20 research outputs found
KEPRIBADIAN KONSELOR YANG MENDUKUNG PROSES KONSELING YANG EFEKTIF DAN BERPUSAT PADA SISWA
AbstrakUndang-undang sistem Pendidikan Nasional memiliki tujuan secara eksplisit yaitu untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Peran seluruh komponen sekolah sangatlah berperan untuk mewujudkan tujuan tersebut khususnya adalag guru Bimbingan dan Konseling (BK). Dalam mewujudkan potensi diri seluruh peserta didik, guru BK harus memiliki kompetensi yang efektif dalam setiap layanan yang diberikan. Konselor yang efektif memiliki ciri-ciri diantaranya; a) Cogruence (genuineness, authenticity), b) Unconditional positive regard (acceptance) dan c) Empathy. Selain harus memenuhi ciri-ciri tersebut konselor yang efektif juga harus memiliki delapan aspek kepribadian yang memungkin konselor dapat efektif pada setiap layanan yang diberikan kepada konselinya, kedepalapan aspek kepribadian tersebut diantaranya; 1) Aspek Kepribadian Motivasi Berprestasi (Achievement),2) Aspek Mandiri dan Tanggung Jawab (Autonomy), 3) Aspek Menaati Aturan dan Disiplin (Defference), 4) Aspek Bekerjasama Dengan Orang Lain (Affiliasi), 5) Aspek Menyenangkan Orang Lain (Nurturance), 6) Aspek Mengadakan Perubahan (Change), 7) Aspek Tahan Menghadapi, Mengatasi Rintangan (Endurance), dan 8) Pada Aspek Hubungan Dengan Lawan Jenis (Heterosexuality)Kata Kunci: Konselor, efektif, berpusat pada sisw
CYBER COUNSELING BERBASIS COGNTIVE BEHAVIORAL
Pada masa revolusi industry 4.0 internet menjadi bagian kehidupan masyarakat modern, termasuk siswa. Media internet digunakan oleh para siswa untuk berkomunikasi, mencari sumber belajar, bermain, menonton video, youtube, mendengarkan musik, bisnis, dan lain sebagainya. Media tersebut mudah digunakan, memiliki asas kerahasiaan, praktis, dan dapat diakses dari mana saja, bahkan dapat diaplikasikan dalam layanan bimbingan dan konseling. Teramati terdapat kendala di sekolah yaitu keterbatasan waktu konselor dalam memberikan layanan konseling, sedangkan beban belajar siswa sangat padat, sehingga mereka kurang mendapat pelayanan konseling secara face to face. Oleh karena itu layanan konseling online atau disebut cybercounseling menjadi pilihan utama konselor sekolah. Model konseling yang dipilih di antaranya Konseling Kognitif Perilaku atau disebut dengan Cognituive Behavioral
TEKNIK STOP SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSIAL FASE PONDASI
Penelitian yang digunakan pada studi ini adalah metode kualitatif, Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif  berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari penggunaan Teknik STOP untuk meningkatan keterampilan social emosional khususnya pada kesadaran diri (mindfulness) siswa pada fase Pondasi. Subyek pada penelitian ini adalah siswa-siswa di TK Negeri Desa Banjar Tegeha dan TK Pelita Kasih tang merupakan pelaksana program Sekolah Penggerak Angkatan pertama yang beberapa siswanya memiliki kesadaran diri (mindfulness) yang rendah seperti yang ditunjukan dari beberapa hal seperti siswa yang kurang konsentrasi dalam pembelajaran, tidak focus dalam pembelajaran, suka melamun didalam kelas, setelah waktu peralihan dari makan siang menuju pembelajaran/permainan berikutnya kadang tidak focus, dan perilaku lainnya. Setelah diberikan Teknik STOP pada jeda makan siang menuju permainan/pembelajaran selanjutnya yang dilakukan secara berkesinambungan selama tiga bulan berturut turut Guru-guru merasa ada perubahan konsentrasi pada siswa-siswa setelah jeda makan siang,anak-anak semakin bersemangat seperti awal mereka datang kesekolah. Hal ini diperkuat dengan kolaborasi yang dilakukan bersama dengan orang tua, orang tua dijelaskan tujuan dari pemberian treatmen ini. Orang tua merasa hal ini sangat penting karena kehadiran sepenuhnya (mindfulness) sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Namun masih ada beberapa anak yang perlu penanganan khusus saat-saat muncul kondisi seperti diawal. Hal ini masih terus diterapkan pada satuan Pendidikan fase pondasai khususnya pada TK Negeri Desa Banjar Tegeha dan TK Pelita Kasih.Kata Kunci: Teknik STOP, Keterampilan Sosial Emosional, Kesadaran Diri (MindFullness
EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL CIPP DI SMA NEGERI 2 SINGARAJA
Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan
peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta
peluang-peluang yang dimiliki. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner CIPP yang disesuai dengan aspek-aspek yang akan di evaluasi. Responden yang digunakan adalah kepala sekolah, wakasek, guru bidang studi, guru bimbingan dan konseling serta siswa. Berdasarkan dari arah T-Skor yang diperoleh dari masing-masing aspek maka ditranspormasi kedalam Kuadaran Glickman sehingga evaluasi berbasis CIPP pada responden guru dan siswa berada pada tingkatakan Sangat Efektif (SE). Pada evaluasi program BK di SMA
Negeri 2 Singaraja berbasis CIPP juga menentukan tingkat kesenjangan program BK yang dilaksanakan untuk lebih jelas meilhat tingkat keefektifan program BK yang telah dilajankan. Untuk melihat
tingkat kesenjangan tersebut menggunakan Kriteria Discrepansi yaitu didapatkan bahwa Kriteria Discrepansi pada Data Siswa Aspek Konteks menunjukan nilai 13,34% dengan kategori Diskripansi Sangat
Kecil, Aspek Input menunjukan nilai 13,26% dengan kategori Diskripansi Sangat Kecil, dan Aspek Proses dengan nilai 13,27% dengan kategori Diskripansi Sangat Kecil. Sedangkan pada data guru
pada Aspek Konteks didapatkan nilai 12,06% dengan kategori Diskripansi Sangat Kecil,Aspek Input dengan nilai 9,85% dengan kategori Diskripansi Sangat Kecil, Aspek Proses dengan nilai 14,42% dengan kategori Diskripansi Sangat Kecil, dan pada Aspek Produk mendapatkan nilai 12,03% dengan kategori Diskripansi Sangat Kecil
dengan melihat tingkat kesenjangan yang kecil ini berarti bahwa tingkat kefektifan program BK di SMA Negeri 2 Singaraja sangatlah efektif
KEMATANGAN KEPUTUSAN KARIR MELALUI ASESMEN NON KOGNITIF “MYERS BRIGGS TYPE INDICATOR”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan tes psikologi jenis Myers Briggs Type Indicator atau MBTI,  Personal Preference, terhadap keputusan karir siswa kelas XII SMK se-Kabupaten Buleleng. Gaya belajar setiap individu berdasarkan teori awal psikologi analitik oleh Carl Gustav Jung. Dan dikembangkan kembali oleh Katherine Briggs dan puterinya Isabel Myers. MBTI selama satu decade penjadi perhatian dalam memahami kepribadian sesorang. Peningkatan jumlah tes psikometri oleh banyak perusahaan didunia khususnya peningkatan di Amerika. Tes ini bertujuan untuk mengukur kepintaran non-kognitve berdasarkan emosional. MBTI dapat digunakan untuk keperluan dunia pendidikan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggu- nakan metode pre-experimental design tipe one group pretest-posttest (tes awal- tes akhir kelompok tunggal).  Rancangan one group pretest-posttest design ini terdiri atas satu kelompok yang telah ditentukan. Di dalam rancangan ini dilakukan tes sebanyak dua kali, yaitu sebelum diberi perlakuan disebut prates dan sesudah perlakuan disebut pas- cates
EFEKTIVITAS MODEL KONSELING BEHAVIORAL DENGAN STRATEGI SELF MANAGEMENT MODEL YATES DENGAN MODEL CORMIER TERHADAP PENGEMBANGAN SELF OUTONOMY DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: perbedaan Self autonomy antara siswa yang mengikuti teknik Self Managament Model Yates dan teknik Self Managament Model Cormier, yang ditinjau dari pola asuh orang tua. Disain the posttest- desaign dengan desain 2 x 2 faktorial yang digunakan dalam penelitian ini. Sampel penelitian ini adalah 60 siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan Self autonomy antara siswa yang mengikuti teori konseling behavioral teknik Self Managament Model Yates dengan siswa yang mengikuti teori konseling behavioral teknik Self Managament Model Cormier. (F= 6.642; p< 0.05). (2) Terdapat perbedaan Self autonomy siswa yang diasuh dengan pola asuh acceptance dengan siswa yang diasuh dengan pola asuh rejection. (F= 11.714; p<0.05). (3) Terdapat pengaruh interaksi antara teori konseling behavioral dan pola asuh orang tua terhadap Self autonomy. (F= 17.98;p<0.05). (4) Terdapat perbedaan Self autonomy antara siswa yang diasuh dengan pola asuh acceptance dengan siswa yang diasuh dengan pola asuh rejection setelah mengikuti teori behavioral teknik Self Management Model Yates.(F= 5.008; α< 2.048). (5) Terdapat perbedaan Self autonomy antara siswa yang diasuh dengan pola asuh acceptance dengan siswa yang diasuh dengan pola asuh rejection setelah mengikuti teori behavioral teknik Self Management Model Yates. (F= 7.008; α<2.048). (6) Terdapat perbedaan Self autonomy antara siswa yang diasuh dengan pola asuh acceptance yang mengikuti teori behavioral teknik Self Management Model Yates dengan siswa yang mengikuti Self Management Model Cormier. (F= 3.861; α2.048).(7) Terdapat perbedaan Self autonomy antara siswa yang diasuh dengan pola asuh rejection yang mengikuti teori konseling behavioral teknik Self Management Model Yates dengan yang mengikuti teknik Self Management Cormier. (F= 2.252; α< 2.048)
PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU DARI JALUR, JENIS DAN JENJANG PENDIDIKAN
Dilihat dari jalur pendidikannya esensi bimbingan konseling dibagi menjadi tiga yaitu jalur formal, jalur nonformal, dan jalur informal. Masing-masing jalur tersebut memiliki esensi dari pelayanan bimbingan konseling. Dilihat dari jenis pendidikannya esensi bimbingan konseling dibagi menjadi beberapa yaitu jenis pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus. Dimana pendidikan umum adalah pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Taman Kanak-kanak (TK), sekolahdasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama, sedangkan pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB). Melihat peran dari masing-masing berbeda profesi bimbingan dan konseling sangat diharapkan dapat menyesuaikan jenis layanan yang diberikan dengan kebutuhan dari setiap individu (konseli)
“Im Oke You Are Oke” KONSEP PENGASUHAN ANALISIS TRANSAKSIONAL (AT) UNTUK MENANGGULANGI PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI KALANGAN REMAJA SE-PROVINSI BALI (STUDI PADA SEKOLAH YANG MEMILIKI SISWA TERINDIKASI)
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D). Penelitian ini bertujuan untuk mencari informasi di kalangan remaja SMP/SMA seProvinsi Bali tentang harapan remaja dari perlakuan orang tua, harapan orang tua terhadap perilaku remaja, pendapat remaja terhadap perilaku seksual menyimpang, faktor-faktor penyebab utama terjadinya perilaku seksual menyimpang, dan harapan remaja dalam memecahkan masalah perilaku seksual menyimpang. Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan di lima sekolah dapat disimpulkan tentang harapan orang tua dan remaja, yang diantaranya; pendapat remaja tentang perilaku seksual menyimpang yaitu (a) melakukan hubungan seksual sebelum waktunya sangat berbahaya dan (b) supaya mengikuti ajaran agama agar terhindari dari perilaku seksual menyimpang. Faktor penyebab pendorong remaja melakukan perilaku seksual/nikah dini yaitu: (a) pengawasan orang tua kurang maksimal, (b) masyarakat terlalu cuek-cuek saja, (c) perlu tindakan tegas dari aparat agar pelanggarnya bisa kapok, dan (d) teknologi (porno). Pola Analisis Transaksional digunakan untuk analisis Transaksional Komplementer agar terciptanya ”Im Oke You Are Oke” antara orang tua dan anak
PENERAPAN KONSELING BEHAVIORAL DENGAN STRATEGI SELF MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN SISWA X5 SMA NEGERI 2 SINGARAJA
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dalam mengambil keputusan siswa yang rendah dengan penerapan konseling Behavioral dengan strategi Self Management. Subyek dalam penelitian ini sebanyak 4 orang siswa kelas X5 SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013 yang memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan yang rendah. Hasil tersebut diperoleh dari data primer atau data utama yaitu kuesioner dari pra siklus sampai siklus II. Metode observasi dan wawancara juga digunakan sebagai metode komplementer yang mendukung data primer tersebut. Data primer dalam bentuk kuesioner yang diperoleh dari responden dikumpulkan dan dioleh dengan teknik deskriptif analisis. Hasil penelitian dari pra siklus diperoleh rata-rata pencapaian kemandirian dalam mengambil keputusan terhadap 4 orang siswa sebesar 54,41 % dengan kategori rendah. Pada siklus I terjadi peningkatan dengan rata-rata sebesar 18,93% dengan hasil 2 orang siswa yang dikategorikan sangat tinggi dan 2 orang siswa yang dikategorikan sedang sehingga perlu melanjutkan treatmen pada siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar 15,40% dengan kategori sangat tinggi. Artinya siswa sudah bisa mengeksplorasi diri, dapat mengambil keputusan sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan lainnya. Data tersebut diperkuat dari catatan harian (log sheet) yang dibuat oleh siswa setiap siklusnya. Hasil penelitian ini diharapkan siswa dapat mengaplikasikan strategi self management dari tahap pantau diri sampai tahap pemeliharaan dalam kehidupan sehari-hari, agar siswa dapat mengambil keputusan sesuai dengan potensi yang dia miliki
KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN KONSELOR/ GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ERA MERDEKA BELAJAR
Layanan bimbingan dan konseling adalah suatu layanan yang diberikan oleh tenaga yang profesional dalam bidang bimbingan dan konseling kepada peserta didik atau siswa dan anggota masyarakat lainnya supaya mereka mampu mengembangkan dirinya, mengenali dirinya sendiri, serta mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat meningkatkan kemandiriannya dan dapat hidup efektif sehari-hari. Sebagai layanan profesional tenaga pemberi layanan bimbingan dan konseling sudah sewajarnya membentuk organisasi profesi. Organisasi profesi bimbingan dan konseling ini menjadi wadah para konselor/guru BK serta menjadi perekat utama seluruh anggota yang menjalankan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu kewajiban organisasi profesi bimbingan dan konseling adalah merumuskan kode etik profesi bimbingan dan konseling itu sendiri. Melihat kompleksnya tugas dan peran profesi Bimbingan dan Konseling apalagi dalah suasana Merdeka Belajar koselor sangat diharapkan untuk memiliki kompetensi-kompetensi seperti jujur, hangat, empat dan lainnya sebagai Upaya untuk mendukung pembelajaran yang berpusat pada anak