29 research outputs found
Pemanfaatan Foto Udara Skala Besar untuk Analisis Sungai Buntu pada Area Tergenang di Sebagian Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kasus Kecamatan Banjarmasin Barat dan Banjarmasin Tengah)
Pemanfaatan data penginderaan jauh resolusi tinggi dapat dilakukan untuk berbagai tujuan, salah satunya adalah identifikasi area tergenang dan aspek fisik di dalamnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebaran kecenderungan spasial dari sungai buntu pada ruang sebagian Kota Banjarmasin, di mana Sebaran sungai buntu pada area tergenang dianalisa dengan menampalkan informasi sebaran sungai buntu dengan informasi sebaran area tergenang. Sebaran sungai buntu diperoleh dari proses interpretasi visual sedangkan area tergenang dipetakan dengan memanfatkan metode proses iterasi (iteration process). Hasil penelitian menunjukan bahwa model sebaran area tergenang yang terbentuk memiliki nilai akurasi sebesar 39,47% untuk skenario 0,1 meter, 43,42% untuk skenario 0,3 meter, dan 59,21%% untuk skenario 0,5 meter. Sebaran sungai buntu pada area tergenang juga semakin dominan pada area tergenang di mana pada skenario 0,1 meter 0,349% dari total panjang sungai buntu yang teridentifikasi terdapat pada area tergenang, pada skenario 0,3 meter adalah 28,513%, dan pada skenario 0,5 meter adalah 71,893%
Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Potensi Banjir Genangan (Studi Kasus Sebagian Kota YOGYAKARTA)
Daerah potensi banjir genangan pada penelitian ini diasumsikan sebagai daerah dengan kapasitas debit saluran drainase lebih kecil dari besarnya debit hitung rancangan eksisting berdasarkan metode rasional. Parameter yang mempengaruhi metode tersebut yaitu Daerah Tangkapan Air berdasarkan pada data DEM hasil interpolasi data Lidar, nilai koefisien aliran, dan nilai intensitas hujan yang diperoleh dengan menggunakan rumus Mononobe dari data Curah Hujan harian tahun 2002-2012. Debit hasil hitungan metode rasional dibandingkan dengan debit kapasitas saluran, debit hitungan yang melebihi debit kapasitas saluran akan dijadikan dasar dalam penentuan daerah potensi genangan. Distribusi potensi genangan tersebut akan dikelaskan berdasarkan faktor pengaruh banjir (lereng, nilai koefisien limpasan, dan besarnya debit yang melebihi kapasitas saluran). Hasil pemetaan menunjukkan adanya kemiripan distribusi lokasi banjir genangan antara model dengan Kenyataan di lapangan. Lokasi banjir genangan terdistribusi di sekitar Jalan Colombo, Jalan Terban, Jalan Kaliurang, dan Jalan Banteng Raya, Desa catur Tunggal
Estimasi Sedimen Lahar Dingin Di Sebagian Kali Gendol Gunung Merapi Menggunakan Fufkdan Lidar
Salah satu bencana alam ialah letusan gunungapi yang menghasilkan bahaya primer dan sekunder.Bahaya sekunder seperti lahar dingin terjadi setelah letusan ketika hujan di puncak.Air hujan bersama aliran sungai membawa banyak material dari puncak gunung sehingga terbentuk sedimen.Sedimen ini butuh dihitung untuk mendapat informasi volume material yang ada. Tujuan dari penelitian ini ialah (1) mendapat DEM dari FUFK, (2) mendapat nilai akurasi DEM FUFK, (3) mengestimasi volume sedimen lahar dingin di sebagian Kali Gendol.Pembuatan DEM FUFK melalui beberapa proses fotogrametri. Pada dasarnya, proses fotogrametri digital mirip dengan proses fotogrametri konvensional kecuali pada pertimbangan distorsi lensa. Proses fotogrametri digital untuk menghasilkan DEM dan akurasinya yaitu; rekonstruksi jalur terbang, identifikasi GCP, kalibrasi kamera, orientasi dalam, identifikasi tie points, orientasi absolut, interpolasi, dan uji akurasi DEM. Volume sedimen didapat dengan memproses dahulu DEM LiDAR. Kemudian volume dihitung dengan metode cut and fill.DEM FUFK memiliki resolusi 5 m, akurasi horizontal sebesar 12,9 m, dan akurasi vertical sebesar 17,51 m. Melalui DEM FUFK dan DEM LiDAR didapatlah 23 poligon dengan proses cut and fill. Total volume sedimen yang bertambah ialah 5,27 juta m³, untuk volume yang berkurang sebesar 4,96 m³, dan volume total sedimen ialah 0,31 m³ sepanjang sungai penelitian
Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Identifikasi Mataair Di Kabupaten Sleman
Mataair dapat diidentifikasi dari pendekatan bentanglahan terpilih menggunakan parameter fisik lahan berupa lereng, pola aliran, penggunaan lahan, bentuklahan, dan pola kelurusan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui lokasi pemunculan mataair di Kabupaten Sleman berdasarkan parameter fisik lahan menggunakan citra penginderaan jauh dan memetakan serta menganalisis sebaran mataair menggunakan sistem informasi geografis.Citra ASTER VNIR resolusi 15 meter hasil penajaman HSV digunakan untuk mempertajam kontras obyek. Analisis hillshade ASTER GDEM resolusi 30 meter digunakan untuk interpretasi morfologi. Bantuan data sekunder seperti Peta Geologi, Peta Rupabumi, dan Peta Tanah diperlukan untuk identifikasi. Sebaran mataair dianalisis menggunakan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 jenis mataair di Kabupaten Sleman, yaitu mataair vulkanik, mataair kontak, mataair depresi, dan mataair rekahan. Curah hujan mempengaruhi debit mataair pada Batuan GunungapiMuda. Teknik penginderaan jauh menggunakan ASTER VNIR dan ASTER GDEM mampu digunakan untuk melakukan identifikasi lokasi pemunculan matair. Sistem informasi geografis terbukti dapat digunakan untuk analisis spasial serta memetakan lokasi sebaran mataair di Kabupaten Sleman
Pemanfaatan Landsat 8 OLI Multitemporal untuk Monitoring Kualitas Perairan di Muara Segara Anakan Tahun 2013-2015
Perairan pesisir dipengaruhi oleh faktor darat dan laut. Di muara Segara Anakan, faktor darat didominasi pasokan sedimen yang sangat banyak, menyebabkan peningkatan zat organik berwarna dan penurunan klorofil-a. Total Suspended Matter (TSM), Coloured Dissolved Organic Matter (CDOM), dan klorofil-a menjadi parameter kualitas perairan yang memiki karakteristik optik sehingga dapat diekstraksi menggunakan citra Landsat 8. Penelitian ini bertujuan untuk, (1) mengetahui hubungan citra Landsat 8 OLI dengan konsentrasi parameter kualitas perairan TSM, CDOM, dan klorofil-a; (2) memetakan distribusi spasial parameter kualitas perairan di muara Segara Anakan tahun 2013-2015; (3) memetakan distribusi spasial kualitas perairan di muara Segara Anakan tahun 2013-2015; (4) memetakan dinamika kualitas perairan di muara Segara Anakan tahun 2013-2015. Pemetaan kualitas perairan dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier antara konsentrasi TSM, CDOM, dan klorofil-a dengan algoritma rasio saluran citra Landsat. Hasil regresi TSM memiliki nilai hubungan yang sangat baik (R2=0,846), CDOM cukup baik (R2=0,5662), dan klorofil-a baik (R2=0,7543)