315 research outputs found
USIA MENARCHE PEREMPUAN INDONESIA SEMAKIN MUDA: HASIL ANALISIS RISKESDAS 2010
Abstract
Background: A downward trend in age at menarche (AAM) has been leveling-off in industrialized countries. However, downward trends were still observed in developing countries.
Objective: The aim was to verify secular trend of AAM among Indonesian women and its associated factors.
Methods: Data used were from Baseline Health Research (Riskesdas) 2010, a cross-sectional nationwide survey. Samples included were 79,026 women aged 10-59 years. History of menarche, socio-demographic variables, weight, height were taken. Descriptive and bivariate analysis were applied to measure proportion, central tendency measures.
Results: Among adolescent 10-19years, overall proportion of menarche was 78.6%, ranging from 42.8%, 96.2%, 99.6% at age 12, 15, 18 years respectively. The overall mean AAM was 12.96 years. AAM was significantly younger in urban than rural areas. BMI was significantly lower among adolescense not experienced menarche yet than experienced menarche. AAM was younger in urban areas, higher socio-economic status, and varied among seven regions.
Conclusions: Nutritional status was a significant factor associated with AAM. A downward trend in AAM was observed in Indonesian women.
Key words: menarche, secular trend, body mass index, Indonesian woman
Abstrak
Latar belakang: Tren penurunan usia pada menarche telah meningkat di negara-negara industri. Namun, tren penurunan masih diamati di negara-negara berkembang.
Tujuan: untuk memverifikasi tren sekuler usia menarche di kalangan perempuan Indonesia dan faktor-faktor terkaitnya.
Metode: Data yang digunakan berasal dari Riskesdas 2010, survei nasional dengan desain cross-sectional. Sampel yang dianalisis adalah 79.026 perempuan berumur 10-59 tahun. Variabel yang dikumpulkan meliputi: riwayat menarche, sosio-demografis, berat badan, tinggi badan. Analisis deskriptif dan bivariat digunakan untuk mengukur proporsi, ukuran kecenderungan sentral.
Hasil: Di antara remaja 10-19 tahun, proporsi keseluruhan menarche adalah 78,6 persen, mulai dari 42,8 persen, 96,2 persen, 99,6 persen pada masing-masing umur 12, 15, dan 18 tahun. Rata-rata keseluruhan usia menarche adalah 12,96 tahun. Usia menarche secara signifikan lebih muda di daerah perkotaan daripada pedesaan. IMT secara signifikan lebih rendah di antara remaja yang belum mengalami menarche dibandingkan dengan remaja yang sudah mengalami menarche. Usia menarche lebih muda di daerah perkotaan, status sosial ekonomi yang lebih tinggi, dan bervariasi di antara tujuh daerah.
Kesimpulan: Status gizi adalah faktor signifikan yang terkait dengan usia menarche. Terjadi Tren penurunan usia menarche pada perempuan di Indonesia.
Kata kunci: menarche, tren sekuler, indeks massa tubuh, perempuan Indonesi
Status Vitamin A Anak 12-59 Bulan dan Cakupan Kapsul Vitamin A di Indonesia
Masalah kurang vitamin A (KVA) masih merupakan masalah gizi di Indonesia. Program untuk mengatasi KVA dilakukan dengan program suplementasi kapsul vitamin A untuk anak 6-59 bulan dua kali setahun (Februari dan Agustus). Tetapi cakupan program tersebut belum optimal dan bervariasi antar daerah dan sebagian Balita masih terkena KVA. Studi ini bagian dari SEANUTS yang bertujuan untuk mengetahui cakupan kapsul vitamin A, faktor-faktor yang mempengaruhi status serum retinol anak Indonesia umur 12-59 bulan. Studi dilakukan di 48 kabupaten yang mencakup 3595 Balita. Cakupan kapsul dan faktor-faktor dikumpulkan oleh enumerator dengan kuesioner terstruktur. Serum retinol dianalisis dengan metode HPLC dari 504 sub-sampel Balita. Cakupan kapsul vitamin A sebesar 83,0 persen. Faktor yang berperan Balita tidak menerima kapsul vitamin A adalah status ekonomi rendah (OR 1,75 95% CI 1,35-2,27), tidak pernah ke posyandu (OR 7,90 95% CI 6,20-10,06), ke posyandu hanya 1-3 kali dalam 6 bulan terakhir (OR 2,62 95%CI 2,00-3,49), dan pendidikan ibu SMP ke bawah (OR 1,41 95% CI 1,11-1,78). Serum retinol Balita yang tidak menerima kapsul lebih rendah (p=0,039) dibanding yang menerima kapsul (1,37+0,47 dibanding 1,51+0,53 µmol/L). Kadar serum retinol tertinggi pada 2 bulan sesudah distribusi kapsul (2,10+0,36 sampai 2,18+0,61 µmol/L) dan kemudian terus menurun sampai sebelum bulan distribusi kapsul 6 bulan berikutnya (1,21+0,45 sampai 1,28+0,40 µmol/L). Hal ini berarti kenaikan serum retinol antara 0,82-0,97 µmol/L dengan suplementasi kapsul vitamin A. Program kapsul vitamin A masih tetap diperlukan karena kapsul meningkatkan status vitamin A yang masih belum optimal
Asupan Zat Besi, Vitamin a Dan Zink Anak Indonesia Umur 6-23 Bulan
Anak di bawah dua tahun paling rentan terhadap kekurangan gizi. Oleh karena itu, seribu hari kehidupan pertama merupakan periode kritis anak untuk mendapatkan kesehatan dan status gizi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur asupan zat besi, vitamin A dan zink dari makanan anak yang berkontribusi terhadap masalah kurang gizi mikro. Desain penelitian ini potong-lintang dengan sampel 1,177 anak umur 6-23 bulan di 48 kabupaten di Indonesia. Asupan makanan diukur menggunakan metoda recall 24 jam asupan makan, oleh enumerator terlatih. Asupan zat gizi dihitung berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia. Variabel lainnya seperti karakteristik rumah tangga, ASI dan praktik pemberian makanan pendamping ASI, pelayanan kesehatan, angka kesakitan, antropometri dan hemoglobin. Hasil penelitian menunjukkan rerata asupan vitamin A, zat besi dan zink adalah 298+9 µg, 4,6+0,2 mg, and 3,3+0,1 mg. Bila dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG) vitamin A, zat besi, dan zink adalah 74,6+1,8%, 60,3+2,7%, dan 41,0+1,1%. Prevalensi anemia sebesar 56,4 persen. Analisis ANCOVA menggambarkan bahwa asupan berhubungan secara nyata dengan tempat tinggal (desa/kota), status sosial ekonomi, umur, morbiditas (kesakitan), nafsu makan, pemberian ASI dan konsumsi susu dan hasil olahnya. Walaupun demikian, analisis dengan regresi logistik ganda menggambarkan bahwa asupan rendah vitamin A dibawah AKG berhubungan dengan umur anak yang lebih muda, status sosial ekonomi rendah, penyapihan dan nafsu makan yang rendah. Asupan zat besi rendah berhubungan dengan umur, tempat tinggal, status sosiaI ekonomi rendah, sedangkan asupan zink berhubungan dengan status sosial ekonomi rendah dan penyapihan. Anak dengan konsumsi zat besi kurang dari AKG berhubungan dengan prevalensi anemia
Pola Pertumbuhan Bayi Di Daerah Endemik Malaria: Kasus Di Desa Robek, Flores
Telah diteliti pola pertumbuhan bayi di daerah endemik malaria yaitu di Desa Robek, Kecamatan Rao, Kabupaten Flores, Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilakukan dengan menimbang berat badan bayi sekali sebulan sejak dilahirkan sampai berumur 12 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun rata-rata berat badan lahir bayi-bayi di daerah itu lebih rendah dari pada baku Harvard; sampai umur 4 bulan ternyata laju pertumbuhan berat badan mereka sama seperti bayi sehat di daerah lain di Indonesia. Tetapi sesudah umur ini, laju pertambahan berat badan mereka cenderung mengarah ke pola pertumbuhan tidak sebagaimana layaknya untuk bayi-bayi sehat menurut baku Harvard. Pertambahan berat badan bayi yang mengidap penyakit malaria lebih rendah daripada yang tidak mengidap penyakit tersebut
Serum Retinol Dan Status Gizi Ibu Menyusui Menentukan Kadar Vitamin a Dalam Asi
Latar Belakang: Status vitamin A ibu menyusui dan bayinya telah dibuktikan mempunyai hubungan yang erat. Bayi dari ibu yang menderita kurang vitamin A mempunyai risiko yang tinggi menderita KVA. Asumsinya hubungan tersebut dimediasi oleh kadar vitamin A dalam ASI sebagai sumber vitamin A utama. Tujuan: Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status vitamin A ibu menyusui dan kadar vitamin A dalam ASI. Metode: Studi dilakukan pada 440 ibu menyusui yang bayinya umur 6-12 bulan di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis. Serum vitamin A dalam darah dan kadar vitamin A dalam ASI dikumpulkan dan dianalisis dengan metode HPLC. Kovariat antropometri, morbiditas, karakteristik ibu dan bayi yang berperan dalam serum vitamin A dan vitamin A ASI dikumpulkan. Analisis uji-t, ANOVA dan ANCOVA dilakukan untuk menguji peran status vitamin A ibu terhadap vitamin A ASI. Hasil: Hasil studi menunjukkan KVA ibu menyusui berpengaruh secara signifikan terhadap rendahnya kadar vitamin A dalam ASI setelah dikontrol oleh kovariat status gizi ibu menyusui. Rerata vitamin A dalam ASI pada ibu yang KVA dan non KVA 47,0 μg/dL dan 88,2 μg/dL. Kesimpulan: Setelah dikontrol oleh kovariat status gizi ibu menyusui, kurang vitamin A pada ibu menyusui berpengaruh secara signifikan terhadap rendahnya kadar vitamin A dalam ASI
Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin a Pada Ibu Masa Nifas Dan Faktor-faktor Yang Memengaruhi Di Indonesia Analisis Data Riskesdas 2010
Background: Vitamin A supplementation program for postparum mothers has been implemented in lndonesia since 1996. The objective is to improve vitamin A status of postpartum mother and newborn through improvement of vitamin A status in breastmilk. However, Riskesdas 2010, across-sectional nationwide health study, reveals that the coverage is lower than in children underfives. In order to improve the coverage, there is a need to analyze factors associated with high or low coverage. The objective of this paper is to assess vitamin A coverage for postpartum mothers and factors of household, mother, access to health services that favour or limit the coverage. Methods: Riskesdas 2010 collected information on whether 19,000 samples mother 10-59 years having living children underfives received vitamin A capsules during postpartum period of the last child. A multivariate logistic regression was used to measure odd ratio. Vitamin A supplementation coverage among mother (in pospartum period) was 56.1%, varies 35-70% among provinces, higher in urban (61.4%) than in rural areas (50.8%). Gdd ratios of mothers who didn\u27t receive capsule are significantlyassociated with not having neonatal care (AGR = 2,334, 95% CI 2,156-2,530), not receiving iron tablet during pregnancy (AGR = 2,076,95% CI 1,874-2,298), ANC 3 times or less (AGR = 1.252,95% CI 1,095-1,431), without ANC (AGR = 1,355, 95% CI 1,217-1,510), not receiving TT immunization (AGR = 1,245, 95% CI 1, 156-1,341). The coverage is also significantly associated with not attending Posyandu, low education, did not know Polindes with AGR slightly above 1, but not associated with age and marital status. Results: The analysis shows that factors significantly associated with the coverage are mostly assessibility of health care of mothers during pregnancy and delivery High coverage of vitamin A supplementation should be improved by increasing access of women during pregnancy and delivery in community and health education on importance of vitamin A supplementation
ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK KANTOR CABANG UTAMA SLAMET RIYADI SOLO
Heru Sandjaja. P 100080026. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan
Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Kantor Cabang Utama Slamet Riyadi Solo. Program Magister Manajemen
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah faktor
kepercayaan, image perusahaan dan biaya peralihan berpengaruh terhadap
loyalitas nasabah pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Utama Slamet Riyadi Solo.
Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan menggunakan
metode survei, dimana informasi dikumpulkan dari responden dengan
menggunakan kuesioner dengan berdasarkan jenis kelamin responden, usia
responden, jenis pekerjaan responden dan jenjang pendidikan responden. Lokasi
penelitian di kantor PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang
Utama Slamet Riyadi Solo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah,
pegawai dan pengurus PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang
Slamet Riyadi Solo. Adapun sebagai sampelnya adalah para nasabah yang akan
diukur persepsinya terhadap kualitas pelayanan dan loyalitasnya. Sampel
dilakukan berdasarkan sampel kemudahan (Convenience Sampling). Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 orang. Sedangkan metode analisis data
yang digunakan untuk menjawab permasalahan utama atau pengujian hipotesis
adalah metode regresi linier. Analisis data akan meggunakan program komputer
statistik yaitu SPSS for Windows.
Hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh positif yang signifikan antara
kepercayaan terhadap loyalitas nasabah sebesar 21,6% dengan nilai thitung sebesar
2,116%, relevansi empiris yang lain menunjukkan bahwa penelitian saat ini
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan antara factor image perusahaan (x2)
terhadap loyalitas nasabah sebesar 29% dengan nilai thitung sebesar 3,145%.
Selanjutnya adalah adanya pengaruh yang positif namun tidak signifikan antara
faktor biaya peralihan (x3) terhadap loyalitas nasabah sebesar 9,2%. Dengan
demikian, hipotesis 1 dan hipotesis 2 dalam penelitian ini terbukti dan signifikan
sedangkan untuk hipotesis 3 tidak terbukti atau tidak signifikan
The Impact of Vitamin a Fortified Vegetable Oil on Vitamin a Status of Children Under Five Years of Age: a Cohort-like Study
Introduction: Sub-clinical vitamin A deficiency (VAD) and anemia remain major nutritional problem in Indonesia. Although the government has implemented distribution of vitamin A capsules (VAC), there are one third of children missed VAC distribtion. The prevalence of anemia is also still high. Objectives: Part of this study was conducted to measure the effectiveness of vitamin A fortification in unbranded cooking oil among 6-59-month-old children of poor families in 2 districts in Indonesia prior mandatory vitamin A fortification in cooking oil. Materials and Methods: Total number of samples were 126 children. Venous blood was drawn by trained phlebotomist. Serum retinol and hemoglobin were measured by HPLC and hemoque respectively at baseline just before cooking oil fortification and 12 months after at endline. Trained enumerators collected data of morbidity and measurement of vitamin A content in cooking oil from the households, food stalls and markets was done periodically during the study. There was not any intervention from the study team on distribution and purchase of fortified cooking oil by the families, because cooking oil was distributed and sold through exsisting market mechanism. Enumerators collected socio-demographic variables. They also collected 24-hr dietary recall and food frequency questionnaires to measure nutrient intakes at base- and endline. Results: Serum retinol significantly increased by 5.07, 6.82, 6.01 µg/dL in 6-11, 12-23, and 24-59 month-old children respectively. Hemoglobin increased by 0.13 (p>0.05) , 0.56 (p<0.05), 0.81 g/dL (p<0.05) in 6-11, 12-35, 36-59 month-old children respectively. Conclusions: Vitamin A fortification in cooking oil significantly improved serum retinol in underfive children in all age groups and hemoglobin only in older age group
Pengaruh Metode Fernald Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan dan Menulis Anak Tuna Grahita Ringan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas metode Fernald terhadap kemampuan membaca dan menulis anak tunagrahita ringan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain single case experimental pada satu orang anak laki-laki tunagrahita ringan kelas 7 SMP. Data dalam penelitian dianalisis secara deskripstif sederhana. Hasil penelitian menunjukkan setelah mendapatkan intervensi sebanyak 6 kali dengan durasi masing-masing sesi 60 menit, subjek mengalami peningkatan dalam kemampuan membaca permulaan dan menulis gabungan diftong vokal, dan vokal rangkap. Peningkatan ini dapat diukur melalui peningkatan nilai subjek pada kemampuan membaca permulaan dan menulis sebelum dan setelah intervensi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode multisensori Fernald efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan dan menulis anak tunagrahita ringanKemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan akademik dasar yang harus dikuasai oleh anak tunagrahita ringan. Meskipun demikian, anak tunagrahita memiliki hambatan dalam kapasitas intelektual yang menjadikan proses belajar membaca dan menulis tidak mudah untuk dilakukan. Intervensi yang dilakukan menggunakan metode multisensori Fernald, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan dan menulis anak tunagrahita ringan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain single case experimental pada satu orang anak laki-laki tunagrahita ringan kelas 7 SMP. Data dalam penelitian dianalisis secara deskripstif sederhana. Hasil penelitian menunjukkan setelah mendapatkan intervensi sebanyak 6 kali dengan durasi masing-masing sesi 60 menit, subjek mengalami peningkatan dalam kemampuan membaca permulaan dan menulis gabungan diftong vokal, dan vokal rangkap. Peningkatan ini dapat diukur melalui peningkatan nilai subjek pada kemampuan membaca permulaan dan menulis sebelum dan setelah intervensi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode multisensori Fernald efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan dan menulis anak tunagrahita ringan
- …