2 research outputs found

    CANINE LEPTOSPIROSIS IDENTIFICATION IN SMALL ANIMAL PRACTICE

    Get PDF
    Leptospirosis is an infectious disease caused by bacteria from the genus Leptospira with various serovars and often presents with a wide range of clinical signs from mild to severe conditions, particularly it presents with a mild fever to asymptomatic infection-causing animal death. The purpose of this study was to identify the characteristics of canine leptospirosis through laboratory examinations supported by medical record data in a small animal practice at the drh Cucu K. Sajuthi Joint Veterinary Practice, in Jakarta. The study was conducted on serum samples of sixteen dogs from drh Cucu K. Sajuthi Joint Veterinary Practice patients, which presented varied clinical signs of leptospirosis, and which had been accompanied by hematological examination, blood biochemistry, and Microscopic Agglutination Test (MAT) against various serovars such as Bataviae, Icterohaemorrhagiae, and Javanica. The collected data was analyzed descriptively. The results showed that canine leptospirosis was more commonly derived from Bataviae serovar and was accompanied by clinical signs such as vomiting, jaundice, anorexia, abdominal pain, lethargy, pale mucosal membrane, diarrhea, dehydration, dyspnea, and polyuria/polydipsia. A predisposition of gender and age was commonly found in male dogs less than 5 years old. Abnormalities found from hematological examination were leukocytosis, granulocytosis (neutrophilia), anemia, thrombocytopenia, and lymphopenia, while blood chemistry showed azotemia, an increase in liver enzymes (AST, ALT, ALP), hyperbilirubinemia, hyponatremia, hyperphosphatemia, and hypoalbuminemia

    Analisis Serum Symmetric Dimethylarginine dalam Berbagai Gejala Klinis pada Anjing

    Get PDF
    Symmetric dimethylarginine (SDMA) merupakan golden standard untuk menilai fungsi ginjal terutama terkait glomerular filtration rate (GFR). Nilai SDMA pada serum dapat digunakan untuk mendeteksi Chronic Kidney Disease (CKD) sebelum kreatinin mengalami peningkatan diatas nilai normal pada anjing. Nilai SDMA telah dibuktikan sebagai pendeteksi awal kondisi penyakit ginjal, namun belum banyak data yang menjelaskan tentang adanya peningkatan nilai SDMA terkait gejala klinis lain selain penyakit ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi penyebab peningkatan nilai SDMA dengan proses penyebab peningkatan nilai SDMA terkait dengan gejala klinis yang timbul pada anjing selain gangguan ginjal. Penelitian dilakukan pada 20 ekor anjing dengan berbagai gejala klinis yang dilengkapi dengan data jenis kelamin, usia, dan pemeriksaan parameter kimia darah (BUN, kreatinin, ALT, total protein, albumin) dan SDMA. Nilai SDMA dianalisis dari sampel serum dengan menggunakan IDEXX Catalyst® SDMA Test. Hasil penelitian manunjukkan anjing yang mengalami gejala klinis terkait gangguan sistem urinari (60%) memiliki persentase tertinggi diikuti oleh gejala klinis terkait gangguan sistem pencernaan (45%), gangguan jantung (20%), gangguan mata dan gangguan periodontal (15%), gangguan otot dan tulang (10%), dan gangguan kulit (5%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan nilai SDMA juga dapat terjadi pada berbagai gangguan fungsi organ dengan gejala klinis yang tidak spesifik menunjukkan gangguan fungsi ginjal.Symmetric dimethylarginine (SDMA) merupakan golden standard untuk menilai fungsi ginjal terutama terkait glomerular filtration rate (GFR). Nilai SDMA pada serum dapat digunakan untuk mendeteksi Chronic Kidney Disease (CKD) sebelum kreatinin mengalami peningkatan diatas nilai normal pada anjing. Nilai SDMA telah dibuktikan sebagai pendeteksi awal kondisi penyakit ginjal, namun belum banyak data yang menjelaskan tentang adanya peningkatan nilai SDMA terkait gejala klinis lain selain penyakit ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi penyebab peningkatan nilai SDMA dengan proses penyebab peningkatan nilai SDMA terkait dengan gejala klinis yang timbul pada anjing selain gangguan ginjal. Penelitian dilakukan pada 20 ekor anjing dengan berbagai gejala klinis yang dilengkapi dengan data jenis kelamin, usia, dan pemeriksaan parameter kimia darah (BUN, kreatinin, ALT, total protein, albumin) dan SDMA. Nilai SDMA dianalisis dari sampel serum dengan menggunakan IDEXX Catalyst® SDMA Test. Hasil penelitian manunjukkan anjing yang mengalami gejala klinis terkait gangguan sistem urinari (60%) memiliki persentase tertinggi diikuti oleh gejala klinis terkait gangguan sistem pencernaan (45%), gangguan jantung (20%), gangguan mata dan gangguan periodontal (15%), gangguan otot dan tulang (10%), dan gangguan kulit (5%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan nilai SDMA juga dapat terjadi pada berbagai gangguan fungsi organ dengan gejala klinis yang tidak spesifik menunjukkan gangguan fungsi ginjal
    corecore