35 research outputs found
Analisis Jumlah Sel Eritrosit Darah Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Strain Wistar Sebelum dan Setelah Perlakuan Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus)
The aim of this research was to measure the differences amount of erythrocytes in the blood of the rat (Rattus norvegicus) strain wistar before and after been given of the extract of the red fruid (Pandanus conoideus). This was a pre experiment with The One Group Pre Test – Post Test only design, the extract of red fruit (P. conoideus) was the independent variable and the dependent variable was the amount erythrocyte in rat blood. After the acclimatisation program in 7 days, the blood of this 20 rats were taken to measure the erythrocytes. For the next 7 days, all of the rats were given the extract of red fruit per oral by the sonde 5m/bb. The blood were taken again to measure the erythrocytes again, in the day after the last given of the extract of red fruit. The data were tabulated for normality test with Shapiro-wilk (SPSS v.24), homogeneity test, Levene test, and followed by Paired T-Test. The results were show that the mean of the erythrocyte before given the extract of red fruit was 5.54 x 106/mm3 and after that was 7.65 x 106/mm3. Key words: R. novergicus, P. conoideus, erythrocyte
Productivity Comparison Between Boer and Kacang Goat Dam
A study to evaluate the productivity of Boer and Kacang goats dam was carried out for 2 years atResearch Institute for Goat Production, Sungei Putih-North Sumatera. The materials used were goatsowned by the institute. The parameters observed were total birth and weaning weights of kid, litter size,parity of dam, pre-weaning mortality and kidding interval. The rate of reproduction and productivity ofthe dam were estimated using Amir and Knipscheer methods and were statistically analyzed usingGeneral Linear Model. The results showed that the total birth and weaning weight of Boer goats werehigher (P<0.05) than that of Kacang goats, while litter size of Boer goats were higher (P<0.05) than thatof Kacang goats. The pre-weaning mortality of Boer goat 15.1 ± 6.02% was lower than that ofKacang. The kidding interval of Boer goats was higher (P<0.05) than that of Kacang. Parity of dam hadsignificant effect on all production traits (P<0.05) except for pre-weaning mortality. Dam reproductionrate of Boer (1.81) was higher than that of Kacang (1.78), while productivity of Boer goat (37.12kg/head/year) was higher than that of Kacang (18.12). It can be concluded that the reproductivity ofBoer and Kacang goats were similar, however the productivity of Boer goat had better than Kacang
Pengaruh Pemberian Etanol Peroral terhadap Berat Testis Tikus Putih (Rattus norvegicus Strain Wistar)
Alcohol (ethanol) has long been used as liquor. In some areas in Indonesia, the use of ethanol is an insaperable part of family rites and traditional festivities. However, due to its serious consequences, alcoholism becomes a chronic social problem. Ethanol effects the metabolism in body organs and tissues, including male reproductive organ. The objective of this study was to prove that ethanol comsumption may reduce the weight of testis. This study used Posttest Only Group Design with experimental animals of 30 male rats (Wistar strain Rattus norvegicus) that were subjected in five types of treatment, i.e,(1) feeding with aquades 2ml/day as control group (2) feeding with 10% 1 gr/Kg/day of ethanol, (3) feeding with 10% 3gr/Kg/day of ethanol, (4) feeding with 30% 1 gr/Kg/day of ethanol and (5) feeding with 30% 3 gr/Kg/day of ethanol. Treatment was given daily for 45 days. At the end of the study, on the day 46th, the rats was sacrified for examination. Sample of testis were taken for weight examination. Data were analysed using Anova and when the difference was found, the analysis was followed with Least significant Difference at the level of significance of 95%. The result of this study showed that ethanol reduced the weight of testis compared to control. The results of Anova test revealed that higher dosage and concentrations of ethanol resulted in significantly different decrease of the testis’s weight (p<0,05) compared to other dosage and other concetration. In conclusion, ethanol has effect in the reduction of the weight of the testis.Key words: ethanol, male reproduction, Rattus norvegicus, weight of testis
Pengaruh Musim Terhadap Pertumbuhan PraSapih Kambing Boerka F1 di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong
Produktifitas Kambing Boerka dipengaruhi oleh dua faktor yang sangat penting yaitu genetik dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui pertumbuhan pra sapih kambing Boerka yang dipelihara di Loka Penelitian Kambing Potong, Sumatera Utara yang memiliki musim kemarau dan musim penghujan. Penelitian ini menggunakan kambing Boerka F1 lahir di tahun 2018 sampai dengan 2019 dengan rentan umur 0 bulan sampai dengan 6 bulan. Jumlah kambing yang digunakan berjumlah 156 ekor. Variabel yang diamati adalah bobot lahir, bobot sapih 3 bulan dan PBBH. Pengolahan data dilakukan dengan pengelompokan data berdasarkan waktu kelahiran, data yang dikelompokkan dianalisa dengan one way Anova. Kelahiran di Bulan Maret sampai dengan Juli dikelompokkan dalam musim kemarau, dan kelahiran di Bulan Agustus sampai dengan Desember merupakan musim penghujan. Hasil pengamatan menunjukkan musim tidak berpengaruh nyata terhadap bobot sapih dan bobot lahir (p>0,05). Laju pertumbuhan anakan kambing Boerka juga tidak dipengaruhi oleh musim (P>0,05), akan tetapi hasil rataan PBBH pada musim hujan lebih tinggi daripada saat musim kemarau, yaitu 69.89±22.54 g/ekor/hari
Sebaran Warna Kambing Boerka Hasil Persilangan Kambing Boer dengan Kacang
Penelitian bertujuan untuk mengetahui sebaran warna kambing Boerka yang merupakan hasil persilangan kambing Boer dengan Kacang telah dilakukan pada tahun 2016 di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih. Penelitian menggunakan materi ternak sejumlah 444 ekor kambing Boerka yang terdiri dari 153 ekor F1, 203 ekor F2 dan 88 ekor F3 yang ada pada UPT tersebut. Parameter yang diamati meliputi sebaran warna yang terlihat pada bagian kepala, leher, badan, kaki dan bagian ekor. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dihitung frekuensi fenotipe sifat kualitatifnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang muncul pada kambing Boerka adalah warna cokelat, hitam dan putih. Sebaran warna pada masing-masing bagian tubuh memiliki perbedaan dan ciri tersendiri yang didominasi campuran warna cokelat dan putih. Warna putih memiliki luas permukaan terbesar pada bagian tubuh kambing. Warna cokelat banyak terdapat pada bagian leher dan kepala, sedangkan warna putih terdapat pada bagian badan, kaki dan ekor. Secara umum, kambing Boerka memiliki warna kombinasi antara warna kambing kacang yang menyebar mengikuti pola penyebaran warna kambing Boer
Karakteristik Sifat Kualitatif Kambing Lokal di Kabupaten Bengkalis
Kambing lokal Indonesia merupakan salah satu sumber protein hewani. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat kualitatif pada kambing lokal di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Sifat kualitatif dapat mencirikan kambing ke dalam galur tertentu. Penelitian ini dilaksanakan di empat kecamatan (Bantan, Bengkalis, Siak Kecil dan Bukit Batu) di Kabupaten Bengkalis dengan jumlah sampel 110 ekor kambing. Data diperoleh dengan observasi pola warna, bentuk tanduk, bentuk telinga, garis muka dan garis punggung. Data ditabulasi dan diolah secara deskriptif. Hasil analisis deskriptif sifat-sifat kualitatif menunjukkan pola warna yang paling banyak ditemukan adalah campuran hitam-cokelat dengan warna cokelat yang paling dominan. Bentuk tanduk paling banyak ditemukan melengkung ke atas dan tipe telinga tegak. Garis muka dan garis punggung pada umumnya berbentuk lurus. Sifat kualitatif kambing lokal di Kabupaten Bengkalis menyerupai sifat kualitatif pada kambing Kacang dan kambing Peranakan Ettawah
Performans Produksi Kambing Boer di Dataran Rendah Beriklim Basah
Kambing Boer merupakan kambing tipe pedaging dengan konformasi tubuh yang baik, mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan dan relatif resisten terhadap penyakit. Disisi lain, upaya perbanyakan kambing Boer dipengaruhi ketersediaan populasi yang relatif sedikit dengan harga yang relatif mahal karena pada umumnya masih diimpor ke Indonesia. Penelitian ini dilakukan di kandang percobaan Loka Penelitian Kambing Potong dengan jumlah kambing yang relatif terbatas. Kambing diberi pakan konsentrat 200-300 g/ekor/hari, diberi rumput potongan dan siang hari digembalakan dari jam satu siang sampai 4.30 sore, kemudian kembali dikandangkan pada malam hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi performans produksi di daerah tropis dataran rendah. Keluaran yang diharapkan adalah data dan informasi performans produksi kambing Boer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan bobot lahir kambing Boer jantan (3,22±0,56 kg) lebih tinggi dari betina (2,99±0,67 kg), sedangkan rata-rata bobot lahir tipe tunggal tidak berbeda dengan kembar 2. Peningkatan bobot hidup dari lahir hingga umur 12 bulan kambing Boer yaitu sebesar 16,25 kg, dengan pertambahan bobot hidup harian prasapih dan pascasapih masing-masing sebesar 103,73±29,33 dan 71,68±22,41 g/hari. Rata-rata jumlah anak sekelahiran kambing Boer sebesar 1,3
Indeks Ukuran Tubuh, Lingkar Skrotum dan Panjang Tanduk Kambing Boerka dengan Pakan Imbangan Energi- Protein Berbeda
Performans ternak tidak hanya dapat ditentukan dengan bobot badan tetapi juga dengan melihat ukuran-ukuran tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kisaran nilai Indeks Ukuran Tubuh (IUT), lingkar skrotum dan panjang tanduk kambing Boerka yang diberi pakan dengan imbangan energi protein berbeda. Ternak yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah kambing boerka jantan umur 5 bulan sebanyak 36 ekor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan pakan imbangan energi-protein berbeda yaitu: P1 (63,10% TDN; 13,00%PK), P2 (62,69% TDN; 15,00% PK), P3 (65,00%TDN; 13,00% PK), P4 (65,00% TDN; 15,00% PK), P5 (70,00% TDN; 13,00%PK) dan P6 (70,00%TDN; 15,00% PK). Data dianalisis dengan analysis of Variance (ANOVA) satu arah dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan jika terdapat perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan memberikan pengaruh yang nyata (P0,05) terhadap lingkar dada, lingkar skrotum, panjang tanduk dan IUT. Ukuran nilai IUT terbaik diperoleh pada pemberian pakan dengan imbangan TDN 62,69% dan protein 15,00%. IUT berkorelasi dengan lingkar skrotum tetapi tidak mempunyai korelasi dengan panjang tanduk
MORPHOSTRUCTURAL TRAITS IN INDONESIAN FEMALE GOAT BREEDS OF BOER, BOERKA, KACANG AND ETTAWA CROSS
Morphostructural characterization can be used to identify unique characteristics in different animal breeds and an essential tool for the identification and classification of these breeds. The objective of this study was to characterize four Indonesian goat breeds based on their morphostructural traits. A total of 315 female goats (does) at 2.5 - 3.5 years of age were used currently and consisted of 28 Boer, 118 Boerka, 141 Kacang and 28 Ettawa cross. Total eleven body measurements and ten body conformations were measured to describe the morphostructure of goats. Two statistical methods of canonical discriminant analysis (CDA) and hierarchical cluster analysis (HCA) were used to differentiate goat breeds. Body measurement and body index were able to discriminate goat breeds with canonical correlation (Function 1) of 0.81 and 0.77, respectively. According to HCA of morphostructural traits, Boerka and Kacang does are classified into similar cluster. Body measurement is better for discriminating goat breeds rather than body conformation
O PORTAL DO CADERNO DE CIDADANIA COMO FERRAMENTA DE INCLUSÃO DIGITAL
Este artigo trata do desenvolvimento de um portal digital para divulgar as ações executadas pelo projeto de extensão da UNIVALI/Cejurps - Programa de Formação e Assessoria em Cidadania Infanto-juvenil - que possui o objetivo de ser uma ferramenta de inclusão digital para crianças e adolescentes. No portal existe um espaço para divulgar novidades, eventos, publicação de artigos, novas parcerias e um fórum para manter contato com os administradores e esclarecer dúvidas na interação com as crianças e os adolescentes. No trabalho de extensão foi utilizado para elaboração do portal e do jogo digital o método indutivo, já que cada etapa foi elaborada e trabalhada detalhadamente para obter-se o resultado final, qual seja, o sítio na internet, com a criação de um jogo digital. O método de procedimento foi o empírico, já que se obteve o auxílio de crianças e adolescentes para a elaboração de cada etapa, fortalecendo o papel da criança como ator social, na busca de um resultado mais efetivo e condizendo com a realidade das crianças