330 research outputs found

    Penerapan Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gelombang Mekanik

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan alat peraga pada materi gelombang mekanik. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah  Purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA dengan jumlah siswa yang diberikan tindakan selama penelitian sebanyak 25 siswa. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimental design) dengan desain one group pretest posstest design. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019, dan dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian tes hasil belajar. Penelitian ini memperoleh hasil dengan nilai rata-rata pretest hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen nilai terendah yaitu 30 dan nilai tertinggi yaitu 56,6 dengan rata-rata 44,1 selanjutnya meningkat pada posttest kelas eksperimen diperoleh nilai terendah yaitu 46,6 dan nilai tertinggi yaitu 86,6 dengan rata-rata 69,2. Gain pada kelas eksperimen bernilai 15,20, sedangkan nilai N-gain pada kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep dengan nilai 0,6 berkategori sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan alat peraga pada materi gelombang mekanik dapat meningkatkan hasil belajar siswa

    Pengaruh Penambahan Tepung Buah Lindur (Bruguiera Gymnorrhiza) Terhadap Kualitas Biskuit Ikan Lele (Clarias Batrachus)

    Full text link
    Biskuit adalah makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Penambahan tepung daging ikan lele (C. batrachus) dapat meningkatkan kandungan protein pada biskuit. Selain itu, penambahan tepung buah lindur dapat dijadikan alternatif pengganti tepung terigu, karena mengandung kadar karbohidrat tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi buah lindur terbaik dalam pembuatan biskuit ikan dan pengaruhnya terhadap kualitas biskuit ikan, meliputi kadar karbohidrat, kadar protein, kadar abu, kadar lemak, kadar air, uji kekerasan dan pengujian hedonik. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu dengan subsitusi tepung buah lindur : tepung terigu yaitu sebesar 0%, 40%:60%, 50%:50% dan 60%:40% terhadap biskuit ikan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan diuji dengan uji normalitas, uji homogenitas, dilanjutkan dengan Analysis of Varians (ANOVA) dan uji lanjut Beda Nyata Jujur. Sedangkan untuk data non parametrik berupa pengujian organoleptik ikan segar dan pengujian hedonik biskuit ikan diuji dengan multiple comparison. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung buah lindur berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap uji kekerasan, kadar karbohidrat, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar air dan hedonik (kenampakan, rasa,aroma, warna dan tekstur). Konsentrasi 50%:50% disukai panelis dari parameter kenampakannya yang utuh, rapi dan bersih. Sedangkan perlakuan konsentrasi terbaik yaitu sebesar 50%:50% dilihat dari uji kekerasan 8382,40 gf, kadar karbohidrat 71,92%, kadar protein 13,97%, kadar abu 2,34%, lemak 10,55%, kadar air 2,69% dan hedonik meliputi kenampakan 7,03, aroma 6,67, rasa 6,73, warna 6,80 dan tekstur 6,80

    Integration of microarray analysis into the clinical diagnosis of hematological malignancies: How much can we improve cytogenetic testing?

    Get PDF
    PurposeTo evaluate the clinical utility, diagnostic yield and rationale of integrating microarray analysis in the clinical diagnosis of hematological malignancies in comparison with classical chromosome karyotyping/fluorescence in situ hybridization (FISH).MethodsG-banded chromosome analysis, FISH and microarray studies using customized CGH and CGH+SNP designs were performed on 27 samples from patients with hematological malignancies. A comprehensive comparison of the results obtained by three methods was conducted to evaluate benefits and limitations of these techniques for clinical diagnosis.ResultsOverall, 89.7% of chromosomal abnormalities identified by karyotyping/FISH studies were also detectable by microarray. Among 183 acquired copy number alterations (CNAs) identified by microarray, 94 were additional findings revealed in 14 cases (52%), and at least 30% of CNAs were in genomic regions of diagnostic/prognostic significance. Approximately 30% of novel alterations detected by microarray were >20 Mb in size. Balanced abnormalities were not detected by microarray; however, of the 19 apparently "balanced" rearrangements, 55% (6/11) of recurrent and 13% (1/8) of non-recurrent translocations had alterations at the breakpoints discovered by microarray.ConclusionMicroarray technology enables accurate, cost-effective and time-efficient whole-genome analysis at a resolution significantly higher than that of conventional karyotyping and FISH. Array-CGH showed advantage in identification of cryptic imbalances and detection of clonal aberrations in population of non-dividing cancer cells and samples with poor chromosome morphology. The integration of microarray analysis into the cytogenetic diagnosis of hematologic malignancies has the potential to improve patient management by providing clinicians with additional disease specific and potentially clinically actionable genomic alterations

    Efektivitas Daun Teh (Camellia Sinensis) Sebagai Antioksidan Pada Fillet Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsk.) Selama Penyimpanan Dingin

    Full text link
    Fillet rentan mengalami penurunan kualitas, kandungan asam lemak tidak jenuh bandeng mudah teroksidasi sehingga menimbulkan ketengikan. Upaya menghambat oksidasi dengan penggunaan antioksidan. Teh mengandung salah satu senyawa polifenol yaitu katekin yang bersifat antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegunaan dari umur daun teh sebagai antioksidan di dalam menghambat laju oksidasi pada fillet ikan bandeng dan pengaruh perendaman fillet ikan bandeng dalam larutan daun teh selama penyimpanan dingin. Metode penelitian adalah experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3Ă—4 dengan 3 kali ulangan yang tersusun atas 2 faktor. Faktor A terdiri dari 3 taraf konsentrasi yaitu kontrol, 5% daun teh muda dan 5% daun teh tua. Faktor B terdiri dari 4 taraf lama penyimpanan dingin hari ke-0, 2, 4 dan 6. Parameter uji meliputi PV, TBA, FFA, pH dan organoleptik. Data parametrik dianalisa dengan sidik ragam (ANOVA) dan beda nyata jujur (BNJ). Data non parametrik dianalisa dengan Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara fillet ikan bandeng perlakuan konsentrasi daun teh dan lama penyimpanan dingin memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai PV, TBA, FFA, pH dan organoleptik. Fillet ikan bandeng dengan perlakuan perendaman kosentrasi 5% larutan daun teh tua memiliki kemampuan yang lebih efektif sebagai antioksidan dalam menghambat laju oksidasi. Perlakuan perendaman pada konsentrasi 5% daun teh muda dan tua mampu mempertahankan kualitas fillet ikan bandeng hingga hari ke-6 penyimpanan dingin

    Pengaruh Penambahan Tepung Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) Terhadap Kadar Kalsium Stik Keju

    Full text link
    Cangkang rajungan (Portunus pelagicus) merupakan limbah padat yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selama ini nilai tambah cangkang rajungan hanya diperoleh dari industry pakan. Penambahan tepung cangkang rajungan diharapkan dapat dijadikan alternative sumber kalsium tambahan pada stik keju. Stik keju merupakan makanan ringan yang banyak dijumpai dan digemari masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan kalsium dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap gizi stik keju dengan penambahan tepung cangkang rajungan, serta untuk mengetahui konsentrasi optimal tepung limbah cangkang rajungan pada stik keju. Penelitian dilakukan dua tahap, tahap pertama dilakukan penambahan tepung cangkang rajungan dengan konsentrasi 0%, 5%, 10% dan 15%. Konsentrasi terpilih sebesar 5% sebagai konsentrasi penambahan tepung cangkang rajungan terbaik yang dapat diterima secara sensori. Tahap kedua penelitian dilakukan penambahan tepung cangkang rajungan pada stik keju dengan konsentrasi 3%, 5% dan 7%, kemudian dilakukan pengujian organoleptik, kadar kalsium, kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar fosfor dan tingkat kekerasan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung cangkang rajungan pada stik keju memberikan pengaruh beda nyata (p < 0,05) terhadap semua parameter uji. Konsentrasi 5% menjadi konsentrasi terbaik dengan nilai kadar kalsium 2,39%, kadar air 4,40%, kadar protein 11,29%, kadar lemak 40,27%, kadar fosfor 0,48%, tingkat kekerasan 3,55 N, dan nilai hedonik 7,01

    Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Garam Pada Peda Ikan Kembung (Rastrelliger Neglectus) Terhadap Kandungan Asam Glutamat Pemberi Rasa Gurih (Umami)

    Full text link
    Peda merupakan produk fermentasi berbahan baku ikan yang diolah dengan penambahan garam. Garam berfungsi menyeleksi mikroorganisme yang menghasilkan enzim proteolitik. Selama proses fermentasi terjadi pemecahan protein oleh enzim proteolitik menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana terutama asam glutamat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi garam terhadap kadar asam glutamat pada ikan peda. Materi dalam penelitian adalah ikan kembung (panjang ±15 cm dan berat ±180 g) yang diperoleh dari Pasar Kobong Semarang dan garam rosok (berat 2700 g). Metode penelitian bersifat experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan (konsentrasi garam 20%, 30% dan 40 %). Parameter uji yang diamati adalah uji hedonik, kadar asam glutamat, kadar garam, pH serta analisis proksimat (kadar protein, lemak dan air). Data parametrik (glutamat, garam dan pH) dianalisa dengan uji ANOVA, sedangkan data nonparametrik (hedonik) menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji hedonik menunjukkan bahwa peda dengan konsentrasi garam 20% paling disukai. Perbedaan konsentrasi garam memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P≤0,05) terhadap nilai kadar asam glutamat, garam dan pH. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh asam glutamat 4,06±0,04 - 3,80±0,10%; garam 15,82±0,37 - 19,36±0,29%; pH 6,01±0,02 - 6,17±0,06; protein 24,06±0,20 - 25,38±0,02% (berat basah); lemak 2,77±0,33 - 4,51±0,29% (berat basah); air 57,09±0,23 - 53,83±2,69%. Perlakuan konsentrasi garam 20% menghasilkan kadar asam glutamat tertinggi. Serta dari segi tekstur dan rasa ikan peda paling disukai untuk pengujian hedonik. Peda is a product of fermentation made of fish prepared with the addition of salt. One of the function of salt is to select microorganisms which produce proteolytic enzymes. During fermentation process occurring protein breakdown by proteolytic enzymes into molecules much simpler especially glutamic acid. The purpose of this study was to determine the effect of different salt concentrations of glutamic acid content in mackarel fermented fish. The material in this study are mackerel fish (length ±15 cm and Weights ±180 g) Ade obtained krom Pasar Kobong Semarang and salt (weights 2700 g). The research method is an experimental laboratories using a Randomized Block Design (RBD) with 3 treatments (salt concentration of 20%, 30% and 40%). Test parameters were observed hedonic test, glutamic acid levels, NaCl, pH and proximate analysis (protein content, fat and water). Parametric data (glutamate, salt and pH) were analyzed by ANOVA, nonparametric while data (hedonic) using the Kruskal-Wallis test. The results showed that of the hedonic test showed that peda with 20% salt concentration of the most favored. Different Salt concentration gives a significant different effect (P≤0,05) to the value of the glutamic acid content, NaCl and pH. Based on the results obtained of glutamic acid 4,06±0,04 - 3,80±0,10%; NaCl 15,82±0,37 - 19,3587±0,29%; pH 6,01±0,02 - 6,17±0,06; protein 24,06±0,20 - 25,38±0,02% (wet basis), fat 2,77±0,328 - 4,51±0,29% (wet basis); moisture 57,09±0,23 - 53,83±2,69%. Treatment of the salt concentration of 20% resulted in the highest of glutamic acid. As well as in terms of texture and taste of the peda most preferred for testing hedonic

    Whole exome sequencing in a random sample of north American women with leiomyomas identifies MED12 mutations in majority of uterine leiomyomas

    Get PDF
    Uterine leiomyomas (uterine fibroids) arise from smooth muscle tissue in the majority of women by age 45. It is common for these clonal tumors to develop from multiple locations within the uterus, leading to a variety of symptoms such as pelvic pain, abnormal uterine bleeding, and infertility. We performed whole exome sequencing on genomic DNA from five pairs of leiomyomas and corresponding normal myometrium to determine genetic variations unique to leiomyomas. Whole exome sequencing revealed that the gene encoding transcription factor MED12 (Mediator complex subunit 12) harbored heterozygous missense mutations caused by single nucleotide variants in highly conserved codon 44 of exon 2 in two of five leiomyomas. Sanger re-sequencing of MED12 among these five leiomyomas confirmed the two single nucleotide variants and detected a 42 base-pair deletion within exon 2 of MED12 in a third leiomyoma. MED12 was sequenced in an additional 143 leiomyomas and 73 normal myometrial tissues. Overall, MED12 was mutated in 100/148 (67%) of the genotyped leiomyomas: 79/148 (53%) leiomyomas exhibited heterozygous missense single nucleotide variants, 17/148 (11%) leiomyomas exhibited heterozygous in-frame deletions/insertion-deletions, 2/148 (1%) leiomyomas exhibited intronic heterozygous single nucleotide variants affecting splicing, and 2/148 (1%) leiomyomas exhibited heterozygous deletions/insertion-deletions spanning the intron 1-exon 2 boundary which affected the splice acceptor site. Mutations were not detected in MED12 in normal myometrial tissue. MED12 mutations were equally distributed among karyotypically normal and abnormal uterine leiomyomas and were identified in leiomyomas from both black and white American women. Our studies show an association between MED12 mutations and leiomyomas in ethnically and racially diverse American women. © 2012 McGuire et al

    Pengaruh Perbedaan Tekanan Pada Ikan Mujair (Oreochromis Mosambicus) Presto Dengan Alat ”Ttsr” ( Tekanan Tinggi Suhu Rendah )

    Full text link
    Ikan mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar. Presto ikan adalah bentuk pengolahan dengan garam dan bumbu serta melalui proses pemanasan dan tekanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan tekanan pada waktu pemasakan menggunakan alat ”TTSR”,dan mengetahui kualitas ikan mujair dengan adanya variasi tekanan dalam proses pemasakan ikan mujair presto tersebut melalui uji kekerasan dan uji proximat terhadap daging ikan mujair yang melalui pemasakan. Perlakuan yang diterapkan adalah perbedaan tekanan pemasakan yaitu 1 atm, 2 atm, dan 3 atm dengan waktu pemasakan yang sama yaitu 30 menit. sedangkan parameter yang diamati adalah organoleptik, kekerasan tulang, kadar protein, lemak, dan air. Catatan Perubahan suhu, waktu, dan tekanan pada penelitian ini menunjukan bahwa dengan “TTSR” tekanan yang digunakan bisa lebih tinggi dari autoclave yaitu mencapai 3 atm, namun dengan suhu yang lebih rendah dari pemasakan dengan alat autoclave yaitu 95°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan saat pemasakan menggunakan alat “TTSR” memberikan perbedaan nyata (P≤0,05) terhadap parameter mutu yang diamati. uji kekerasan tulang mujair presto dengan proses pemasakan menggunakan tekanan 2 atm selama 30 menit dengan suhu (90 oC) menghasilkan tulang yang lunak 7.86 gf dan kandungan proximat yang lebih baik dari pemasakan menggunakan tekanan lain. Tekanan pemasakan terbaik yang digunakan untuk memasak ikan mujair presto menggunakan alat “TTSR” adalah 2 atm. Tilapia fish is a freshwater fish commercial. Presto is a form of processing fish with salt and spices through a process of heating and pressure. The purpose of this study was to determine the effect of pressure difference during cooking using the tool "TTSR", and knowing the quality of tilapia fish with the variation of pressure in the process of cooking tilapia fish presto through hardness test and test proximat the tilapia fish meat through cooking. Treatment applied is the difference in pressure cooking time is 1 atm, 2 atm, 3 atm and the same time is 30 minutes, while the parameters measured were sensory, hedonic and violence, levels of protein, fat, and water. Note change of temperature, time, and pressure on these studies show that the "TTSR" used pressure can be higher than 3 atm autoclave is reached, however, with lower temperatures than cooking by means of an autoclave is 95 ° C. The results showed that records changes in temperature, time, and pressure on these studies show that the "TTSR" used pressure can be higher than the autoclave is up to 3 atm, but with a lower temperature of cooking by means of an autoclave is 95 ° C. The results showed that pressure cooking time using the tool "TTSR" gave significant differences (P <0.05) on the bone tenderness with tilapia presto cooking process using 2 atm pressure for 30 minutes with the temperature (90 ° C) resulted in soft bone 7.86 kgf and content proximat better than other presure cooking. Pressure cooking best used for cooking tilapia fish presto using the tool "TTSR" is 2 atm

    Pengaruh Lama Perendaman Naoh Pada Proses Penghilangan Lemak Terhadap Kualitas Gelatin Tulang Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

    Full text link
    Gelatin merupakan salah satu bahan yang semakin luas penggunaannya, baik untuk produk pangan maupun produk non pangan. Tulang ikan merupakan salah satu limbah industri fillet ikan beku. Tulang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gelatin, karena tulang mengandung kolagen. Natrium hidroksida (NaOH) diketahui dapat mengikis minyak dan lemak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perendaman larutan NaOH terhadap kualitas gelatin ikan nila (Oreochromis niloticus) serta untuk mengetahui konsentrasi dan lama perendaman terbaik larutan NaOH yang ditambahkan pada proses degreasing pembuatan gelatin ikan nila. Metode yang digunakan pada penelitian pendahuluan adalah dengan cara pembuatan gelatin tulang ikan nila menggunakan konsentrasi NaOH 0,2 %, 0,4 % dan 0,6 % lama perendaman 3 hari. Hasil dari penelitian pendahuluan didapatkan konsentrasi terbaik 0,6 % melalui pengujian kadar lemak dan kekuatan gel. Penelitian utama menggunakan konsentrasi 0,6% lama perendaman 0 hari, 2 hari, 3 hari dan 4 hari. Analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan aplikasi SPSS 17.0. Uji lanjut menggunakan metode Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil terbaik yang didapatkan dalam penelitian ini adalah gelatin dengan perendaman NaOH konsentrasi 0,6 % dengan lama perendaman 4 hari, dengan kriteria mutu: kadar lemak 0,64 %; kekuatan gel 86,47 bloom; viskositas 12,17 cP; kadar protein 84,37 %; dan derajat putih 79,93 %. Gelatin is one of ingredients that is widely used, both for food product and non-food products. Fish bone is one of the waste frozen from fish fillets industry. Bones can be used as a raw material for producting gelatin, because it contains collagen. Natrium hydroxide (NaOH) is able to remove oils and fats. The purpose of this study was to knowing the effects of NaOH solution soaking time to the quality of gelatin from tilapia (Oreochromis niloticus) and to knowing the best concentration and soaking time of NaOH solution in degreasing process. The method used in the preliminary study was a way of making gelatin from tilapia bone using different NaOH concentrations namely 0.2%, 0.4% and 0.6% soaking time during 3 days. The results of the preliminary study showed that the best concentration was 0.6%. The main research using 0.6% of NaOH with different soaking times i.e. 0 days, 2 days, 3 days and 4 days. The data analysis using Completely Randomized Design (CRD) with SPSS 17.0. Application than it was analyzed with Honestly Significant Difference Test (HSDT). The best results of this study was gelatin with soaking of 6% NaOH for 4 days, with quality criteria: the fat content (0.64%); gel strength (86.47 bloom); viscosity (12.17 cP); protein content (84.37%); and whiteness (79.93%)

    LAJU OKSIDASI LEMAK DAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN TERI NASI KERING (Stolephorus spp) SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

    Get PDF
    Polyunsaturated  fatty  acids  are  valuable  nutritional  content  to  be  kept  in  fish. Polyunsaturated  fatty  acids  are  easily  oxidized,  so  it  can  be  easily  rancid.  Moreover  lipid oxidation can cause damage to other food components because lipid oxidation produces reactive, toxic  and  carcinogenic  compounds.  This  paper  attempts  to  analyze  the  effect  of  dryingto  the oxidation rate of dried anchovy. This research used Peroxide Value (PV) to measure the oxidation rate. The results showed thatduring chilled storage, PV had irregular pattern, because peroxide is a reactive and derivable compound. Sensory test showed that at the end of storage (28 days), the dried anchovy was still accepted by panels.  Keywords :dried anchovy, lipid oxidation, chilled storage,peroxide valu
    • …
    corecore