9 research outputs found

    Studi penggunaan sefalosporin generasi ketiga pada pasien demam tifoid rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo

    Get PDF
    Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, Salmonella typhi, yang penularannya melalui fecal oral, karena higiene perorangan dan kondisi kebersihan lingkungan yang buruk. Antibiotik lini pertama (kloramfenikol, ampicilin, kotrimoksazol) untuk demam tifoid sudah jarang lagi digunakan karena banyak menimbulkan resistensi (MDRST) akibat dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Saat ini antibiotik sefalosporin generasi ketiga menjadi antibiotik pilihan yang banyak digunakan dalam terapi demam tifoid untuk mengatasi resistensi antibiotik serta untuk mendapatkan terapi yang lebih aman dan efek samping yang lebih ringan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola penggunaan sefalosporin generasi ketiga pada pasien demam tifoid rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode retrospektif time limit pada pasien demam tifoid periode 1 Januari sampai 30 Juni 2015. Penggunaan sefalosporin generasi ketiga tunggal sebanyak 46 pasien (96%) dan kombinasi sebanyak 2 pasien (4%). Penggunaan sefalosporin generasi ketiga tunggal paling banyak adalah seftriakson (2x1g) iv sebanyak 39 pasien (78%) dan penggunaan kombinasi paling banyak adalah sefriakson (2x1g) iv + levofloksasin (1x500mg) iv sebanyak 2 pasien. Lama penggunaan sefalosporin generasi ketiga pada pasien demam tifoid di RSUD Kabupaten Sidoarjo 3-6 hari sebanyak 38 pasien dan >6 hari sebanyak 10 pasien. Sefalosporin generasi ketiga yang digunakan sudah sesuai dengan guideline dan tidak didapatkan Drug Related Problems (DRPs) pada pasien demam tifoid terkait dosis, frekuensi, rute, lama pemberian maupun interaksi dengan obat lain

    Studi penggunaan sefalosporin generasi ketiga pada pasien demam tifoid rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo

    No full text
    Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, Salmonella typhi, yang penularannya melalui fecal oral, karena higiene perorangan dan kondisi kebersihan lingkungan yang buruk. Antibiotik lini pertama (kloramfenikol, ampicilin, kotrimoksazol) untuk demam tifoid sudah jarang lagi digunakan karena banyak menimbulkan resistensi (MDRST) akibat dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Saat ini antibiotik sefalosporin generasi ketiga menjadi antibiotik pilihan yang banyak digunakan dalam terapi demam tifoid untuk mengatasi resistensi antibiotik serta untuk mendapatkan terapi yang lebih aman dan efek samping yang lebih ringan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola penggunaan sefalosporin generasi ketiga pada pasien demam tifoid rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode retrospektif time limit pada pasien demam tifoid periode 1 Januari sampai 30 Juni 2015. Penggunaan sefalosporin generasi ketiga tunggal sebanyak 46 pasien (96%) dan kombinasi sebanyak 2 pasien (4%). Penggunaan sefalosporin generasi ketiga tunggal paling banyak adalah seftriakson (2x1g) iv sebanyak 39 pasien (78%) dan penggunaan kombinasi paling banyak adalah sefriakson (2x1g) iv + levofloksasin (1x500mg) iv sebanyak 2 pasien. Lama penggunaan sefalosporin generasi ketiga pada pasien demam tifoid di RSUD Kabupaten Sidoarjo 3-6 hari sebanyak 38 pasien dan >6 hari sebanyak 10 pasien. Sefalosporin generasi ketiga yang digunakan sudah sesuai dengan guideline dan tidak didapatkan Drug Related Problems (DRPs) pada pasien demam tifoid terkait dosis, frekuensi, rute, lama pemberian maupun interaksi dengan obat lain
    corecore