5 research outputs found
The Influence of Matrix Banana Stem Fiber Volume Fraction Recycled Polypropylene (RPP) toward Bending Test
ABSTRAKSerat alam telah terbukti sebagai material yang kuat, mampu untuk menggantikan serat sintetik sebagai penguat. Serat batang pisang kepok yang memiliki kekuatan tarik 68,44 MPa dengan bundalan rata-rata 0,698 mm salah satu serat yang memiliki potensi sebagai penguat untuk polymer material komposit. Pada material komposit bermatriks recycled polypropylene (RPP) berpenguat serat batang pisang kepok dapat menahan beban yang diterima material komposit. Sedangkan recycled polypropylene (RPP) sebagai pengikat serat batang pisang, bekerja menahan beban dan melindungi serat dari kerusakan.  Hasil pengujian yang paling optimal terdapat pada volume fraksi 35% fiber : 65% matriks dengan tegangan bending 122,09 N/mm2, modulus elastisitas 2975 MPa, momen bending 126,59 N/mm2 dan tegangan lentur 64,34 MPa. Pada pengamatan SEM fraksi volume 35% filler : 65% matriks paling optimal karena adanya ikatan matriks dan serat menyatu dengan sempurna. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh fraksi volume serat batang pisang kepok sebagai penguat (fiber) dan recycled polypropylene (RPP) sebagai pengikat (matriks) pada material komposit akan mempengaruhi kekuatan material komposit lebih kuat dan getas. Apabila ditinjau dari keseluruhan pengujian yang dilakukan maka fraksi volume yang paling optimal terdapat pada fraksi volume 35% filler : 65% matriks
Optimization of Stir Casting of Aluminum Matrix Composites (AMCs) with Filler of Recycled Glass Powder (RGP) for The Mechanical Properties
A study of making Aluminum Matrix Composites (AMCs) uses recycled glass powder (RGP) as a filler has been carried out through the stir casting process. The experimental design uses the Taguchi method of 3^3 orthogonal array L9 with the parameters of powder size (20>x> 80, 80>y> 200, 200>z> 325), percentage of filler vs matrix (2%, 7%, 12%), and stirring time (30 Seconds, 3 Minutes, 12 Minutes). The optimum conditions for the hardness of Al-GRp composites were obtained from specimens with Mesh powder size parameters 200> z> 325, the percentage of glass vs aluminum powder was 12% wt, stirring time was 12 minutes. The experimental factor that has the greatest contribution to the hardness value of Al-GRP composites is the size of glass powder of 73.77%, followed by the percentage of glass powder to aluminum by 19.98%, and the stirring time of 1.21%. The optimum experimental parameters for tensile strength can be obtained from specimens with particle size parameters of 20> x> 80, the percentage of glass powder to the weight of aluminum 12%, and the stirring time of 30 seconds. The biggest contribution to the tensile strength value of the Al-GRP composite was the stirring time of 72.71%, followed by the percentage of glass powder to aluminum by 13.67%, and the size of the powder was 9.97%
Variasi Waktu dan Temperatur Pelapisan Hot Dip Galvanizing Terhadap Laju Korosi Serta Uji Impact Material Baja Karbon Rendah (0.02%C)
Korosi merupakan proses reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan tetapi hanya dapat dikendalikan dengan menggunakan metode  Hot Dip Galvanizing. Adapun tujuan penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh variasi waktu dan temperatur pencelupan terhadap ketebalan lapisan, laju korosi dan mengetahui kekuatan impact. Material yang digunakan baja karbon rendah (0.02% C) serta material zinc (Zn) sebagai bahan pelapis. Proses pencelupan dilakukan dengan variasi waktu 3, 6, 9, 12 menit dan temperatur 4200C, 4400C, 4600C, 4800C dikorosifkan menggunakan larutan HCl dengan konsentrasi 10% dan 15%.Semakin lama waktu pelapisan pertambahan berat semakin meningkat, pertambahan berat tertinggi pada waktu 12 menit 11,765 gram. Berbanding terbalik dengan temperatur pencelupan, semakin tinggi temperatur yang digunakan maka pertambahan berat semakin menurun sebesar 8,88 gram pada temperatur 4800C. Pertumbuhan laju korosi pada larutan HCl 10% tertinggi terdapat pada waktu 3 sebesar 0.916 mm/year, sedangkan laju korosi terbesar pada temperatur 4800C dengan nilai 1.464 mm/year, sementara larutan HCl 15% laju korosi terbesar pada waktu 12 sebesar 1.372 mm/year, dengan temperatur  4200 C sebesar 240.883 kJ/m2. Semakin lama waktu pelapisan menggunakan proses hot dip galvanizing maka kekuatan impact semakin meningkat bahkan dengan waktu 12 menit kekuatan impactnya melebihi kekuatan row materialnya yaitu 175,112 kJ/m2. Berbanding terbalik dengan waktu pelapisan dimana semakin tinggi temperatur yang digunakan kekuatan impactnya semakin menurun, kekuatan tertinggi berada pada temperatur 4200C sebesar 240,883 kJ/m2 yang melebihi kekuatan row materialnya sebesar 169,014 kJ/m2.  Secara keseluruhan waktu terbaik yaitu 12 menit dan temperatur 4200C
Optimasi Parameter Proses Pelapisan pada Baja ASTM – A36 dengan Partikulat Basalt Menggunakan Metode Taguchi
BBasalt merupakan batuan dengan potensi sebagai material maju yang belum termanfaatkan secara maksimal di Indonesia. Basalt memiliki sifat fisis dan mekanik seperti ketahanan terhadap korosi sehingga sangat cocok dijadikan sebagai material pelapis pada logam. Pada penelitian ini melakukan eksperimen pelapisan baja ASTM - A36 menggunakan serbuk basalt dengan metode hot dipping. Desain eksperimen menggunakan methode taguchi 3^3 dengan jumlah sampel 9. Variasi eksperimen yang digunakan yaitu ukuran partikel basalt, temperatur proses pelapisan, dan lama pencelupan. Pengujian laju korosi menggunakan larutan HCl (2M) dan NaCl (2M). Optimasi parameter proses pelapisan dengan laju korosi terkecil diperoleh dengan ukuran serbuk 400 mesh, temperatur pencelupan 100 o C, waktu celup 10 menit untuk pengujian dengan larutan HCl, dan ukuran partikel 400 mesh, temperatur pencelupan 150 o C, waktu pencelupan 10 menit untuk pengujian dengan larutan NaCL. Ukuran partikel basalt telah menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan dengan nilai kontribusi sebesar 73,16% pada pengujian dengan larutan HCl dan 89,47% pada pengujian dengan larutan NaCl. Semakin kecil ukuran partikel basalt akan berakibat pada ikatan antar partikel menjadi semakin baik dan lapisan yang dihasilkan semakin padat sehingga menghasilkan nilai tahan korosi yang semakin baik pula. Penelitian ini menunjukkan bahwa serbuk basalt dapat dimanfaatkan sebagai bahan pelapis
Pengaruh penggunaan basalt lebur hasil perlakuan normalizing sebagai bahan dasar papan partikel
Basalt merupakan batuan beku vulkanik yang memiliki keunggulan seperti ketahanan aus, kekerasan tinggi, dan tahan terhadap reaksi kimia sehingga banyak digunakan sebagai bahan pengisi pada komposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas basalt lebur terhadap sifat mekanik komposit resin polyester. Filler komposit dibuat dari basalt lebur perlakuan normalizing dengan ukuran lolos mesh 60, 100, 150, dan 200. Fraksi berat resin polyester adalah 30%, 40%, dan 50%. Proses pencetakan komposit dengan alat press hidrolik pada beban kompaksi 2 ton dengan waktu penahanan 15 menit. Pengujian mekanik meliputi uji tekan sesuai standar ASTM D695-15, uji keteguhan lentur (MOE), dan uji keteguhan patah (MOR). Selain itu juga diuji daya serap air (DSA) sesuai dengan standar JIS A 5908-2003. Hasil pengujian menunjukkan kuat tekan terbesar 10,314 N/mm2, MOE sebesar 741.976 kg/cm2, dan MOR sebesar 59,769 kg/cm2 dengan nilai DSA sebesar 0,13% diperoleh dari spesimen ukuran filler lolos mesh 200 dengan 50% berat resin polyester. Penelitian ini menunjukkan potensi batuan basalt sebagai filler komposit dan dapat dikembangkan menjadi material maju untuk memperoleh sifat mekanik yang unggul