15 research outputs found

    UPAYA PELESTARIAN TAMAN WISATA ALAM 17 PULAU RIUNG MELALUI PENINGKATAN KUALITAS MASYARAKAT STUDI KASUS DESA NANGAMESE, KECAMATAN RIUNG, KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Get PDF
    Taman Wisata Alam 17 Pulau merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada di Pulau Flores. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana upaya pelestarian Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung melalui peningkatan kualitasmasyarakat (studi kasus Desa Nangamese, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.Penelitian ini dilakukan di Desa Nangamese, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur menggunakanmetode kualitatif yang dilaksanakan pada Juli 2019 – Agustus 2019. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, observasi, kuesioner terhadap 81 responden yang ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling dan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang terpilih dalam upaya pelestarian Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung melalui peningkatan kualitas masyarakat adalah strategi SO yang memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya : 1) Melakukan pemberdayaan, penyuluhan agar  enumbuhkan dan meningkatkan kualitas masyarakat tentangnya pelestarian alam. 2) Menciptakan kerja sama antar masyarakat lokal, pelaku wisata, pengelola Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung dan pemerintah secara optimal. 3)Memanfaatkan potensi alam yang ada di Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung untuk menarik para wisatawan berkunjung atau berekreasi di kawasan Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung. 4) Membuat kebijakan dan peraturan yang khusus konservasi dan perlindungan (fauna, flora, dan ekosistemnya) dalam pengembangan objek wisata

    PEMANFAATAN SISTEM AGROFORESTRY TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELOMPOK TANI HUTAN NEKAMESE, DESA EKATETA, KECAMATAN FATULEU, KABUPATEN KUPANG, PROVINSI NUSA TERNGGARA TIMUR

    Get PDF
    ‘Nekamese’ forest farmer group is one of the forest farmer groups located in Diklat Sesimeni Sanam forest area, Kupang Regency. This study aims to determine the benefits of applying the agroforestry system to the income of farmers in ‘Nekamese’ forest farmer group in Ekateta Village, Fatuleu District, Kupang Regency, East Nusa Tenggara Province. This data collection technique consists of interview and observation. Based on the research results, ‘Nekamese’ forest farmer group applies an Agroforestry system with an Agrosilvopastura pattern where the Agroforestry land managed is planted with agricultural plants such asZea mays L., Capsicum annum L., Musa sp,Brasissca chinensis Var,Cocos mucifera and Allium cepa L.;also forestry plants such as Gmelina arborea Roxb,Swietenia mahagoni, Cassia siamea, Paraseriantis falcataria, Santalum album L.,Vachellia leucophala and there are also livestock raising such as cows, goats and pigs. The contribution of Agroforestry and non-agroforestry to the farmers’ income in‘Nekamese’ forest farmer group are for Agroforestry income is IDR 135.185.000 with the percentage is 81.35% per year and non-agroforestry is IDR 31,000,000with thepercentage is 18.65% per year. This shows that the Agroforestry system has a very important role for the needs and income of farmers in ‘Nekamese’ forest farmer groups

    PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP KEBERADAAN HUTAN DIKLAT SISIMENI SANAM DI DESA SILLU KECAMATAN FATULEU KABUPATEN KUPANG

    Get PDF
    Hutan Diklat Sisimeni Sanam merupakan suatu areal hutan yang diperuntukan sebagai sarana dan prasarana praktek dalam rangka mendukung kegiatan diklat kehutanan serta sebagai laboratorium alam untuk mengembangkan ilmu pengetahun dan teknologi (Iptek) di bidang kehutanan. Kawasan Hutan Diklat Sisimeni sanam (RTK.185) Pulau Timor secara keseluruhan telah disahkan sebagai kawasan hutan tetap pada tanggal 25 September 1982 oleh MenteriPertanian u.b. Direktur Jendral Kehutanan dengan fungsi sebagai hutan produksi terbatas, sehingga kawasan hutan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum. Dalam Permenhut No. 44 tahun 2012, tentang pengukuhan kawasan hutan dilakukan melalui tahapan penunjukan kawasan hutan, penataan batas kawasan hutan serta penetapan kawasan hutan. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Diklat Sisimeni sanam telah ditetapkan melalui Keputusan MenteriKehutanan No. SK. 367/Menhut-II/2009 dengan luas ± 2.973,20 ha dan panjang 37,94 km. Sebelum ditunjuk sebagai kawasan hutan pendidikan dan pelatihan berstatus sebagai Register Tanah Kehutanan (RTK) 185 kelompok hutan Sisimeni Sanam, dikelola sebagai Hutan Produksi oleh RPH Camplong, BKPH Camplong, CDK Kupang. Kurangnya sosialisasi dan komunikasi dari pihak pengelola dengan masyarakat Desa Sillu, mengakibatkan kurangnya pemahaman danwawasan masyarakat tentang Keberadaan Hutan Diklat Sisimeni Sanam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap, persepsi, perilaku mayarakat lokal terhadap keberadaan Hutan Diklat Sisimeni Sanam dan untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Hutan Diklat Sisimeni Sanam. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penduduk sekitar kawasan Hutan Diklat Sisimeni Sanam yang berjumlah 91 jiwa, dengan penentuannya menggunakan purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sikap dan partisipasi masyarakat terhadap Hutan Diklat Sisimeni Sanam di Desa Sillu, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur tergolong pada kategori baik (60.93% dan 79,08%), sedangkan tingkat persepsi dan perilaku mayarakat lokal terhadap keberadaan Hutan Diklat Sisimeni Sanam tergolong pada kategori netral (50,92% dan 52,59%)

    PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HUTAN TAMAN WISATA ALAM CAMPLONG DI KELURAHAN CAMPLONG I, KECAMATAN FATULEU, KABUPATAN KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Get PDF
    Kawasan Taman Wisata Alam Camplong berdasarkan surat menurut Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.423/Kpt-II/1999 Tentang Penetapan Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Camplong, sejak tanggal 15 Juni 1999 dengan luas 696,60 Ha. Kemudian pada Tahun 2014 terbit dasar hukum terbaru yaitu Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.3911/MENHUT-VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan Hutan Konservasi Perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas luasan yang sama 696,60 Ha. Taman Wisata Alam Camplong merupakan salah satu Taman Wisata Alam yang ada di Indonesia, status  kawasan Taman Wisata Alam Camplong adalah Hutan Produksi. Taman Wisata Alam Camplong memiliki vegetasi yang merupakan perwakilan 2 tipe ekosistem,yaitu ekosistem hutan musim dan ekositem savana. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respon masyarakat tentang adanya Taman Wisata Alam di Kelurahan Camplong I dan untuk mengetahui pengaruh adanya Taman Wisata Alam terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Camplong I. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penduduk sekitar kawasan Tamana Wisata Alam Camplong yang berjumlah 66 jiwa, dengan penentuan menggunakan purposive random sampling. Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa respon dari masyarakat Kelurahan Camplong I terhadap Taman Wisata Alam berupa sikap masyarakat terhadap kawasan Hutan Taman Wisata Alam Camplong dikategorikan sangat baik, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan Hutan Taman Wisata Alam Camplong dikategorikan baik, dan perilaku masyarakat terhadap kawasan Hutan Taman Wisata Alam Camplong dikategorikan tidak baik, sedangkan untuk persepsi masyarakat terhadap kondisi sosial ekonomi mayarakat sekitar kawasan Hutan Taman Wisata Alam Camplong dikategorikan bai

    Studi Keanekaragaman Jenis Burung di Taman Wisata Alam Baumata, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

    Get PDF
    Indonesia is one of the countries with a high level of diversity, including in the bird category, there are 1,771 species found in Indonesia, of which there are 533 protected species. Baumata Nature Park is one of the nature conservation areas included in the Kupang Regency,Taebenu District. This study aims to determine the diversity of bird species in Baumata Nature Park, carried out for 2 months from October-November 2019 using the point transect method and the MacKinnon method. From the analysis using the MacKinnon method, it was found that there were 27 bird species from 17 tribes, of all bird species there were 20 species of birds endemic to Nusa Tenggara, namely Isap madu timor (Lichmera flavincans), Burung madu matari (Nectarinia solaris), Kancilan timor (Pachycephala orpheus), Anis timor (Zoothera peronii), Decu timor (Saxicola caprata), Cikrak timor (Phylloscopus presbtyes), Meliphaga dada lurik (Meliphaga reticulata), Bondol pancawarna (Lonchura quinticolor), Kacamata limau (Zosterops citrinellus), Pipit zebra (Taeniopygia guttata), Ayam hutan merah (Gallus gallus), Burung madu matari (Nectarinia solaris), Walet sapi (Collocalia esculenta), Burung gereja erasia (Passer montanus), Kipasan dada hitam (Rhipidura rufifrons), Srigunting walaceae (Dicrurus densus), Cikrak dada kuning (Seicercus montis), Puyuh coklat (Coturnix ypsilophora) Tekukur biasa (Streptopelia chinensis), Elang boneli (Hieraaetus fasciatus) and 1 type of migrant bird, namely Kirik-kirik australia (Merops ornatus). The most common types of birds in Baumata Nature Park are insectivorous and nectar species. The diversity of bird species in Baumata Nature Park has an H 'value of 3.15 with a high category

    ANALISIS KETERSEDIAAN DAN PREFERENSI PAKAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis) DI STASIUN PENELITIAN BU’AT, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

    Get PDF
    Berdasarkan IUCN red list, sejak beberapa tahun terakhir Rusa timor (Rusa timorensis) termasuk dalam kategori vulnerable (rentan). Upaya konservasi perlu dilakukan untuk mempertahankan populasi Rusa timor (Rusa timorensis) baik secara in-situ maupun ek-situ. Salah satu kawasan konservasi ek-situ Rusa timor yang ada di Nusa Tenggara Timur adalah Stasiun Penangkaran Bu’at Soe. Komponen habitat Rusa timor (Rusa timorensis) yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah pakan. Komponen habitat tersebut harus diperhatikan supaya kebutuhan hewan terpenuhi sehingga dapat hidup secara layak dan dapat membantu keberhasilan konservasi Rusa timor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan dan preferensi pakan Rusa timor yang ada di stasiun penelitian bu’at kabupaten Timor Tengah Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan analisis vegetasi untuk ketersediaan pakan sedangkan untuk preferensi pakan dengan menimbang dan mencatat sisa setiap jenis pakan yang tidak dimakan rusa, setelah data diperoleh, data di analisis secara deskriptif dan diolah menggunakan statistika One-Way Anova dan Uji lanjut BNJ. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Ketersediaan pakan Rusa timor (Rusa timorensis) yang tumbuh secara alami di Stasiun Penelitian Bu’at memiliki keanekaragaman yang tinggi berdasarkan analisis vegetasi yaitu Pennisetum purpureum, Leucaena leucocephala, Gliricidia sepium, Sesbania grandiflora, Ubi hutan, Senna alata, Eucalypthus urophylla, Calliandra, Acacia leucophloea, dan Chromolaena odorata. Namun berdasarkan pengamatan dan wawancara diketahui bahwa tidak semua pakan yang tumbuh alami dalam penangkaran dimakan rusa misalnya Casuarinaceae. Preferensi pakan Rusa timor (Rusa timorensis) di Stasiun Penelitian Bu’at yang paling tertinggi yaitu Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dengan rata-rata komsumsi 14 kg/hari diikuti Lamtoro (Leucaena leucocephala) yaitu 12,40 kg, Jati Putih (Gmelina arborea) yaitu 9,8 kg, Kabesak Putih (Acacia leucophloea) 6,8 kg, Turi (Sesbania grandiflora) 6,4 kg sedangkan yang jenis pakan yang paling sedikit dikomsumsi Rusa timor adalah beringin (Ficus benjamina) dengan rata-rata komsumsi rusa yaitu 5,6 kg/hari

    STUDI KEKAYAAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI JALUR TRACKING WOLOGAI TAMAN NASIONAL KELIMUTU, KABUPATEN ENDE, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Get PDF
    Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi, diantaranya dalam kategori burung tercatat 1.771 jenis burung yang ditemukan diwilayah indonesia dan diantaranya terdapat 563 yang dilindungi. Kecamatan Kelimutu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat sebuah Taman Nasional yang disebut Taman Nasional Kelimutu. Didalam Taman Nasional Kelimutu, terdapat areal Jalur Tracking Wologai. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Maret-April 2019 dengan menggunakan metode daftar jenis MacKinnon dan indeks Keanekaragaman ShannonWienner.Hasil penelitian menunjukkan di Jalur Tracking Wologai terdapat 36 jenis burung dari 20 suku. Dari 36 jenis burung tersebut terdapat 5 jenis burung yang dilindungi dan 5 jenis burung endemik Flores Jenis burung yang paling banyak yang ditemukan dilokasi penelitian adalah Perkici Pelangi sebanyak 18 individu sedangkan jenis burung yang paling sedikit ditemukan adalah Gelatik Batu Kelabu sebanyak 1 individu. Keanekaragaman jenis burung yang terdapat di Jalur Tracking Wologai adalah 3.37 dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tingg

    Studi Perilaku (Aktivitas Harian) Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Nasional Kelimutu, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur

    Get PDF
    Long-tailed monkeys (Macaca fascicularis) are non-human primates that live in groups and are inextricably linked to social interactions between individuals in a population and cause many different activities. Activities that occur can indicate the use and feasibility of the habitat and the distribution of the niche by each long-tailed macaque (Macaca fascicularis). The Kelimutu National Park is one of the habitats of long-tailed macaques (Macaca fascicularis), one of the efforts to preserve the population of long-tailed monkeys (Macaca fascicularis) in natural habitats. This study is designed to determine the daily behavior of long-tailed macaques (Macaca fascicularis) and was carried out from July to August 2019 in Kelimutu National Park, Kelimutu District, late Regency, East Nusa Tenggara Province. Observation and data acquisition are carried out according to the focal point method and the ad libitum method with a recording duration of 5-10 minutes. After the data is obtained, it is analyzed descriptively and the percentage of daily activity of long-tailed macaques (Macaca fascicularis) is calculated using the frequency percentage formula. The results showed that the activities that were frequently performed by long-tailed macaques (Macaca fascicularis) moved with 35% presentation, followed by 24% feeding activity, 22% nursing activity, 9% rest activity, 7% social activity and 3% agonistic activity

    IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS-JENIS ANGGREK (Orchidaceae) DI HUTAN LINDUNG DESA AJAOBAKI, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Get PDF
    This research was conducted to determine the diversity of types of orchids (Orchidacea). This research was carried out in the Protected Forest of Ajaobaki Village, North Mollo Sub-District, South Central Timor Regency, East Nusa Tenggara Province. It was carried out for 1 month, from July to August 2020. This study used purposive sampling, survey and transect pathway methods. Data analysis used qualitative descriptive analysis and quantitative descriptive analysis. The data were processed using the Shannon Wiener diversity index formula (H '). The results showed that there were 10 types of epiphytic orchids found in the sampling plot in the protected forest of Ajaobaki Village. The most common orchids found were Dendrobium secundum as many as 569 species and the least was Lipariscrenulata with 2 species. There are 3 types of trees recorded, namely Ampupu (Eucalyptus urophylla), Cemara (Casuarina junghuniana), and Mahogany (Swietenie mahagoni). Protected forest areas have homogeneous forest types, which has the most tree types that are mostly dominated by Pine trees (Casuarina junghuniana). The host tree for orchids that is more dominant as the attachment for orchids is the Pine tree (Casuarina junghuniana). The results of the calculation of the diversity of orchids on the observation plot were calculated using the Shannon winner index of 1.87 (H '). The diversity types of orchid (Orchidacea) in the protected forest of Ajaobaki Village having moderate diversity (1≤H’≤3) because there is a lot of orchid theft and also taking firewood in the Protected Forest so that there are fewer orchids

    Strategies for Increasing Protection Effectiveness in the Camplong Nature Park Area, Kupang Regency, East Nusa Tenggara Province

    Get PDF
    Camplong Nature Tourism Park (NTP) is one of the conservation areas in Kupang Regency, East Nusa Tenggara Province. The NTP Camplong area is partially designated as a Nature Tourism Park managed by the Natural Resources Conservation Agency East Nusa Tenggara (BBKSDA NTT) based on the Decree of the Minister of Forestry Number: SK.347 / MenhutII / 2010 with an area of ​​696.60 Ha. One of the management activities carried out in Camplong NTP is protection of forest areas. Protection efforts are faced with various threats, including being located near settlements and public roads, making them vulnerable to habitat destruction. Forest fires, illegal use of area resources and waste disposal are the main problems that threaten the existence of the NTP Camplong area. Based on the Management Effectiveness Tracking Tool (METT) assessment by BBKSDA NTT, the METT score was 69%, from the minimum value of 70%. This study aims to determine the effectiveness and strategies to increase the effectiveness of efforts to protect the Camplong Nature Park area. The research was conducted in July-August 2019 at NTP Camplong. Data collection was carried out by direct observation and in-depth interviews. From the research results, it is known that the management aspects in the form of planning, organizing, implementing, and monitoring carried out in NTP Camplong have generally been implemented even though they have not run optimally. This has an impact on the less than optimal protection efforts for the NTP Camplong area. Strategies for increasing the effectiveness of the management of the NTP Camplong area, namely: strengthening management management; increasing the implementation of area protection and security; coordination with government and legal institutions; as well as increasing community participation in area protection efforts
    corecore