25 research outputs found
Re-Design Jembatan THP dengan Sistem Box Girder Segmental
Jembatan Surabaya atau yang lebih dikenal oleh warga Surabaya dengan jembatan THP Kenjeran, dibangun diatas laut atau pantai kenjeran dengan menghubungkan Jl. Raya Pantai Lama (sisi utara) dengan Jl. Sukolilo Lor (sisi selatan). Merupakan jembatan baru dan menjadi ikonik di Kota Surabaya, sehingga banyak didatangi pengunjung dari berbagai tempat. Didesain menggunakan struktur beton pratekan, dimana balok I-Girder menjadi gelagar utama, Pier Head sebagai tumpuan perletakan gelagar, pilar beton sebagai penyangga, dan tentunya pondasi tiang pancang sebagai pendukung struktur atas jembatan. Karena dengan bentang jembatan yang tidak panjang, yaitu 32 meter, dan membutuhkan banyak pilar, sehingga volume beton yang diperlukan untuk membangun Jembatan Surabaya menjadi besar dan kurang efisien. Maka penulis merencanakan penelitian ulang dengan memodifikasi jembatan menjadi sistem box girder segmental dengan bentang 48 meter guna mengoptimasi jumlah pier head dan pilar, dan diharapkan menjadi lebih efisien. Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data – data perencanaan dan literatur yang diperlukan seperti jurnal, buku referensi, dan sumber lainnya. Dalam penelitian ini akan mengacu pada SNI 1725-2016, SNI 2833-2016, dan RSNI T-02-2005 yang dikhususkan untuk merencanakan struktur jembatan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah mendapatkan bentuk dan dimensi penampang box girder dengan tinggi 3,2 meter dan lebar 16 meter, jumlah tendon prtegang 18 tendon dengan masing-masing tendon memiliki 24 strand, dan jumlah pilar berkurang dari 7 pilar menjadi 5 pilar dengan jumlah atau kuantiti volume beton yang sama seperti perencanaan sebelumnya
STUDI PERBANDINGAN NILAI DAKTILITAS HOLLOW PILE DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN MATERIAL PENGISI BETON COR SETEMPAT
Precast hollow pile diameter 600 mm, adalah jenis tiang pancang yang umum digunakan dikontruksi Indonesia. Berdasarkan SNI 03-1726-2013 pasal 7.14.2.2.5, tiang pancang sebagai bagian dari struktur bawah diharuskan untuk bisa berprilaku daktail dalam mendisipasi energi akibat beban gempa dan akibat tahanan lateral pada peralihan lapisan tanah lunak dan tanah keras.Penelitian eksperimental sebelumnya yang dilakukan oleh Budek et al (1997), menyimpulkan bahwa tiang pancang jenis hollow pile tidak dapat berprilaku daktail, hal ini ditunjukan dari hasil uji daktilitas displacement dan kurvatur yang tidak memenuhi persyaratan minimum. Pada penelitian ini, hasil eksperimental digunakan sebagai validasi untuk benda uji model 1 yaitu analisa perhitungan manual dan finite element dengan program bantu Abaqus 6.10 dan Xtract 3.6 untuk tiang pancang eksisting tanpa pengisi, dan dengan mengacu kepada metode yang sama, penelitian dilakukan terhadap model 2Â yaitu hollow pile dengan penambahan material beton cor 67.8 MPa. Hasil analisa penelitian pada model 1, menunjukan bahwa hollow pile eksisting tidak dapat berprilaku daktail sesuai dengan persayaratan SNI maupun ACI. Sedangkan model 2 menunjukan peningkatan yang signifikan terhadap nilai daktilitas yaitu sebesar 88.9 % untuk daktilitas displacement dan 137.15 % untuk daktilitas kurvatur. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, penambahan material beton cor ke dalam rongga adalah salah satu cara effektif peningkatan nilai daktilitas tiang pancang jenis hollow pile
STUDI PENGARUH STRUKTUR BAWAH PADA FLYOVER JLLB SURABAYA TERHADAP PENGGUNAAN PRECAST CONCRETE-I GIRDER DAN PRECAST CONCRETE-U GIRDER
Volume kendaraan bermotor pada kota-kota besar, khususnya di Surabaya, semakin lama semakin meningkat yang akhirnya berdampak terhadap kemacetan lalu-lintas. Dalam mengatasi pertambahan volume kendaraan terutama di Surabaya bagian barat, pemerintah setempat membangun flyover Jalan Lingkar Luar Barat guna memberi solusi terhadap kemacetan di Surabaya. Pada penelitian ini diharapkan bisa mengetahui perbandingan penggunaan PC-I girder dengan PC-U girder. pada flyover JLLB Metode yang digunakan untuk perhitungan balok prategang adalah fully prestressed atau prategang penuh. Pada penelitian ini, perbandingan penggunaan PC-I girder dengan PC-U girder pada flyover JLLB yang dimana ditinjaui dari segi perilaku, reaksi dan juga dampak terhadap struktur jembatan secara keseluruhan dari sebuah struktur tersebut. Dalam Analisa perhitungan struktur menggunakan bantuan software SAP 2000 V.14.2.5. Berdasarkan hasil analisis perhitungan yang telah dilakukan terdapat perbedaan.
Redesign Struktur Gedung Rusun dengan Half Slab System dan Balok Precast U-Shell
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi konstruksi di Indonesia, dibuktikan dengan semakin banyaknya gedung bertingkat tinggi yang telah dibangun. Seiring dengan perkembangan tersebut, diperlukan inovasi – inovasi dari enginner untuk mendapatkan solusi yang efektif dan efisien untuk perencanaan gedung bertingkat, salah satunya pengunaan beton precast / pracetak. Penelitian ini bertujuan untuk Mendapatkan hasil perbandingan reaksi struktur berat keseluruhan dengan metode balok Precast U-shell dan pelat Half Slab terhadap reaksi struktur berat keseluruhan pada kondisi eksisting. fungsi U-Shell disini sebagai bekisting permanen. Pada dasarnya perencanaan balok U-Shell sama dengan perencanaan balok dengan menggunakan metode konvensional, namun yang membedakannya adalah pada perencanaan balok U-Shell harus menghitung kondisi pemasangan saat usia beton masih mudah. Sehingga dengan kondisi tersebut harus memperhitungkan kapasitas tulangan untuk mencegah terjadinya retak, metode precast U-Shell dibutuhkan analisa dan desain tersendiri yang tidak diperhitungkan dalam menganalisa beton secara monolite atau konvensional. Dengan hasil sebesar Perbandingan berat struktur dari kedua pemodelan terdapat perbedanaan selisih pada pemodelan eksisting struktur lebih ringan 408,558 ton terhadap struktur kondisi remodeling, hal ini dipengaruhi karena dimensi pada kondisi eksisting lebih bervasiasi dibandingkan dengan remodeling dan untuk persentase perbadingannya antar pemodelan mendapatkan nilai sebesar 17 %
Analisa Non-Linier pada Mekanisme Keruntuhan Jembatan Rangka Baja Tipe Pratt
Steel truss bridge collapse often occurs, both in Indonesia and in other countries. As a result of the collapse of the bridge is in addition to the casualties also losses from the financial aspects. This collapse caused due to various factors, one of them because of a decrease in the strength of the bridge structure. To minimize required maintenance of the bridge\u27s collapse and to facilitate the maintenance of one of them must be known failure mechanisms existing bridges. In the analysis of this collapse, will be modeled steel truss bridge pratt\u27s type with long spans is 60 meters. Analysis of the collapse of the steel truss bridge\u27s, utilizing a pushover analysis to analyze the behavior of the bridge structure. Pushover analysis done with give vertical static load pattern at the structure, next gradually increase by a factor until one vertical displacement target of the reference point is reached. The study shows that at model singe span failure occurred on the chord on mid span. The performance level of structure shows all models of bridges in the state are IO, this case based on the target displacement FEMA 356 and the actual ductility occurs in all models of bridges is compliant with SNI 2833-2008
ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG PASCA KEBAKARAN DENGAN PENAMBAHAN PROFIL SIKU SEBAGAI PERKUATAN STRUKTUR BALOK
Beton yang mengalami kebakaran pada suhu diatas 200°C dapat menyebabkan mutu beton mengalami penurunan, sehingga mengakibatkan penurunan kekuatan struktur. Masalah ini dapat diselesaikan dengan perkuatan struktur yaitu dengan penambahan profil untuk perkuatan struktur balok pasca kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kekuatan struktur balok pasca kebakaran dengan penambahan profil siku. Hasil analisis yang dilakukan bahwa nilai momen nominal balok pasca kebakaran pada suhu 900°C dengan durasi 3 jam pada beton dan 2 jam pada baja tulangan sebelum penambahan profil siku menunjukan nilai momen nominal Mn = 7161,7 Kg.m Mu = 8231 kg.m pada balok 1 (ekterior) dan Mn = 7891,8Kg.m Mu = 8096,41 kg.m pada balok 1 (interior). Setelah penambahan profil siku dengan dimensi profil L65x65x7 pada balok pasca kebakaran menunjukan nilai momen nominal mengalami kenaikan dengan Mn = 24927,03 kg.m Mu = 8096,41.kg.m pada balok 1 (interior) dan Mn = 16449,5 kg.m  Mu = 8231 kg.m pada balok 1 (eksterior)
Analisa Perbandingan Kolom Komposit Inside Steel dan Outside Steel terhadap Kapasitas Tahanan Aksial dan Momen
ABSTRAK Penggunaan kolom komposit telah banyak digunakan di berbagai bangunan bangunan tinggi. Dan pada umumnya, Kolom komposit dibagi menjadi 2 macam, yaitu kolom komposit inside steel dan outside steel dengan struktur baja terbungkus oleh beton disebut dengan kolom inside steel atau bisa saja disebut Concrete Encased Column. Sedangkan untuk baja yang berisi beton disebut dengan kolom outside steel atau juga disebut Concrete Filled Column. Penggunaan struktur kolom komposit outside steel sebagai kolom utama dalam mendukung beban lateral pada struktur rangka bangunan belum lazim digunakan dalam perkembangan konstruksi saat ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa kekuatan dari 2 macam kolom komposit agar diketahui jenis kolom komposit yang paling efektif dan memiliki kekuatan paling tinggi. Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual pada kolom komposit inside steel dan outside steel yang berbentuk kotak, sedangkan untuk perhitungan dengan menggunakan program CSICOL dilakukan pada seluruh kolom komposit. Hasil nilai ØPn dan ØMn kemudian dibandingkan antara perhitungan manual dengan program CSICOL. Hasil perhitungan menunjukan bahwa kemampuan kolom komposit outside steel lebih baik dibandingkan kolom komposit inside steel dengan menggunakan standar volume dari ukuran kolom komposit inside steel kotak 400x400 mm. Kolom komposit outside steel berbentuk bundar dengan diameter 431 mm lebih unggul sebesar 17 % dalam menahan gaya aksial nominal (ØPn) dibandingkan semua tipe kolom komposit yang lain. Sedangkan kolom komposit outside steel berbentuk kotak dengan ukuran 405.70x405.70 mm lebih unggul menahan momen nominal (ØMn) sebesar 10,5 % dibandingkan semua tipe kolom komposit yang lain.Kata kunci : kolom komposit; inside steel (concrete- encased column); outside steel (concrete-filled column)ABSTRACT The use of composite columns has been widely used in various high-rise buildings. Composite columns are generally divided into two types: composite columns inside steel and outside steel columns with a steel structure wrapped in concrete called an inside steel column (concrete encased column), while steel containing concrete is called an outside steel column (concrete-filled column). The use of a composite column structure outside steel as the main column in supporting lateral loads in the building frame structure is not yet commonly used in current construction developments. Therefore, it is necessary to consider the strengths of 2 types of composite columns to know which type of composite column is the most effective and has the highest strength. Calculations are performed using manual calculations on composite columns inside steel and outside steel in the form of a box, while calculations using the CSiCOL program are carried out on all composite columns. The results of the ØPn and ØMn values are then compared between manual calculations and the CSiCOL program. The calculation results show that the composite outside steel column's ability is better than the inside steel composite column by using a standard volume from the size of the composite column inside steel box 400x400 mm. The round composite outside steel column with a 431 mm diameter is 17% superior in withstanding nominal axial force (ØPn) than all other composite column types. While the outside steel composite column in the form of a box with a size of 405.70x405.70 mm is superior to withstand the little moment (ØMn) by 10.5% compared to all other types of composite columns.
MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG HOTEL FAVE SURABAYA DENGAN SISTEM BALOK PRATEGANG
Fave Hotel merupakan jenis gedung hunian terdiri dari 10 lantai, yang berada pada zona gempa sedang. Gedung ini menggunakan beton konvensional pada struktur balok dan kolomnya. Terbatasnya kemampuan dalam memikul beban untuk bentang panjang pada beton konvensional menjadi salah satu masalah dalam dunia konstruksi, salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memodifikasi balok yang ada dengan menggunakan balok pratekan. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pada Struktur Gedung Hotel Fave Surabaya dengan menggunakan balok pratekan sistem post-tension sebagai pengganti balok induk pada portal utama. Dengan modifikasi tersebut maka bisa dihasilkan balok bentang panjang tanpa harus diberi kolom ditengah bentang, sehingga bisa menghemat penggunaan ruang maupun volume beton. Berdasarkan hasil analisa modifikasi dengan metode perhitungan manual untuk dimensi penampang yang telah memenuhi rasio kekuatan digunakan balok prategang adalah 40/70 cm, balok induk konvesional adalah 35/60, 30/40, 25/40 cm dan untuk kolom adalah 90/90 cm. Dari hasil analisa dengan program bantu SAP gaya gempa dan join Reactions, kontrol partisipasi massa menghasilkan respons total mencapai 91,812 % untuk arah X dan 97,982 % untuk arah Y sesuai dengan total pola getar harus mencapai sekurang – kurangnya 90 %. Dari segi volume beton dihitung dengan cara menjumlah berat total struktur bangunan + beban layan diperoleh sebesar 579402.06 kgm untuk struktur konvensional sedangkan struktur prategang diperoleh sebesar 425504.54 kgm. Sehingga volume beton yang digunakan dapat tereduksi lebih hemat 26.6% dari metode konvensional
Komparasi Sistem Pelat Konvensional dan Sistem Pelat Precast Hollow Core Slab pada Struktur Gedung
Seiring dengan padatnya penduduk di Surabaya sebagai kota metropolitan, menyebabkan peningkatan pembangunan berupa rumah hunian, salah satunya rumah susun. Dalam pembangunan rusun harus diimbangi inovasi yang memadai. Maka dilakukan upaya dengan melakukan remodeling pada pelat beton konvensional (on site) menjadi pelat beton precast dengan pembebanan pelat satu arah. Dalam pelaksanaan, pelat dibagi menjadi dua sistem,yaitu satu arah dan dua araha. Perbedaannya teretak pada asumsi distribuai beban yang disalurkan ke balok. Metode yang dilakukan dengan pengambilan data dari konsultan perencana, yakni Rusun Menanggal Surabaya dengan bangunan bertingkat 5 lantai yang memilki ukuran panjang 60,6 m, lebar 23,9 m, dan tinggi 16 m. Dari data yang diperoleh, dilakukan analisa dengan melakukan preliminary design pada pelat, dan membandingkan hasil yang akan diperoleh dari kedua pemodelan menggunakan pelat konvensional maupun modifikasi. Hasil analisa menunjukkan bahwa penggunaan pelat precast Hollow Core Slab, lebih efisien jika dibandingan dengan pelat konvensional. Perbedaan bisa dilihat dari berat struktur yang dihasilkan, lebih ringan menggunakan pelat modifikasi dengan prosentase sebesar 18.68%. juga bisa dilihat besi tulangan yang digunakan, lebih ekonois menggunakan pelat precast, senilai 46%. Namun sementara pada sistem pelat satu arah, gaya dalam yang dihasilkan ada yang lebih besar pada salah satu balok induk senilai 24%
ANALISA EMPIRIS DISTRIBUSI KOROSI TULANGAN BALOK BETON BERTULANG BERDASARKAN KUAT TEKAN DAN SELIMUT BETON
Korosi menjadi pertimbangan penting dalam hal durabilitas dan degradasi kapasitas sesuai masa layan. Pada studi ini variable durabilitas berdasarkan mutu beton dan tebal selimut beton di investigasi. Tiga macam mutu beton berurutan, 30 Mpa, 40 Mpa dan 50 Mpa disertai tebal selimut beton 20mm, 30mm dan 40mm dianalisa. Semua parameter tersebut di implementasikan pada elemen struktur balok yang diposisikan dengan dengan pantai dan dikategorikan sebagai struktur tangka W1 atau struktur beton yang berkontak dengan air dan harus memiliki permeabilitas yang baik. Evaluasi dilakukan secara empiris dengan meninjau percepatan korosi hingga waktu layan 25 tahun. Hasil analisa empiris akan dibandingkan dengan pemodelan struktur pada tahun ke 1 menggunakan program bantu ETABS di ikuti analisa perilaku dan pola retak menggunakan Response 2000. Sebagai hasil, semakin kecil tebal selimut beton semakin besar nilai mass loss yang akan didapatkan. Nilai tersebut berbanding lurus dengan distribusi korosi. Nilai kuat tekan beton dalam hal ini memberikan peningkatan momen nominal dan perilaku struktur, akan tetapi semakin besar nilai mutu beton semakin brittle perliku balok tersebut yang mana akan memperbesar nilai mass loss. Sebagai tambahan lebar retak dan distribusi korosi pertahun mengalami peningkatan dengan tinjauan korosi secara uniform