357 research outputs found
Gending Klasik Palegongan
Bertitik tolak dari ciri tradisi seperti diuraikan di atas, Palegongan merupakan salah satu barungan klasik yang mampu bertahan dan masih terpelihara sampai sekarang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah “klasik” diartikan mempunyai nilai atau posisi yang diakui dan tidak diragukan, yang bernilai tinggi serta langgeng dan sering dijadikan tolak ukur, bersifat sederhana, serasi dan tidak berlebihan (Tim Penyusun Kamus, 1988 : 445).
Istilah klasik tidak sekedar menggolongkan sekelompok bentuk seni menurut tempat atau kelompok orang, akan tetapi sebagai sebutan bentuk kesenian yang mengandung konotasi penting tentang sifat bentuk-bentuk kesenian karena keindahan dan standarnya yang tinggi, dipeliharan sampai ke anak cucu, mengacu kepada suatu gaya dari suatu masa khusus, suatu gaya karena ciri-ciri bentuk yang dapat digambarkan secara jelas. Lebih lanjut istilah klasik menunjukan sifat antik atau tua, sifat mapan dari bentuk-bentuk kesenian yang sudah mencapai suatu keadaan ideal (Jennifer Lindsay, 1989 : 50).
Berbicara tentang Palegongan sebagai bentuk kesenian yang tergolong klasik punya konotasi yang sama dengan kerumitan, bentuk dan standar yang tinggi. Bagaimanapun juga, istilah klasik masih mempunyai hubungan etimologis khusus, jika digunakan utnuk menggambarkan kesenian tradisional. istilah klasik tidak mempunyai petunjuk acuan yang dapat dibandingkan dengan perkembangan selanjutnya. Jika istilah tersebut dipakai untuk mengacu kepada salah satu kesenian yang mencapai puncaknya, sehingga berkaitan dengan gagasan tentang identitas, masa lalu, dan suatu pandangan tentang bentuk yang ideal atau yang optimal, maka istilah klasik selalu menunjuk kepada bentuk terbaru yang dicapai pada masa sebelumnya.
Suatu gagasan bahwa tahap perkembangan yang dicapai oleh Palegongan sebagai kesenian klasik, merupakan tahap yang ideal atau “puncak” dan bukan tahap menengah atau paling rendah, menunjukkan bahwa artistik masa lalu itu sendiri sekarang lebih dihargai. Tetapi implikasi pandangan semacam itu adalah bahwa bentuk kesenian klasik yang telah mencapai puncaknya tidak dapat dikembangkan lebih lanjut, kecuali dilepaskan dari keadaan optimum tersebut, yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa setiap perubahan dan bentuk yang ideal dapat berarti kemunduran atau penurunan.
Dalam pendekatan klasik kesenian merupakan pernyataan dari pada idealisme intelektual, didasari oleh seperangkat sistem perlambangan yang menetap, yang dapat berbeda-beda menurut kemampuan setiap seniman dalam cara menyatakan dan cara menyajikannya, serta identitas penghayatannya (Jennifer Lindsay, 1989: 52).
Melalui acuannya kepada sifat mapan dari kesenian klasik, dan gagasan tentang suatu puncak yang telah dicapai, berarti bahwa bentuk-bentuk kesenian yang telah mencapai puncaknya harus dapat dikenali, dan bahwa bentuk puncak juga harus tidak hanya dapat dikenali, tetapi paling tidak dalam teori harus dapat direproduksi. Menekankan identifikasi batasan-batasan formal sebagai ciri pokok kesenian klasik punya implikasi penting bagi cara bagaimana bentuk-bentuk kesenian semacam itu dihargai, dan bagi keputusan-keputusan yang dibuat sebagai usaha mempertahankan bahkan menyelamatkan bentuk-bentuk kesenian tersebut
Model Pembelajaran Bola Basket melalui Permainan Basket Drum dalam Pendidikan Jasmani pada Siswa Kelas VIII SMP
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengembangan dari model pembelajaran bola basket melalui permainan basket drum dalam penjas untuk kelas VIII SMP N 1 Pujut kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Metode penelitian menggunakan penelitian pengembangan termasuk observasi lapangan, wawancara dan kajian pustaka, Data berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk, dan hasil pengisian kuisioner oleh siswa. Data uji coba diperoleh data evaluasi ahli yaitu ahli penjas 81,3 % (baik), ahli pembelajaran I 93,3 % (sangat baik), ahli pembelajaran II 84,4 % (baik), uji coba kelompok kecil 79,1 % ( baik), dan uji lapangan 81,4 % (baik).
Dari hasil di atas, maka dapat disimpulkan model pembelajaran permainan basket drum dalam penjas untuk siswa kelas VIII SMP N 1 Pujut Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah dapat digunakan. Model pembelajaran permainan bola basket yang dimodifikasi dapat diterima dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmanai pada siswa kelas VIII SMPN 1 Puju
Medco Bioethanol Plant in Kotabumi Lampung and Its Production Impacts to the Surrounding People
Government of Indonesia (GOI) has stated its intention to support the development of alternative energy sources including biofuel. As the basis for such a development, GOI through Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR) has discussed it in many energy forums in order to shape a national blueprint for bioethanol and biodiesel. In 2004, total consumption of fossil fuel: gasoline, diesel, kerosene, pertamax and pertamax plus, were 60.06 million kilo Liters (kL), while total production from the existing refineries in Indonesia is only 44.9 million kL in 2005, leaving a deficit that should be imported. Responding this situation, Medco Energi is committed to invest and initiate its entry by developing Indonesia's first multi-feedstock bioethanol production plant that able to produce ethanol from cassava-derived starch and sugarcane molasses. Biogas produced by the waste treatment facility will be used to optimize the overall energy efficiency. By mid of 2007, it is planned to produce 180 kL industrial-grade ethanol daily and a fuel-grade ethanol will be produced as the market grow. The paper is also described the socio economics and macroeconomic impact of this activities that representing a case study in developing countries that giving subsidize for fossil fuel to their people
Karakteristik dan Permasalahan Tanah Marginal dari Batuan Sedimen Masam di Kalimantan
Characteristics and problems of marginal soils from acid sedimentary rocks in KalimantanMarginal or suboptimal soils are potential for agricultural development such as food crops, estate crops, and industrial planted forest. These soils have low fertility status and susceptible to erosion. In Kalimantan, the marginal soils cover about 30.15 million ha or 57.22% of the total island area, with the major soils consist of Ultisols, few Oxisols, and Inceptisols. The physical properties of marginal soils from acid sedimentary rock are mostly influenced by the type of parent materials ( sandstone or claystone ) , while the chemical properties showed the similar characteristics indicating acid soil reaction, vary in organic matter, and low in cation exchange capacity, exchangeable bases, base saturation, mineral reserve, as well as P and K potentials, but the Al saturation is high. Agricultural development on these soils, other than the physical and chemical properties, should consider the relief condition. The areas with flat to undulating relief are recommended for perennial or food crops, while the annual or estate crops and industrial planted forest can be developed until the hilly area. Land management such as fertilization to improve nutrient status, liming to increase soil reaction and to decrease Al reactivity, and soil conservation practice were recommended. In this time, most of the marginal soils were utilized for estate crops development, such as oil palm, rubber, pepper, and industrial planted forest, and only a limited area for food crops
Jatropha Curcas, an Alternative Energy Resource for Barren Areas of Indonesia.
Minyak dari tanaman Jatropha Curcas ditinjau sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak konvensional diteropong dari sisi sosial ekonomi dan perspektif pembangunan perdesaan. Penanaman Jatropha Curcas diseluruh daerah kritis dibawah program penghijauan dapat menjadi aset national yang produktif. Areal penanaman bisa menyesuaikan dana yang tersedia. Minyak dari tanaman ini dapat mendukung di berbagai bentuk kebutuhan energi seperti untuk memasak, keperluan industri, transportasi dan penerangan tradisional maupun kelistrikan. Jenis energi ini memancarkan amat sedikit polusi dan penanaman massal menawarkan kemungkinan mitigasi CO2 dan memperbaiki tampilan daerah kritis di Indonesia. Namun kegunaan lahan kritis untuk penanaman Jatropha Curcas akan tergantung pada kebijakan pemerintah terkait dengan skenario penganekaragaman supply energi untuk masa depan, pembangunan perdesaan dan keterbatasan lingkungan
Berbagai Briket Sampah Alam Untuk Bahan Bakar Tungku Hemat Energi (the) S1 Dan S2
Kesulitan mendapatkan minyak tanah dan gas menyebabkan banyak ibu rumah tangga beralih ke kayu bakar. Makalah ini menguraikan hasil penelitian alternatif bahan bakar yang lebih hemat, mudah didapat/dibuat, serta menampilkan hasil percobaan penggunaan bahan bakar tersebut dalam Tungku Hemat Energi (THE) untuk merebus air. Beberapa tungku hemat energi dibahas secara singkat. Bentuk THE S1 dan THE S2 mungil dan ringan sehingga mudah dibawa-bawa untuk promosi ke daerah yang jauh. Perhitungan produksi massal diberikan sebagai masukan dalam menghitung harga unit menyesuaikan kemampuan dan fasilitas di suatu industri lokal. Perhitungan pendanaan ini mencakup upaya penyebar-luasannya melalui pendidikan masyarakat dan training for trainers. Diharapkan THE hasil riset ini akan teraplikasikan dan menyebar dengan cepat menampilkan aksi nyata menghemat penggunaan kayu di alam agar pohon-pohon di sekitar hunian tidak cepat habis dan menghindarkan daerah yang luas agar tidak cepat menjadi tandus
MAKNA BALAGANJUR DALAM AKTIVITAS SOSIAL MASYARAKAT BALI
Balaganjur is a form of performance arts and audio-visually it might be an independent art. Balaganjur is a musical communication that instigates sensation and emotional response between the composer, players and viewers. It might influence the fan who are familier with the background of Balinese social life. This article is meant to see and analyze how Balinese people value the function of Balaganjur, especially in the context of festive social activity. The performance of Balaganjur is always conected to a religious life, traditional lore, and aspect of artistic life in response to the development of the cultural millie. Generally, Balaganjur complements the implementation of religious ritual. However, when Balaganjur is secularly composed and performed as an aesthetic presentation, Balaganjur develops its function toward profan values
- …
