikanan budidaya salah satunya adalah ikan nila. Ikan nila mengandung protein 15 – 24%, glikogen 1-3%, lemak 1- 22%, air 66-68%. Tumpi-tumpi merupakan makanan tradisional khas Sulawesi Selatan berbahan baku daging ikan yang sudah dimasak kemudian dihaluskan di tambahkan kelapa sangrai dan bumbu kemudian dicetak berbentuk segitiga serta disajikan setelah di goreng. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi penambahan kelapa sangrai terbaik pada pembuatan tumpi-tumpi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yang diterapkan pada proses pembuatan tumpi- tumpi. Faktor A persentase kelapa sangrai 20%, 15% dan 10% . Faktor B persentase ikan nila 90%, 85% dan 80%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penelitian tumpi-tumpi ikan nila disimpulkan perlakuan yang terbaik pada produk tumpi-tumpi ikan nila yaitu penambahan kelapa sangrai 20% dan ikan nila 90% dimana dari hasil analisa di peroleh kadar air 15,1%, kadar protein 16,5%, kadar lemak15,74% dan serta nilai kesukaan warna, tekstur, aroma dan rasa 4 (sangat suka)
PENERAPAN PENGOLAHAN FISH JELLY IKAN AIR TAWAR DI DANAU TEMPE KABUPATEN WAJO
Tujuan umum penerapan pengolahan fish jelly ikan air tawar yang diterapkan adalah untuk meningkatkan peran kelompok nelayan mengetahui penganekaragaman pengolahan hasil perikanan menjadi makanan siap saji. Metode Pendekatan yang dilakukan adalah Penyuluhan, Pelatihan dan Praktek serta Pendampingan, sedangkan luaran dalam penerapan pengolahan fish jelly ikan air tawar adalah: 1)Bertambahnya pengetahuan dalam penanganan ikan segar mulai penangkapan sampai ditangan konsumen; 2) Meningkatkan kesadaran kelompok nelayan terhadap aspek sanitasi; 3)Bertambahnya pengetahuan dan kemampuan kelompok nelayan dalam mengolah ikan menjadi produk pangan yang mempunyai nilai tambah “value added”; dan 4) Meningkatnya tingkat kesejahteraan, status ekonomi dan status gizi masyarakat kelompok nelayan di kelurahan Mattirotappareng kecamatan Tempe. Hasil yang dicapai pada kegiatan ini adalah kelompok nelayan dapat mengolah bahan lokal sehingga menanggulangi kebutuhan gizi dan jika dilakukan secara intensif dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecamatan Tempe kabupaten Wajo. Hal ini dicapai dengan adanya pertumbuhan industri kecil serta UKM yang mengolah ikan.Kata kunci: ikan air tawar, fish jelly, pengolahan