4 research outputs found

    TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERTAHANAN MARITIM INDONESIA DITENGAH REVOLUSI INDUSTRI 4.0

    Get PDF
    Revolusi Industri 4.0 adalah suatu fenomena yang menggabungkan teknologi siber dan teknologi otomatisasi. Fokus utamanya adalah pada otomatisasi, dengan memanfaatkan teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, augmented reality, keamanan siber, dan kecerdasan buatan (AI). Dengan memanfaatkan teknologi informasi selama proses aplikasi, tingkat keterlibatan manusia dapat dikurangi, sehingga produktivitas dan efisiensi di tempat kerja meningkat. Salah satu aspek penting dari Revolusi Industri 4.0 adalah munculnya berbagai inovasi teknologi baru di berbagai bidang, termasuk industri pertahanan maritim di Indonesia. Revolusi ini membawa perubahan signifikan di berbagai sektor, mengubah industri, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan peluang kerja baru. Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan integrasi sistem fisik dan digital, memungkinkan mesin dan komputer berkomunikasi dan membuat keputusan tanpa campur tangan manusia. Di Indonesia, pengembangan Industri 4.0 sedang aktif dipromosikan oleh Kementerian Perindustrian dengan tujuan meningkatkan daya saing industri Indonesia secara global. Namun, pengembangan industri pertahanan di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam mewujudkan sistem pertahanan yang maju, dan pemanfaatan optimal teknologi Industri 4.0 masih harus dicapai. Secara keseluruhan, Revolusi Industri 4.0 menandai era transformasi di mana otomatisasi dan kemajuan teknologi memainkan peran penting. Ini memiliki potensi untuk mengubah industri, meningkatkan produktivitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, juga menimbulkan tantangan dalam beradaptasi dengan perubahan dan memastikan kesiapan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan revolusi tersebut

    PEMANFAATAN PRODUKSI KAPAS DALAM NEGERI SEBAGAI BAHAN BAKU NITROSELULOSA UNTUK INDUSTRI PROPELAN

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya alam. Salah satu hasil sumber daya alam Indonesia adalah tanaman kapas yang buahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku nitroselulosa. Pengembangan nitroselulosa dengan bahan baku kapas bertujuan untuk memproduksi propelan dalam rangka kemandirian industri pertahanan. Akan tetapi, saat ini penggunaan nitroselulosa beserta kapas sebagai bahan baku untuk pengembangan propelan sangat terbatas dan belum mampu memenuhi industri propelan dalam negeri. Pengadaan nitroselulosa dapat dilakukan menggunakan prinsip kemandirian dengan cara memanfaatkan hasil produksi kapas dalam negeri. Hal tersebut dilakukan berdasarkan salah satu asas dan tujuan Kementerian Pertahanan dalam pembangunan Industri Pertahanan yaitu mewujudkan kemandirian dalam pemenuhan bahan baku industri propelan guna meningkatkan Minimum Essential Force (MEF). Dengan mengandalkan produksi kapas dalam negeri, industri pertahanan dalam negeri telah mampu menghasilkan nitroselulosa sebanyak 20,6% dari total kebutuhan untuk single-base propellant dan 44% dari total kebutuhan untuk double-base propellant (dikombinasikan dengan nitrogliserin)

    KEBIJAKAN EKONOMI KETAHANAN PANGAN DENGAN STRATEGY BLUE ECONOMY MENGHADAPI ANCAMAN PERUBAHAN IKLIM

    Get PDF
    New normal dampak Pandemi Covid-19 belum usai semua negara dihadapkan dengan ancaman global perubahan iklim. Dampak perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pangan untuk penduduk dunia. Ancaman alam yang nyata dan dampak konflik antara negara seperti Perang Rusia Ukraina, konflik di laut China Selatan menambah kompleksitas dinamika lingkungan strategis. Tjuna penulisan ini adalah untuk memberikan rekomendasi terhadap kebijakan ekonomi terkait ketahanan pangan Indonesia. Metode penulisan yang digunakan saat ini adalah kualitatif studi pustaka dengan pendekatan naratif. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa kebijakan ketahanan pangan saat ini melibatkan kementrian/lembaga dari pemerintah pusat dan daerah yang berjalan sendiri-sendiri dan terdapat tumpeng tindih kebijakan,. Terkait pembiayaan dan ketersediaan logistik pendukung seperti pupuk, alat pertanian yang modern efektif dan efisien. Pasar juga menjadi hal krusial yang menjadi pertanyaan Ketika hasil program telah melimpah. Kebijakan import yang sangat deras juga menjadi hal yang ambigu . Sehingga dalam kesimpulan tulisan ini bahwa diperlukan implementasi kebijakan menurut Lukman Yudho Prakoso. Kebijakan ketahanan pangan ini harus dijalankan dengan memperhatikan faktor yang bersifat  Integrative, Interactive, Transparancy, Controlling dan Accountability (IITCA).[. Selanjutnya rekomendasi Kebijakan ekonomi ketahanan pangan dengan Strategy Blue Economy Menghadapi Ancaman Perubahan Iklim adalah model pengeloaan ketahanan pangan dengan adanya command center, menjadi novelty  atau temuan penting dalam tulisan in
    corecore