22 research outputs found

    Debridement with high speed burr reduce more colonies of Staphylococcus aureus in chronic osteomyelitis of rabbit’s tibia compare to debridement with curettage

    Get PDF
    Background: Chronic osteomyelitis has been a difficult problem for the patient and for the treating physician. Chronic osteomyelitis is defined by most authors as osteomyelitis with symptoms that have been present for more than 1 month. Chronic osteomyelitis also defined by an infected dead bone within compromise soft tissue. An aggressive debridement and specific antibiotic treatment is first choice for chronic osteomyelitis. The purpose of this study was to assess the reduction in the number of colonies of Staphylococcus aureus after debridement with a high speed burr compared to debridement with curettage.Methods: This study is an experimental study was designed using a randomized post-test only group design. A total of 42 rabbits inoculated his right tibia with 0.1 ml Staphylococcus aureus 107 CFU / ml, and then inserted with K-wire intramedullary. Two weeks after inoculation, chronic osteomyelitis occurs, grade 3 and 4 radiologically. Then 10 rabbits were sacrificed without debridement, colonies of germs counted as control, 16 rabbits was performed debridement with curettage and 16 rabbits was performed debridement with high speed burr. Three weeks after debridement, 32 rabbits was sacrificed and counted for final germs colonies.Results: The results obtained from debridement with high speed burr and debridement with curettage, number of colonies of Staphylococcus aureus is less than the number of control’s colonies, with a value of p = 0.006 (p <0.05), debridement with a high speed burr also decrease the number of colonies of Staphylococcus aureus compared to debridement with curettage, with p = 0.023 (p<0.05), odds ratio of 9.000 (CI=95%). This is shows that this difference is statistically significant.Conclusions: The data showed that debridement with a high speed burr more likely to decrease the number of colonies of germs that can be recommended as a method of debridement for chronic osteomyelitis

    PENGARUH PEMBERIAN SERBUK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) TERHADAP PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAIBONAT KABUPATEN KUPANG

    Get PDF
    Masalah&nbsp; kekurangan&nbsp; gizi masih menjadi perhatian utama dalam bidang kesehatan pada balita khususnya di semua negara - negara miskin dan berkembang seperti Asia Selatan dan Afrika. Berdasarkan data Riskesdas 2018 prevalensi balita yang mengalami gizi kurang – buruk di Indonesia adalah rata-rata sebesar 17,7%, dengan provinsi NTT berada pada urutan pertama sebesar 29,5% dan menurut Profil Kesehatan Provinsi NTT 2017, Kabupaten Kupang merupakan kabupaten dengan prevalensi kasus gizi buruk tertinggi di NTT yaitu sebanyak 409 kasus. Serbuk daun kelor berasal dari tanaman kelor yang dikeringkan menjadi serbuk dan dikenal sebagai tanaman tropis yang paling berkhasiat karena kandungan dan manfaat dari seluruh bagian tanamannya bagi kesehatan terutama untuk memerangi mal nutrisi dikalangan balita. Tujuan penelitian ini &nbsp;untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian serbuk daun kelor terhadap peningkatan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang. Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre-test and post-test with control group design yang dilakukan pada balita berusia 2-5 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel 50 anak, yang terdiri dari 25 anak pada kelompok perlakuan dan 25 anak pada kontrol yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dianalisis menggunakan uji Chi-squaredan Man-Whitney. Hasil penelitian dari 25 responden pada kelompok perlakuan, didapatkan hasil 16 responden (64%) mengalami peningkatan status gizi dan 9 responden (36%) tidak mengalami peningkatan status gizi. Kesimpulan penelitian ini menunujukkan bahwa &nbsp;pemberian serbuk daun kelor (Moringa oleifera) dapat meningkatkan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang secara signifikan dengan nilai p=0,000 (p&lt;0,05)

    HUBUNGAN KECANDUAN PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP KUALITAS TIDUR MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA TAHUN 2019

    Get PDF
    Jumlah pengguna smartphone di seluruh dunia diperkirakan akan terus tumbuh didominasi oleh usia 16-25 tahun yang secara luas banyak digunakan oleh mahasiswa tingkat perguruan tinggi. Mahasiswa dianggap rentan terhadap perkembangan teknologi karena dinamika perkembangan mereka dan kebebasan keluarga dari peran sosial dan harapan serta fitur yang ditawarkan sangat menarik, aplikasi yang lengkap serta mencerminkan gaya hidup yang metropolis.Ketergantungan menggunakan smartphone dapat menyebabkan memburuknya kualitas tidur seseorang salah satunya mahasiswa.Mahasiswa Fakultas Kedokteran adalah kelompok mahasiswa yang paling beresiko mengalami gangguan tidur. Hal ini mungkin disebabkan durasi dan intensitas pendidikan yang tinggi, banyaknya tugas, ujian serta tanggung jawab yang berat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kecanduan penggunaan smartphoneterhadap kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana tahun 2019. Metode penelitian ini merupakan penelitian analitikal observasional dengan rancangan cross sectional yang dilakukan pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana dengan cara pengisian kuesionerpengisian kuisoner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)dan kuisioner Smartphone Addiction Scale Short Version. (SAS-SV). Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random samplingdengan jumlah responden 75 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil dari 75 responden, didapatkan hasil 45responden (60%) mengalami kecanduan penggunaan smartphonedan 30 responden (40%) tidak mengalami kecanduan smartphone. Dari 75 responden juga didapatkan60 responden(80%) memiliki kualitas tidur buruk dan 15 responden (20%) memiliki kualitas tidur baik. Hasil uji analisis bivariat pada penelitiaan ini diperoleh hasil p=0,018 (p&lt;0,05). Kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan penggunaan smartphone terhadap kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana tahun 201

    UJI PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) DAN SALEP GENTAMISIN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI KULIT MENCIT (MUS MUSCULUS)

    Get PDF
    Luka sayat atau insisi merupakan salah satu trauma akibat benda tajam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari - hari. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat luka sayat atau insisi adalah daun kelor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dan salep gentamisin terhadap penyembuhan luka insisi kulit mencit (Mus musculus). Metodologi penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain “true experimental design post-test only control group design”. Hewan uji akan diberi perlakuan berupa luka insisi dengan panjang luka 2 cm dan kedalaman hingga mencapai dermis. Hewan uji dibagi dalam 3 kelompok yakni kelompok kontrol, kelompok perlakuan 1 yang diberikan ekstrak daun kelor dan kelompok perlakuan 2 yang diberikan salep gentamisin. Setiap kelompok terdir iatas 5 ekor mencit sehingga total sampel yang digunakan adalah 15 ekor. Proses penyembuhan luka sayat diamati selama 14 hari secara makroskopis kriteria Nagaoka. Data diuji secara statistic menggunakan uji non parametric yaitu Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis untuk penilaian penyembuhan luka secara makroskopik diperoleh p=0,007(p&lt;0,05), sedangkan dari uji komparasi Post-Hoc Mann-Whitney perbandingan antara ekstrak daun kelor dan salep gentamisin diperoleh p=0,050. Kesimpulan penyembuhan luka secara makroskopis antara ketiga kelompok terdapat perbedaan yang signifikan, sedangkan hasil uji komparasi antara kelompok perlakuan 1 (ekstrak daun kelor) dan perlakuan 2 (salep gentamisin) tidak memiliki perbedaan yang signifika

    HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

    Get PDF
    Obesitas merupakan suatu keadaan patologis, terjadi akumulasi lemak dalam tubuh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Obesitas telah menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan lokasi distribusi lemak, obesitas diklasifikasikan menjadi obesitas sentral dan obesitas general dimana obesitas sentral memiliki risiko mortalitas dan morbiditas lebih tinggi dibandingkan obesitas general. Pada individu dengan obesitas, terjadi penurunan kontrol terhadap kadar glukosa darah yang berisiko menimbulkan peningkatan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara obesitas sentral dengan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 67 orang yang dipilih dengan metode stratified random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) dan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa. Analisis data menggunakan uji Fisher. &nbsp;Hasil analisis bivariat menggunakan uji Fisher, didapatkan nilai p = 0,000. Berdasarkan hasil tersebut, H0 ditolak dan H1 diterima karena p &lt; 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara obesitas sentral dengan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Dengan demikian, disarankan untuk mengubah pola hidup ke arah yang sehat agar dapat terhindar dari obesitas sentra

    HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PENJAHIT SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN SOLOR KOTA KUPANG

    Get PDF
    Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang paling cepat menimbulkan gejala pada pekerja. Penelitian pada pekerjaan dengan risiko tinggi di pergelangan tangan dan tangan menunjukkan prevalensi CTS sebesar 5,6%-14,8%. Salah satu pekerjaan yang banyak melakukan aktivitas statis dengan gerakan berulang yang lama adalah penjahit. Masa kerja merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan CTS pada penjahit. Gerakan berulang yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko terjadinya CTS. Penjahit sektor informal merupakan pekerja yang seringkali luput dari perhatian pemerintah, sehingga sangat rentan mengalami CTS. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan mereka akan cara kerja yang baik dan benar sehingga mereka cenderung bekerja dengan posisi yang salah secara berulang-ulang.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan masa kerja dengan kejadian CTS pada penjahit sektor informal di Kelurahan Solor Kota Kupang. Metodologi penelitian ini metode analisis observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 41 orang dengan cara total sampling. Hasil pada penelitian ini diperoleh hasil p=0,025(p &lt;0,05) untuk penilaian menggunakan uji Fisher's Exact Test. Kesimpulan pada penelitian ini teradapat hubungan signifikan antara masa kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada penjahit sektor informal di Kelurahan Solor Kota Kupan

    HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI IBU TERHADAP PERILAKU PEMANFAATAN KELOR SEBAGAI MENU MAKANAN KELUARGA DI KOTA KUPANG

    Get PDF
    Status gizi masyarakat kota Kupang terutama balita dari tahun 2014-2017 menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi kasus gizi kurang dan gizi buruk (3). Penyebab langsung malnutrisi adalah asupan gizi dan infeksi penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan. Tanaman kelor juga merupakan tanaman lokal NTT yang banyak dijumpai baik di kota maupun sampai di pelosok desa, sehingga setiap orang mudah mendapatkannya. Meski demikian, masih banyak balita yang mengalami kurang gizi bahkan gizi buruk di seluruh wilayah kota dan kabupaten NTT. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuandan persepsi ibu tentang kelor dengan perilaku pemanfaatan kelor sebagai menu makanan keluarga di Kota Kupang, dan apakah ada faktor lain yang mempengaruhi perilaku tersebut. Penelitian ini akan menguji 2 hipotesis yaitu : Karakteristik demografi dan pengetahuan ibu tentang manfaat kelor berhubungan dengan persepsi ibu terhadap malnutrisi dan pemanfaatan kelor dan Persepsi ibu terhadap malnutrisi dan pemanfaatan kelor serta isyarat untuk bertindak berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemanfaatan kelor sebagai menu makanan keluarga. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi ibu terhadap malnutrisi dan pemanfaatan kelor. Variabel tergantung adalah perilaku pemanfaatan kelor sebagai menu makanan keluarga. Anteseden adalah karakteristik demografi dan pengetahuan ibu tentang manfaat kelor. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan potong lintang. Semua variabel penelitian diukur satu kali dalam satu waktu yang sama. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah Karakteristik demografi dan tingkat pengetahuan ibu secara simultan berpengaruh terhadap persepsi ibu tentang ancaman masalah kesehatan, ditunjukkan dengan nilai p=0.005 pada analisis regresi linear. Komponen yang memiliki pengaruh signifikan terhadap terbentuknya persepsi ibu tentang ancaman kesehatan adalah jenjang pendidikan formal ibu (p=0,005), dan tingkat pengetahuan ibu (p=0.006). Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu semakin tinggi ia mempersepsikan kemungkinan keluarganya terancam malnutrisi dan semakin tinggi tingkat keseriusan dampak malnutrisi yang mungkin dialami. Sebaliknyaibu yang mempersepsikan bahwa keluarganya kecil kemungkinan terkena malnutrisi dan dampak malnutrisi bagi keluarganya tidak terlalu serius, adalah kelompok ibu dengan jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi. Karakteristik demografi dan tingkat pengetahuan ibu secara simultan berpengaruh terhadap persepsi ibu tentang manfaat kelor, dengan nilai p=0.000 pada uji regresi linier. Tingkat pengetahuan ibu adalah satu-satunya variabel yang secara individual memberikan pengaruh terhadap tingkat persepsi ibu tentang manfaat kelor, dengan nilai p= 0.000 dan kontribusi pengaruh sebesar 43,6%. Persepsi ancaman masalah kesehatan, persepsi manfaat kelor, dan dorongan bertindak secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perilaku ibu dalam pemanfaatan kelor, dengan nilai p=0.002 pada hasil analisis regresi linier. Tingkat persepsi ibu tentang manfaat kelor dan frekuensi dorongan bertindak yang diterima ibu mempunyai kontribusi pengaruh yang signifikan masing-masing sebesar 25,6% dan 20,2% terhadap frekuensi perilaku ibu dalam pemanfaatan kelor sebagai menu keluarg

    HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DERAJAT OSTEOARTRITIS GENU PADA LANSIA DI RSUD PROF. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG

    Get PDF
    Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif pada sendi yang disebabkan karena kerusakan kartilago (tulang rawan) dan memicu keterbatasan ruang gerak sendi. Osteoartritis paling banyak menyerang sendi penopang berat badan. Osteoartritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah obesitas. &nbsp;Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan derajat osteoartritis genu pada lansia di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Metode penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien OA Genu di Poli Bedah, Poli Penyakit Dalam, dan Poli Rehabilitasi Medik RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada bulan Juli - Desember 2018. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel 25 orang. Pemeriksaan obesitas dilakukan dengan mencari nilai IMT pasien. Pemeriksaan derajat OA Genu dilihat dari hasil foto X-ray pasien mengacu pada penilaian berdasarkan Kellgren-Lawrence. Analisis data menggunakan uji Spearman. Hasil &nbsp;dari 25 sampel yang diteliti, didapatkan 17 pasien dengan IMT Pre-Obesitas, empat pasien dengan IMT Obesitas I, dan empat pasien dengan IMT Normal. Pada pemeriksaan derajat OA, didapatkan 11 pasien dengan OA derajat 2, 11 pasien dengan OA derajat 3, dan tiga pasien dengan OA derajat 4. Berdasarkan uji Spearman didapatkan R=0,067 dannilaip= 0,000* (&lt;0,05). Kesimpulan dari penelitian ini &nbsp;terdapat hubungan antara obesitas dengan derajat osteoartritis genu pada lansia di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

    PENGARUH PAPARAN ASAP BAKARAN SAMPAH PLASTIK TERHADAP GAMBARAN SEL-SEL INFLAMASI DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU MENCIT

    Get PDF
    Plastik merupakan bahan yang sering digunakan sebagai alat rumah tangga. Produksi dan penggunaan plastik (bahan polimer) pada tahun 2016 di seluruh dunia mencapai 245 juta ton dan terus meningkat setiap tahunnya. Sampah plastik merupakan masalah lingkungan berskala global. Proses pembakaran sampah plastik memiliki efek terhadap sistem pernapasan. Pengelolaan sampah dengan cara dibakar dapat menghasilkan berbagai zat yang memiliki efek pada sistem pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan asap bakaran sampah plastik terhadap gambaran sel-sel inflamasi dan gambaran histopatologi paru mencit. Metodologi penelitian merupakan jenis eksperimental laboratorium dengan true experimental design dan post-test controlled group design. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 12 ekor mencit ditambah 2 ekor mencit sebagai cadangan. Sampel penelitian dibagi kedalam 2 kelompok yaitu 1 kelompok kontrol dan 1 kelompok perlakuan yang dipapari asap bakaran sampah plastik jenis polypropylene sebesar 120 ml/30 menit selama 14 hari. Perubahan histopatologi paru diamati secara mikroskopis setelah 14 hari masa intervensi dan dinilai menggunakan skor kerusakan paru oleh Marianti. Semua data pada penelitian ini diuji secara statistik menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dan dianalisis menggunakan Uji Independen T-Test apabila data penelitian bersifat parametrik atau Uji Mann-Whitney apabila data penelitian bersifat non-parametrik. Dari penelitian ini diperoleh hasil p=0,003 (p&lt;0,05). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan paparan asap bakaran sampah plastik terhadap gambaran sel-sel inflamasi dan gambaran histopatologi paru menci

    Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Durasi Siklus Mentruasi Pada Mahasiswi Pre-Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Tahun 2020

    Get PDF
    Sekitar 75%&nbsp; wanita pada tahap remaja akhir mengalami gangguan yang terkait dengan menstruasi1. Menurut WHO, batasan usia remaja terjadi pada umur 12-24 tahun.2 Perempuan biasanya mempunyai durasi siklus haid antara 21-35 hari. Disebut polimenorea jika siklus haid kurang dari 21 hari dan oligomenorea jika siklus haid lebih dari 35 hari.&nbsp; Pada perempuan yang mengalami durasi siklus menstruasi lebih dari 90 hari maka dikatakan mengalami amenorrhea3. Salah satu faktor yang mempengaruhi siklus mesntruasi adalah aktivitas fisik.4 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan durasi siklus menstruasi pada mahasiswi pre-klinik fakultas kedokteran Universitas Nusa Cendana tahun 2020. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan jenis korelasional. Penelitian ini bersifat analitik observaional dengan pendekatan case control pada mahasiswi pre-klinik fakultas kedokteran universitas nusa cendana&nbsp; dengan cara pengisian kuesioner International Physical Activity Qiestionnaire (IPAQ) dan kuesioner pola menstruasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden 90 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil kelompok kontrol yang memiliki durasi siklus menstruasi normal terdapat 6 responden yang memiliki aktivitas fisik berat, 13 responden memiliki aktivitas fisik ringan, 26 respoden memiliki aktivitas fisik sedang. Untuk kelompok kasus dengan durasi siklus menstruasi yang abnormal, terdapat 16 responden dengan aktivitas fisik berat, 9 responden memiliki aktivitas fisik ringan dan 20 responden memiliki aktivitas fisik sedang. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji&nbsp; Chi Square Test diperoleh hasil nilai tingkat signifikansi p = 0,048 atau p &lt; 0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan durasi siklus menstruasi pada mahasiswi pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana (p = 0,048 atau p &lt; 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan durasi siklus menstruasi pada mahasiswi pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana tahun 2020
    corecore