2 research outputs found
Optimasi Formula Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) Etil-P-Metoksisinamat (EPMS) Dengan Kombinasi Tween 80 dan Propilen Glikol
Latar Belakang: Etil-p-metoksisinamat (EPMS) hasil isolasi Kaempferia galanga diketahui dapat berperan sebagai agen antiinflamasi. Namun memiliki kelarutan yang rendah dalam air sehingga memiliki bioavailabilitas yang rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan formulasi untuk meningkatkan kelarutan EPMS, yaitu melalui formulasi self-nanoemulsifying drug delivery system (SNEDDS) dengan optimasi basis menggunakan metode simplex lattice design (SLD). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variasi komposisi Tween 80 dan propilen glikol terhadap sifat dan stabilitas fisik serta mengetahui formula optimum SNEDDS EPMS.
Metodologi: Tahapan penelitian terdiri dari isolasi EPMS dari serbuk rimpang kencur, optimasi SLD basis SNEDDS dengan basis Tween 80, propilen glikol, dan VCO dengan menggunakan software design expert, pembuatan SNEDDS EPMS, dan evaluasi formula optimum dengan parameter pengamatan visual, persen transmitan, waktu emulsifikasi, ukuran partikel, zeta potensial serta stabilitas fisik yang meliputi stabilitas termodinamika dan stabilitas dalam media simulasi gastrointestinal.
Hasil Penelitian: Diperoleh kristal EPMS murni sebanyak 6,37 gram dengan rendemen 0,0637%. Formula basis optimum terpilih yaitu formula dengan komposisi Tween 80 65% dan propilen glikol 25%. SNEDDS EPMS dengan drug loading 100 mg/mL memiliki persen transmitan 99,07%±0,09, waktu emulsifikasi dalam akuades 0,69±0,33 menit, ukuran partikel 18,37±0,25 nm, zeta potensial -60,87±0,54 mV, indeks polidispersitas 0,350±0,02 dan sediaan stabil.
Kesimpulan: Komposisi Tween 80 dan propilen glikol dalam formula berpengaruh terhadap sifat dan stabilitas fisik SNEDDS EPMS. Formula optimum SNEDDS EPMS memiliki komposisi EPMS 100 mg/mL, Tween 80 65%, propilen glikol 25%, dan VCO 10%.
Kata Kunci: SNEDDS, EPMS, Simplex Lattice Design (SLD), Tween 80, Propilen gliko
Karakteristik Katarak pada Diabetes Melitus di RSUP DR. M. Djamil Periode 2020-2021
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening berubah menjadi keruh. Katarak yang terjadi akibat gangguan pada sistem
endokrin salah satunya disebabkan oleh diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik katarak pada penyakit diabetes melitus di RSUP Dr.
M Djamil Padang Periode 2020 –2021.
Penelitian ini adalah studi deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross�sectional untuk mengetahui karakteristik katarak pada pasien dengan diabetes
melitus di RSUP Dr. M Djamil periode 2020 - 2021. Penelitian menggunakan data
sekunder berupa rekam medis dari 39 pasien katarak dengan riwayat diabetes
mellitus. Analisis data dilakukan berupa analisis deskriptif menggunakan aplikasi
SPSS.
Penelitian ini menunjukkan 28 orang (71,8%) responden berusia ≥ 60 tahun,
24 orang berjenis kelamin laki-laki (61,5%), 30 pasien dengan durasi diabetes
mellitus ≥5 tahun (76,9%), 19 orang responden (48,7%) mengalami katarak matur.
Individu berusia ≥ 60 tahun sebagian besar mengalami katarak matur (14 orang;
50,0%), responden berjenis kelamin laki-laki sebagian besar mengalami katarak
matur (12 orang; 50,0%) dan individu dengan durasi katarak ≥ 5 tahun sebagian
besar mengalami katarak matur (17 orang; 56,7%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ditemukannya katarak pada diabetes
melitus dengan usia terbanyak ≥ 60 tahun, berjenis kelamin laki laki, durasi diabetes
melitus ≥5 tahun, dan jenis katarak matur. Katarak matur terbanyak ditemukan pada
usia ≥ 60 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan durasi diabetes melitus ≥5 tahun