22 research outputs found
Re-Design Jembatan THP dengan Sistem Box Girder Segmental
Jembatan Surabaya atau yang lebih dikenal oleh warga Surabaya dengan jembatan THP Kenjeran, dibangun diatas laut atau pantai kenjeran dengan menghubungkan Jl. Raya Pantai Lama (sisi utara) dengan Jl. Sukolilo Lor (sisi selatan). Merupakan jembatan baru dan menjadi ikonik di Kota Surabaya, sehingga banyak didatangi pengunjung dari berbagai tempat. Didesain menggunakan struktur beton pratekan, dimana balok I-Girder menjadi gelagar utama, Pier Head sebagai tumpuan perletakan gelagar, pilar beton sebagai penyangga, dan tentunya pondasi tiang pancang sebagai pendukung struktur atas jembatan. Karena dengan bentang jembatan yang tidak panjang, yaitu 32 meter, dan membutuhkan banyak pilar, sehingga volume beton yang diperlukan untuk membangun Jembatan Surabaya menjadi besar dan kurang efisien. Maka penulis merencanakan penelitian ulang dengan memodifikasi jembatan menjadi sistem box girder segmental dengan bentang 48 meter guna mengoptimasi jumlah pier head dan pilar, dan diharapkan menjadi lebih efisien. Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data – data perencanaan dan literatur yang diperlukan seperti jurnal, buku referensi, dan sumber lainnya. Dalam penelitian ini akan mengacu pada SNI 1725-2016, SNI 2833-2016, dan RSNI T-02-2005 yang dikhususkan untuk merencanakan struktur jembatan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah mendapatkan bentuk dan dimensi penampang box girder dengan tinggi 3,2 meter dan lebar 16 meter, jumlah tendon prtegang 18 tendon dengan masing-masing tendon memiliki 24 strand, dan jumlah pilar berkurang dari 7 pilar menjadi 5 pilar dengan jumlah atau kuantiti volume beton yang sama seperti perencanaan sebelumnya
STUDI PENGARUH STRUKTUR BAWAH PADA FLYOVER JLLB SURABAYA TERHADAP PENGGUNAAN PRECAST CONCRETE-I GIRDER DAN PRECAST CONCRETE-U GIRDER
Volume kendaraan bermotor pada kota-kota besar, khususnya di Surabaya, semakin lama semakin meningkat yang akhirnya berdampak terhadap kemacetan lalu-lintas. Dalam mengatasi pertambahan volume kendaraan terutama di Surabaya bagian barat, pemerintah setempat membangun flyover Jalan Lingkar Luar Barat guna memberi solusi terhadap kemacetan di Surabaya. Pada penelitian ini diharapkan bisa mengetahui perbandingan penggunaan PC-I girder dengan PC-U girder. pada flyover JLLB Metode yang digunakan untuk perhitungan balok prategang adalah fully prestressed atau prategang penuh. Pada penelitian ini, perbandingan penggunaan PC-I girder dengan PC-U girder pada flyover JLLB yang dimana ditinjaui dari segi perilaku, reaksi dan juga dampak terhadap struktur jembatan secara keseluruhan dari sebuah struktur tersebut. Dalam Analisa perhitungan struktur menggunakan bantuan software SAP 2000 V.14.2.5. Berdasarkan hasil analisis perhitungan yang telah dilakukan terdapat perbedaan.
ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG PASCA KEBAKARAN DENGAN PENAMBAHAN PROFIL SIKU SEBAGAI PERKUATAN STRUKTUR BALOK
Beton yang mengalami kebakaran pada suhu diatas 200°C dapat menyebabkan mutu beton mengalami penurunan, sehingga mengakibatkan penurunan kekuatan struktur. Masalah ini dapat diselesaikan dengan perkuatan struktur yaitu dengan penambahan profil untuk perkuatan struktur balok pasca kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kekuatan struktur balok pasca kebakaran dengan penambahan profil siku. Hasil analisis yang dilakukan bahwa nilai momen nominal balok pasca kebakaran pada suhu 900°C dengan durasi 3 jam pada beton dan 2 jam pada baja tulangan sebelum penambahan profil siku menunjukan nilai momen nominal Mn = 7161,7 Kg.m Mu = 8231 kg.m pada balok 1 (ekterior) dan Mn = 7891,8Kg.m Mu = 8096,41 kg.m pada balok 1 (interior). Setelah penambahan profil siku dengan dimensi profil L65x65x7 pada balok pasca kebakaran menunjukan nilai momen nominal mengalami kenaikan dengan Mn = 24927,03 kg.m Mu = 8096,41.kg.m pada balok 1 (interior) dan Mn = 16449,5 kg.m Mu = 8231 kg.m pada balok 1 (eksterior)
Studi Perbandingan Letak Shear Wall terhadap Perilaku Struktur dengan menggunakan SNI 1726:2019 dan SNI 2847:2019
Perkembangan Gedung bertingkat pada era saat ini lebih ke arah vertikal. Hal ini dikarenakan keterbatasan lahan menjadi permasalahan utama, khususnya di daerah perkotaan, sehingga bangunan ke arah vertikal sudah menjadi kebutuhan pada Perkembangan Pembangunan. Rentannya struktur bangunan tingkat tinggi terhadap gaya lateral, salah satunya gaya gempa mengharuskan struktur bangunan tingkat tinggi mampu menahan gaya lateral yang terjadi. Terdapat beberapa sistem struktur dalam menahan gaya lateral, diantaranya merupakan sistem rangka pemikul momen dan sistem dinding geser (Shear Wall). Dalam penelitian ini menggunakan Sistem Ganda, yaitu Sistem Rangka Pemikul Momen dan Sistem Dinding Geser dengan lima model posisi dinding geser. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui permodelan posisi dinding geser yang efektif pada bangunan bertingkat tinggi dengan membandingkan 5 permodelan posisi dinding geser yang bervariasi menggunakan nilai prosentase sistem ganda, periode struktur, dan simpangan antar lantai. Berdasarkan nilai prosentase penyerapan gaya lateral pada Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) didapatkan nilai terkecil arah X sebesar 30,27 % dan arah Y sebesar 29,58 % pada permodelan ke 5. Dengan nilai prosentase sistem ganda, periode struktur dan simpangan antar lantai yang kecil dalam menahan gaya lateral dianggap struktur bangunan tersebut lebih aman. Karna resiko kerusakan pada struktur bangunan dianggap lebih kecil ketika terjadi goncangan atau pergerakan struktur bangunan akibat beban lateral seperti beban gempa yang terjadi. Sehingga sistem rangka pemikul momen dengan dinging geser yang terletak di inti bangunan seperti pada permodelan ke 5 dianggap paling efektif dalam menahan gaya lateral seperti beban gempa
Redesign Struktur Gedung Rusun dengan Half Slab System dan Balok Precast U-Shell
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi konstruksi di Indonesia, dibuktikan dengan semakin banyaknya gedung bertingkat tinggi yang telah dibangun. Seiring dengan perkembangan tersebut, diperlukan inovasi – inovasi dari enginner untuk mendapatkan solusi yang efektif dan efisien untuk perencanaan gedung bertingkat, salah satunya pengunaan beton precast / pracetak. Penelitian ini bertujuan untuk Mendapatkan hasil perbandingan reaksi struktur berat keseluruhan dengan metode balok Precast U-shell dan pelat Half Slab terhadap reaksi struktur berat keseluruhan pada kondisi eksisting. fungsi U-Shell disini sebagai bekisting permanen. Pada dasarnya perencanaan balok U-Shell sama dengan perencanaan balok dengan menggunakan metode konvensional, namun yang membedakannya adalah pada perencanaan balok U-Shell harus menghitung kondisi pemasangan saat usia beton masih mudah. Sehingga dengan kondisi tersebut harus memperhitungkan kapasitas tulangan untuk mencegah terjadinya retak, metode precast U-Shell dibutuhkan analisa dan desain tersendiri yang tidak diperhitungkan dalam menganalisa beton secara monolite atau konvensional. Dengan hasil sebesar Perbandingan berat struktur dari kedua pemodelan terdapat perbedanaan selisih pada pemodelan eksisting struktur lebih ringan 408,558 ton terhadap struktur kondisi remodeling, hal ini dipengaruhi karena dimensi pada kondisi eksisting lebih bervasiasi dibandingkan dengan remodeling dan untuk persentase perbadingannya antar pemodelan mendapatkan nilai sebesar 17 %
Influence of Polymer Superplasticizers Usage on Workability and Compressive Strength of 30 MPa and 40 MPa Concrete
The advancement of technology has provided various alternatives to address limitations in concrete construction. One effective method for enhancing the quality of concrete is by introducing additional materials, known as admixtures, during the concrete production phase. One such type of admixture that can significantly improve concrete quality is superplasticizer. The primary principle behind the use of superplasticizer is to create a repelling force between cement particles to prevent clumping, which can lead to the formation of air voids in the concrete. This, in turn, can reduce the strength or quality of the concrete. In this research, the focus will be on the use of concrete admixtures, specifically superplasticizer, to enhance concrete workability. One product of superplasticizer is Sika Viscocrete 3115 N, which will be used in this study. Superplasticizers like Sika Viscocrete 3115 N play a crucial role in improving the flow and workability of concrete mixes, making them easier to handle and place during construction. This leads to more efficient and high-quality concrete structures. The target compressive strengths are 30 MPa and 40 MPa with variations in the percentage of superplasticizer admixture usage at 0%, 0.25%, 0.5%, and 0.75%. The testing methods used to determine the workability value are the slump test and the slump flow test, while the compressive strength test is conducted using a compression testing machine at the Advanced Concrete Materials and Computational Mechanics Laboratory, Department of Civil Engineering, ITS. The study concludes that the addition of superplasticizer can enhance the workability of concrete but cannot optimally increase compressive strength. Additionally, different planned compressive strengths with the same percentage variation exhibit different trends. The addition of 0.25%-0.5% superplasticizer in both planned strengths still yields compressive strength above the planned levels, despite the decrease
Analisa Perbandingan Kolom Komposit Inside Steel dan Outside Steel terhadap Kapasitas Tahanan Aksial dan Momen
ABSTRAK Penggunaan kolom komposit telah banyak digunakan di berbagai bangunan bangunan tinggi. Dan pada umumnya, Kolom komposit dibagi menjadi 2 macam, yaitu kolom komposit inside steel dan outside steel dengan struktur baja terbungkus oleh beton disebut dengan kolom inside steel atau bisa saja disebut Concrete Encased Column. Sedangkan untuk baja yang berisi beton disebut dengan kolom outside steel atau juga disebut Concrete Filled Column. Penggunaan struktur kolom komposit outside steel sebagai kolom utama dalam mendukung beban lateral pada struktur rangka bangunan belum lazim digunakan dalam perkembangan konstruksi saat ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa kekuatan dari 2 macam kolom komposit agar diketahui jenis kolom komposit yang paling efektif dan memiliki kekuatan paling tinggi. Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual pada kolom komposit inside steel dan outside steel yang berbentuk kotak, sedangkan untuk perhitungan dengan menggunakan program CSICOL dilakukan pada seluruh kolom komposit. Hasil nilai ØPn dan ØMn kemudian dibandingkan antara perhitungan manual dengan program CSICOL. Hasil perhitungan menunjukan bahwa kemampuan kolom komposit outside steel lebih baik dibandingkan kolom komposit inside steel dengan menggunakan standar volume dari ukuran kolom komposit inside steel kotak 400x400 mm. Kolom komposit outside steel berbentuk bundar dengan diameter 431 mm lebih unggul sebesar 17 % dalam menahan gaya aksial nominal (ØPn) dibandingkan semua tipe kolom komposit yang lain. Sedangkan kolom komposit outside steel berbentuk kotak dengan ukuran 405.70x405.70 mm lebih unggul menahan momen nominal (ØMn) sebesar 10,5 % dibandingkan semua tipe kolom komposit yang lain.Kata kunci : kolom komposit; inside steel (concrete- encased column); outside steel (concrete-filled column)ABSTRACT The use of composite columns has been widely used in various high-rise buildings. Composite columns are generally divided into two types: composite columns inside steel and outside steel columns with a steel structure wrapped in concrete called an inside steel column (concrete encased column), while steel containing concrete is called an outside steel column (concrete-filled column). The use of a composite column structure outside steel as the main column in supporting lateral loads in the building frame structure is not yet commonly used in current construction developments. Therefore, it is necessary to consider the strengths of 2 types of composite columns to know which type of composite column is the most effective and has the highest strength. Calculations are performed using manual calculations on composite columns inside steel and outside steel in the form of a box, while calculations using the CSiCOL program are carried out on all composite columns. The results of the ØPn and ØMn values are then compared between manual calculations and the CSiCOL program. The calculation results show that the composite outside steel column's ability is better than the inside steel composite column by using a standard volume from the size of the composite column inside steel box 400x400 mm. The round composite outside steel column with a 431 mm diameter is 17% superior in withstanding nominal axial force (ØPn) than all other composite column types. While the outside steel composite column in the form of a box with a size of 405.70x405.70 mm is superior to withstand the little moment (ØMn) by 10.5% compared to all other types of composite columns.
Komparasi Sistem Pelat Konvensional dan Sistem Pelat Precast Hollow Core Slab pada Struktur Gedung
Seiring dengan padatnya penduduk di Surabaya sebagai kota metropolitan, menyebabkan peningkatan pembangunan berupa rumah hunian, salah satunya rumah susun. Dalam pembangunan rusun harus diimbangi inovasi yang memadai. Maka dilakukan upaya dengan melakukan remodeling pada pelat beton konvensional (on site) menjadi pelat beton precast dengan pembebanan pelat satu arah. Dalam pelaksanaan, pelat dibagi menjadi dua sistem,yaitu satu arah dan dua araha. Perbedaannya teretak pada asumsi distribuai beban yang disalurkan ke balok. Metode yang dilakukan dengan pengambilan data dari konsultan perencana, yakni Rusun Menanggal Surabaya dengan bangunan bertingkat 5 lantai yang memilki ukuran panjang 60,6 m, lebar 23,9 m, dan tinggi 16 m. Dari data yang diperoleh, dilakukan analisa dengan melakukan preliminary design pada pelat, dan membandingkan hasil yang akan diperoleh dari kedua pemodelan menggunakan pelat konvensional maupun modifikasi. Hasil analisa menunjukkan bahwa penggunaan pelat precast Hollow Core Slab, lebih efisien jika dibandingan dengan pelat konvensional. Perbedaan bisa dilihat dari berat struktur yang dihasilkan, lebih ringan menggunakan pelat modifikasi dengan prosentase sebesar 18.68%. juga bisa dilihat besi tulangan yang digunakan, lebih ekonois menggunakan pelat precast, senilai 46%. Namun sementara pada sistem pelat satu arah, gaya dalam yang dihasilkan ada yang lebih besar pada salah satu balok induk senilai 24%
Analysis of Retrofit Building Behavior with Base Isolation System Using Nonlinear Time History Analysis
Now, procedures of design for the earthquake resistance of buildings and non-building structures SNI 1726: 2012 has been approved the procedures for seismic design for buildings SNI 1726-2002. SNI 1726: 2012 refers to the development of modern seismic regulations are due to changes in tectonic plates located on the active track on the path of circum-Pacific and the Indian track - the Himalayas. With the enactment of the new SNI earthquake, namely SNI 1726: 2012, then all existing buildings and designed with old SNI earthquake, that is SNI - 1726-2002 should be evaluated against for the new regulations. Handling scheme for existing buildings should be made to determine and improve safety. Analysis and solutions are required to improve the safety of buildings. Retrofitting Seismic Isolation is one of the effective and practical methode to increase safety of buildings against earthquakes, because this methode can reduce the earthquake acceleration response. Retrofitting seismic isolation can not only improve the safety and functionality seismic, but also to maintain the original design. Without the need to demolish and rebuild the building, the building will remain intact. So that historic buildings and cultural heritage can still be preserved. The concept of base isolation is to decouple the upper structure from its foundation and inserting isolator which has a small horizontal stiffness. This techniques can reducing the seismic impact from the soil vibration which could be from seismic motion. This study will compare the ratio building safety for old structural design that uses SNI-1726-2002 (old) vs SNI 1726: 2012 (new). The results shows that retrofitting seismic isolation building have better performance in terms of ductility demand, natural period, and lower internal forces due to earthquake
Modifikasi Struktur Jembatan Sumber Sari, Kalimantan Timur dengan menggunakan Sistem Busur
Indonesia merupakan negara kepulauan, serta dilewati oleh sungai-sungai di setiap pulaunya. Jembatan memiliki peranan yang penting di Indonesia, jembatan bentang panjang maupun bentang pendek yang menghubungkan antar pulau maupun dengan hambatan sungai telah banyak dibangun di Indonesia. Penelitian ini fokus pada Perencanaan Jembataan dengan menggunakan sistem busur baja yang mengandung nilai seni, selain memiliki struktur yang kuat, jembatan ini juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Jembatan Sumber Sari, yang terletak di Kutai Barat, Kalimantan Timur memiliki bentang 82 m dengan 2 lajur kendaraan masing-masing selebar 4 m. Jembatan ini merupakan Jembatan bentang Panjang. Tahap awal perencanaan adalah perencanaan bangunan atas yang terdiri dari lantai kendaraan dan trotoar, gelagar memanjang dan gelagar melintang, kemudian konstruksi pemikul utama. Analisa dengan menggunakan program SAP 2000 dilakukan setelah dketahui beban – beban yang bekerja pada konstruksi tersebut untuk mendapatkan gaya – gaya dalam yang bekerja, khususnya untuk konstruksi pemikul utama dan konstruksi sekundernya. Setelah gaya – gaya tersebut diketahui besarnya maka dilakukan perhitungan kontrol tegangan dan perhitungan sambungan. Untuk struktur bangunan bawah direncanakan abutment (kepala jembatan) dengan pondasi tiang pancang