2 research outputs found

    FAKTOR RISIKO STUNTING DI DAERAH ENDEMIK GAKI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

    Get PDF
    Latar Belakang. Stunting merupakan salah satu masalah gizi  serius di beberapa negara di dunia, khususnya negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Faktor risiko stunting antara lain tinggi badan ibu, penyakit infeksi dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) serta faktor lain seperti konsumsi goitrogenik, kadar iodium garam, dan kadar iodium urin. Iodium merupakan mikronutrien penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Prevalensi stunting yang tinggi dan status iodium yang tidak diketahui menjadi perhatian penting untuk mengetahui faktor risiko stunting di daerah endemik GAKI. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko stunting di daerah endemik GAKI. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian case control. Sampel penelitian adalah siswa sekolah dasar berusia 10-12 tahun  sebanyak 106 orang. Analisis hasil penelitian secara bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil. Rata-rata tinggi badan menurut umur (TB/U) anak stunting dan tidak stunting adalah 138,8 cm. Sedangkan rata-rata tinggi badan ibu adalah 148,3 cm yang artinya lebih tinggi dari cut off 145 cm sebagai standar seorang ibu dikatakan pendek/stunting. Analisis bivariat tinggi badan ibu (OR:3,69, CI:1,32-10,32) dan riwayat penyakit infeksi (OR:11.02, CI:2.38-50,90) merupakan faktor risiko stunting (p<0,05). BBLR bukan merupakan faktor risiko stunting. Hasil analisis multivariate menunjukkan tinggi badan ibu dan riwayat penyakit infeksi merupakan faktor risiko yang dapat memprediksi kejadian stunting sebesar 15 persen, sedangkan 85 persen disebabkan oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini. Kesimpulan. Peluang ditemukan anak stunting dari ibu yang pendek (<145 cm) dan riwayat penyakit infeksi (ISPA dan diare) saat balita lebih tinggi dibandingkan dari ibu yang memiliki tinggi badan normal (>145 cm) dan tanpa paparan penyakit ISPA dan diare saat balita di daerah endemik GAKI

    Evaluasi Program Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) sebagai Upaya Preventif dan Kuratif Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Kraton Kota Yogyakarta

    No full text
    Pendahuluan: Anemia ibu hamil menyebabkan dampak fatal bagi ibu dan janin. Program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) ibu hamil telah terlaksana sejak lama sebagai upaya preventif dan kuratif masalah tersebut. Evaluasi program pemberian TTD di Puskesmas Kraton, kota Yogyakarta diperlukan untuk mengetahui efektivitasnya dalam menangani anemia ibu hamil.Metode: Data diperoleh dari data sekunder dan in-depth interview kepada kepala puskesmas, staf KIA, staf gizi, tenaga farmasi, kader pendamping ibu hamil, dan ibu hamil, serta wawancara dengan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil.Hasil: Cakupan distribusi TTD di Puskesmas Kraton tahun 2016 sebesar 82% didukung dengan kuantitas dan kualitas TTD yang sesuai kebutuhan. Namun, terpusatnya distribusi oleh puskesmas menyebabkan cakupan distribusi belum mencapai target nasional. Tingkat kepatuhan konsumsi TTD baik, dengan adanya edukasi terkait TTD dari bidan, tingkat pengetahuan yang baik, motivasi diri, dukungan keluarga, dan tidak adanya efek samping dalam konsumsi TTD. Tingginya prevalensi anemia ibu hamil tahun 2016 yaitu 33% disebabkan oleh kurangnya ketercapaian distribusi TTD, konsumsi merk TTD yang beragam di pasaran dengan kandungan besi-folat yang tidak memenuhi standar, pemberian TTD tidak dimulai sejak awal kehamilan, dan pola konsumsi ibu hamil yang kurang tepat.Kesimpulan: Program pemberian TTD ibu hamil di Puskesmas Kraton didukung dengan berbagai input pelayanan yang baik. Namun peningkatan efektivitas program perlu memperhatikan optimalisasi distribusi TTD kepada ibu hamil sejak awal kehamilan, optimalisasi peran kader dalam pemantauan dan pencatatan distribusi serta konsumsi, dan penarikan TTD yang tidak sesuai standar oleh pemerintah.
    corecore