2 research outputs found
Identifikasi Sumberdaya Genetik Ternak di Provinsi Riau
Keunggulan sumberdaya genetik ternak lokal di Provinsi Riau belum banyak terungkap, sedangkan upaya pelestarian dan pemanfaatannya masih terbatas. Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya genetik ternak di Provinsi Riau, perlu dilakukan identifikasi, seleksi dan penilaian. Identifikasi dilakukan dengan mengumpulkan data informasi dan dokumentasi dari masyarakat tentang performans ternak, ciri-ciri spesifik yang membedakannya dengan ternak sejenis lainnya, kemudian pemberian nama yang sesuai dengan rumpun asal ternak. Kegiatan ini dilakukan di delapan kabupaten yang ada di Provinsi Riau yaitu Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Siak dan Bengkalis. Hasil identifikasi diketahui bahwa terdapat dua sumberdaya genetik di Provinsi Riau yaitu kerbau Kuntu dan sapi Kuantan. Kerbau Kuntu berasal dari Desa Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, yang tersebar di Kecamatan Kampar Kiri (Desa Kuntu, Teluk Paman, Padang Sawah, Domo, Gema, Tanjung Belit dan Tanjung Belit Selatan) dan populasi saat ini mencapai 6.000 ekor. Sapi Kuantan berasal dari sepanjang Sungai Kuantan yang berada di Kabupaten Kuantan Singingi dan Indragiri Hulu. Wilayah sebaran terdapat hampir di setiap kecamatan Kabupaten Kuantan Singingi, sedangkan wilayah sebaran di Kabupaten Indragiri Hulu hanya terdapat di Kecamatan Kelayang, Bukit Kulim, Peranap, Batang Peranap, Pasir Ringgit dan Pasir Penyu dan populasi saat ini mencapai 7.797 ekor. Keunggulan sumberdaya genetik ini adalah daya adaptasi yang tinggi, kemampuan untuk bertahan hidup dengan kondisi pakan yang kurang, tahan terhadap penyakit tropis dan memiliki temperamen yang cukup jinak
Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit Taraf 40% dalam Ransum terhadap Bobot Potong, Karkas, Potongan Komersil Karkas dan Kualitas Daging Ayam SenSi-1 Agrinak
ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh optimalisasi penggunaan Bungkil Inti Sawit/Bungkil Inti Sawit Fermentasi dalam ransum terhadap bobot potong, karkas, persentase karkas, bobot lemak abdominal, potongan dan persentase komersil karkas serta kualitas daging ayam SenSi-1 Agrinak umur 10 minggu. Penelitian menggunakan RAL: 6 perlakuan 5 ulangan, ulangan: 3 ekor ayam SenSi-1 Agrinak. Perlakuan pakan penelitian: P0 (kontrol), P1 = BIS 40% , P2 = BIS 30% + BISF 10%, P3 = BIS 20% + BISF 20%, P4 = BIS 10% + BISF 30%, P5 = BISF 40%. Pakan perlakuan diberikan pada ayam umur 10 hari sampai 10 minggu, kemudian dilakukan penyembelihan untuk pengamatan bobot potong, bobot karkas, potongan komersil dan persentase karkas (dada, sayap, punggung, paha atas, paha bawah) serta kualitas daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan BISF 30% + BIS 10% dalam pakan mampu meningkatkan bobot potong, bobot karkas, bobot dada, bobot paha bawah, bobot saya dan menurunkan lemak abdominal, namun tidak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap persentase karkas, punggung, dada, paha, dan sayap pada ayam SenSi-1 Agrinak. Penggunaan 40% BISF dalam ransum mampu meningkatkan kandungan protein daging namun tidak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap pH, daya ikat air, susut masak, kadar air dan lemak kasar pada ayam SenSi-1 Agrinak. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian 30% BISF + 10% BIS dan pemberian 40% BISF layak digunakan dalam ransum ayam SenSi-1 Agrinak.  (The effect of use of palm kernel oil at the level of 40% in the ration on slaughter weight, carcass commercial cuts and meat quality SenSi-1 Agrinak chicken) ABSTRAK. The study was conducted to determine the effect of optimizing the use of PKM/PKMF in the ration on carcass, carcass components, carcass percentage, meat physical, and chemical quality of SenSi-1 Agrinak chicken. The research feed treatments were: P0 (control), P1 = PKM 40%, P2 = PKM 30% + PKMF 10%, P3 = PKM 20% + PKMF 20%, P4 = PKM 10% + PKMF 30%, P5 = PKMF 40%. The treatment feed was given to chickens aged 10 days to 10 weeks, then slaughtered for obser¬vation of slaughter weight, carcass weight, carcass commercial cuts and carcass percentage (breast, wings, back, upper thigh, lower thigh) and meat quality. The results showed that the use of PKMF 30% + PKM 10% in feed was able to increase slaughter weight, carcass weight, chest weight, lower thigh weight, my weight and reduce abdominal fat, but did not show different results on the percentage of carcass, back, chest, thighs, and wings on Sensi-1 Agrinak chicken. The use of 40% PKMF in the ration was able to increase the protein content of meat but did not show different results on pH, water holding capacity, cooking loss, water content and crude fat in Sensi-1 Agrinak chicken. This shows that the provision of PKMF 30% + PKM 10% and the provision of PKMF 40% are suitable for use in the ration of SenSi-1 Agrinak chickens