23 research outputs found

    LAPORAN KASUS: MYASIS PADA BABI JANTAN DI DESA NOELBAKI, KECAMATAN KUPANG TENGAH, KABUPATEN KUPANG

    Get PDF
    Myasis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh larva lalat (belatung) yang menyerang semua jenis hewan vertebrata yang berdarah panas termasuk manusia, tidak menimbulkan tanda klinis yang spesifik dan sangat bervariasi tergantung pada lokasi luka. Seekor babi berumur 6 bulan, dengan berat badan ± 30 kg dan berjenis kelamin jantan dilaporkan keluhan adanya luka terbuka disertai adanya belatung pada daerah kaki kiri belakang. Secara klinis babi hanya bergerak aktif untuk menghindari lalat yang hinggap pada luka, dan tidak adanya gejala yang spesifik karena babi makan dan minum yang baik serta defekasi dan urinasi yang normal. Hasil pemeriksaan fisik babi didiagnosis menderita myasis. Babi ditangani dengan melakukan pembersihan luka dan mengambil belatung menggunakan larutan NaCl 0.9%. Babi diobati dengan antibiotika amoksisilin (Betamox LA) dengan dosis anjuran 1 ml/10 kg BB dengan dosis pemberian 3 ml dan pemberian obat oral dexametason 0,75 mg dengan dosis pemberian 1,5 mg sebagai anti radang, disamping itu juga diberikan antibiotic topikal yaitu enbatic powder dengan dosis sedian 3 mg dan ditaburkan secukupnya pada luka tiap 2x sehari. Pada hari petama, kondisi babi terlihat aktif, napsu makan dan minum baik. Suhu meningkat jadi 40oC, luka masih basah, kemerahan disekitar luka, dan mengalami kebengkakan. Pada hari ke-2, suhu 40oC dan hari ke-3 suhu 39,5oC, luka masih basah dan merah, masih mengalami kebengkakan, dan sudah ada beberapa bagian dari luka mulai mengering. Pada hari ke-5 suhu 39,3oC, luka masih basah dan terbuka, masih adanya kemerahan, dan beberaapa bagian luka sudah tertutup dan pada hari ke-10 suhu 39,2oC, luka sudah tertutup atau menyatu dengan baik walaupun masih tampak kemerahan dan masih adanya pembengkakan

    PENGARUH VARIASI DOSIS VAKSINASI ANTRAKS TERHADAP TITER ANTIBODI DAN TOTAL PROTEIN PLASMA PADA TERNAK DOMBA LOKAL

    Get PDF
    Anthrax is an acute infectious disease caused by the bacterium Bacilus anthracis. This disease can attack domestic and wild animals, especially herbivorous animals, such as cattle, sheep, goats, sheep and can also attack humans. One of the preventive measures that can be taken is vaccination. In general, anthrax vaccination in livestock in Indonesia uses live spore vaccines, which contain B. anthracis 34F2 strain which is toxic, and is not encapsulated. Anthrax vaccination in goats and sheep can cause anaphylactic shock effects because it can still produce toxins. The incidence of anaphylactic shock in goats and sheep can be prevented by modifying the vaccination dose, namely the preinoculation dose. This study was conducted to determine whether there was a difference in the antibody titer value and the total plasma protein of sheep who received variations in the vaccination dose. There were 12 sheep that were divided into three groups, namely the control group, sheep that received the full dose of vaccination (0.5 cc) and sheep that received the preinoculation dose. Measurement of antibody titers was carried out using the indirect ELISA method and measurement of total plasma protein using a refractometer. The results of the analysis of variance (ANOVA) showed that there was no significant difference (P> 0.05) of the variation in the vaccination dose on antibody titer and total plasma protein. In general, the paired t test results did not show any difference in antibody titer values ​​at each sampling time. The antibody titer was negative until the 12th week after vaccination. The highest antibody titer value in the sheep group with the full dose was seen at week 12, while the highest titer in the sheep group with the preinoculated dose was seen at week 1

    PARAMETER KUDA SANDELWOOD DI KECAMATAN KATIKUTANA, KABUPATEN SUMBA TENGAH

    Get PDF
    Horses are one of farm anima that play an important role in human life because it can help alleviate work and as a tool to satisfy human life. The important role of horses is greatly felt by people in Sumba Island. Horses are also be an economic source for most people in Sumba Island. Horses that win the horse race event have a high selling point. The local horse in Sumba Island that used for horse race event is called as the Sandelwood horse. Therefore, the physiological conditions of Sandelwood horse must be maintained. The physiological condition can indicate the health of horse. Basic physiological conditions include the frequency of respiration, heart rate frequency, and body temperature. This study aims to determine the physiological parameters of Sandelwood horses and to determine the relationship between temperature and chest circumference with the physiological condition of Sandelwood horses. This experiment use purposive sampling method. The use of this method is related to the environmental condition and cultural conditions of the Sumbaneses. The results are the enviroment temperature and chest circumference are closely related to the horse activity before measurement and stress levels experienced by the horse at the time of measurement

    LAPORAN KASUS BLOAT PADA KAMBING DI KELURAHAN LASIANA, KECAMATAN KELAPA LIMA, KOTA KUPANG

    Get PDF
    Bloat atau kembung adalah gangguan sistemik non-infeksius yang mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan ruminansia. Kejadian bloat primer memiliki gejala klinis yang sering teramati yakni adanya pembesaran atau distensi rumen bagian kiri, stress, nyeri pada abdomen, sering berbaring dan dyspnea. Kambing jantan berumur 8 bulan dengan berat badan seberat 80 kg di kelurahan Lasiana dengan pemeriksaan fisik menunjukkan gejala klinis yakni distensi abdomen bagian kiri dan hewan selalu berbaring. Terapi yang dilakukan adalah dengan melakukan pemberian anti bloat Tympanol sebanyak 25 ml dalam 250 ml air, Penstrep-400 sebanyak 1 ml/10 Kg BB, dan biodin 2-5 ml/Kg BB. Terlambatnya penanganan dan upaya pengobatan yang dilakukan belum mampu untuk mengeluarkan semua gas dari dalam abdomen sehingga hewan mengalami kematian

    LAPORAN KASUS PENYAKIT ORF (Ecthyma contagiosa) PADA KAMBING

    Get PDF
    Penyakit Orf adalah penyakit keropeng yang menyerang pada daerah sekitar mulut kambing yang disebabkan oleh virus parapox yang bersifat zoonosis. Pada kasus ini ternak kambing berumur 5 bulan menunjukkan gejala klinis berupa peradangan dan lepuh pada kulit terutama pada daerah sekitar bibir dan mulut, disimpulkan bahwa kambing menderita penyakit Orf (Ecthyma contagiosa). Penanganan yang dilakukan dengan membersihkan luka dengan Rivanol, kemudian permukaan luka dioleskan Povidone iodine dan antibiotik salep Acyclovir, dan diinjeksikan antibiotik Amox La sebanyak 3ml dan Injectamin sebanyak 3ml secara intramuskular. Waktu penyembuhan membutuhkan waktu sekitar 1-4 minggu. Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan cara vaksinasi dan memisahkan kendang kanbing sakit dengan kambing sehat

    LAPORAN KASUS : LAMINITIS AKUT PADA BABI

    Get PDF
    Seekor tenak babi Yorkshire berumur 7 bulan berjenis kelamin betina mengalami kepincangan pada salah satu kakinya. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan babi tersebut mengalami kepincangan dan terdapat lesi pada bagian kuku dari kaki serta terdapat kemerahan pada beberapa bagian tubuhnya. Selain itu, babi tidak makan dan hanya berbaring. Hasil pada awal pemeriksaan menunjukkan bahwa frekuensi napas : 28x/menit, frekuensi pulsus : 96x/menit dan suhu 40,5°C. Penanganan dilakukan dengan memberikan antibiotik Procaine Penicillin G (Penstep-400) dengan dosis sediaan 200 mg dan dosis anjuran 1 ml/kg BB dengan dosis pemberian 0,3 ml secara IM, d-panthonol (B-Sanplex) dengan dosis sediaan 10 mg dan dosis anjuran 1 ml/10 kg BB dengan dosis pemberian 6 ml secara IM dan Dexamethazone 0,75 mg secara peroral dengan dosis pemberian 4 tablet (2 tablet pagi dan 2 tablet sore) selama 3 hari. Monitoring pertama pada hari ke 3 suhu tubuh 40,8°C, frekuensi respirasi 32 x/menit, frekuensi pulsus 96x/menit dan tapi masih terlihat pincang serta masih terlihat adanya kebengkakan. Terapi antibiotik Procaine Penicillin G (Penstep-400) dan d-panthonol (B- Sanplex) dengan dosis yang sama dan tetap diberikan Dexamethasone. Pada monitoring kedua (hari ke-5) terlihat babi sudah berdiri secara normal dan tidak mengangkat kakinya namun, belum tidak terlalu aktif. Suhu tubuh 39,8°C, frekuensi respirasi 24x/menit, frekuensi pulsus 84 x/menit. Masih terlihat adanya pembengkakan pada kuku kaki dari babi tersebut. Monitoring ketiga pada hari ke-7 babi telah aktif bergerak dan nafsu makan meningkat, tidak terlihat adanya kebengkakan pada kakinya. Suhu 39,2°C, frekuensi respirasi 24x/menit, frekuensi pulsus 88x/menit

    LAPORAN KASUS PENYAKIT COLIBASILLOSIS PADA ANAK BABI

    Get PDF
    Pengelolaan peternakan babi tidak lepas dari berbagai kendala yang dapat menghambat produktivitas suatu peternakan, salah satunya adalah infeksi penyakit pada ternakbaik itu anak babi maupun babi dewasa. Penyakit yang sering dijumpai pada anak babi yang baru lahir sampai masa sapihanbiasanya ditandai dengan mencret warna putih. Penyakit ini dikenal dengan nama “kolibasilosis” yang disebabkan oleh infeksi bakteri E.coli (Jorgensen et al., 2007).Kolibasilosis yang menyerang anak babi dapat mengakibatkan penurunan berat badan, pertumbuhan terhambat dan jika tidak segera ditangani akan menimbulkan kematian (Hartaningsih dan Hasan, 1985). Tujuan kali ini adalah untuk mengetahui kejadian penyakit yang terjadi pada ternak, mengidentifikasi penyebab penyakit dan menanggulangi penyakit yang terjadi pada ternak. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, terlihat anak babi mencret warna putih dengan konsistensi sangat encer dan dari hasil anamnesa bahwa hal ini sudah berlangsung selama 3 hari, Oleh karena itu anak babi terlihat lemah. Menurut Jorgensen et al. 2007 bahwa penyakit yang sering terjadi pada anak babi baru lahir sampai disapih adalah penyakit kolibasilosis yang disebabkan oleh bakteri E. coli, gejala khasnya ditandai dengan feses yang cair dan berwarna putih. menangani infeksi kolibasilosis. Contohnya menggunkan antibiotik golongan penisilin (Sornplang et al., 2010). Pada kasus kali ini, pengobatan dilakukan menggunakan antibiotik gologongan penisilin yakni Oxytetracycline. Hari ke-4 pasca pemberian antibiotik, anak babi bebas dari mencret putih

    LAPORAN KASUS: SUSPECT SWINE POX VIRUS DAN TRAUMATIK

    Get PDF
    Kepincangan atau gangguan lokomotif merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling relevan terjadi pada babi. Penyebab kepincangan secara luas dapat diklasifikasikan sebagai dampak dari gangguan genetik, cedera fisik serta infeksi. Swine pox virus atau yang biasa disebut dengan cacar babi merupakan penyakit menular pada babi yang ditandai dengan adanya Iepuh atau pustule dan keropeng pada kulit. Swine pox virus termasuk dalam famili Poxviridae, genus Suipoxvirus, memiliki untaian ds-DNA, serta berukuran 200-250 nm. Pada penatalaksanaan terapi atau pengobatan yang diberikan pada dua kondisi yang sedang dialami ternak babi tersebut dilakukan dengan pemberian anti inflamasi yang diberikan yakni Dexamethasone® 0.75 mg, antibiotik diberikan Vet-Oxy SB® 5 ml/50 kg BB, dan vitamin diberikan Vit B-Kompleks® serta salep kulit (racikan) yang diberikan secara topikal pada area kulit yang terdapat pustule

    STUDI KERAGAMAN WARNA DAN MORFOMETRIK KUDA SANDELWOOD DI KABUPATEN SUMBA TENGAH

    Get PDF
    The sandalwood horse is an important part of Sumba culture and tradition which has a high social and economic value. Sandalwood horses have their own characteristics, so they need to have their own standardization. The purpose of this study was to determine the dominance of sandalwood horse color and the distribution of facial marking, leg marking, body marking and morphometric images of sandalwood horses. Sampling using purposive sampling method with a sample size of 102 sandalwood horses. The results of this study indicate that the sandalwood horse has a color that is red or bay 22.56%, breath or chesnut 18.63%, black or black 14.71%, canusu or cremello 12.75%, dragem or brown 10.79%, rhyme or palomino 9.81%, monkey black or black. gray 4.91%, dawuk or gray 1.97%, albino; or 1.96% white, 0.98% white or skewbald stripes and 0.98% breath or roan stripes. facial marking dominated by star type 62.5% followed by star, strip, snip 12.5%, bald face 12.5% and snip 12.5%; leg marking was dominated by stockings 62.5% followed by half stocking 25% and pastern 12.5%; and body marking, there was a stamp on the cheek and shoulder location 49.1%, a stamp on the cheek and thigh location 29.41% and a single stamp on the horse's cheek location 21.56%. Morphometric data obtained from 63 Sandelwood horses, namely the average body weight of male horses 320.94 kg and female horses 286.76 kg. The average height of a mare is 124 cm and a male horse is 115 cm. The average body length of male horses is 107.26 cm and female horses are 116.82 cm. The average chest circumference of a male horse is 140.47 cm and that of a female horse is 159.21 cm
    corecore