8 research outputs found

    IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC UNTUK MENGATUR BANYAK AIR PADA TANAMAN MAWAR BERDASARKAN SUHU DAN KELEMBABAN

    Get PDF
    ABSTRAK Suhu dan Kelembaban suatu tanaman merupakan parameter utama yang mempengaruhi jumlah air yang dibutuhkan. Akibatnya banyak tanaman yang mati akibat kekurangan dan kelebihan air. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem untuk pengontrolan jumlah air pada tanaman, sehingga debit air yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan air pada tanaman tersebut. Fuzzy Logic merupakan salah satu metode sistem kendali yang dapat memberikan keputusan yang menyerupai keputusan manusia. Pada proses perancangan plant ini, digunakan sistem pengembangan kendali fuzzy logic dengan menggunakan sistem mikrokontroler. Hal ini dimaksudkan untuk suatu perancangan pada plant pengendalian air pada tanaman. Dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban tanaman yang dilakukan pada siang hari, didapatkan rata-rata suhu sebesar 29,4°C dan kelembaban sebesar 90,1%RH. Sehingga penyiram tanaman akan bekerja selama 21 detik. Untuk debit air yang disiramkan ke tanaman selama 21 detik tersebut sebanyak ± 400mL disesuaikan dengan kondisi tanaman dan diameter pot yang digunakan yaitu 25cm. Set point yang dimasukkan dalam fuzzy sebesar 30°C dan 78%RH karena kondisi suhu udara sejuk dari tanaman mawar ini adalah 18-30 °C dan kelembaban 70-80 %RH. Dari hasil percobaan yang dilakukan, menunjukan bahwa sistem penyiraman tidak dapat aktif jika kondisi suhu dan kelembaban dari tanaman mawar sudah sesuai dengan set point yang diberikan. Kata kunci : Fuzzy Logic, Air Tanaman, Sensor suhu dan sensor kelembaban

    Rancang Bangun “Building Automation System” Dengan Menerapkan Kontrol Logika Fuzzy Untuk Mendapatkan Efisiensi Daya Dari Beban Kipas Angin, Lampu Dan Air Conditioner

    Get PDF
    Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dan wajib diterapkan efisiensi energi di dalamnya. Untuk mendapatkan efisiensi energi listrik maka dibuatlah Building Automation System (BAS) yang diaplikasikan untuk beban kipas angin, lampu, dan juga air conditioner (AC). BAS dioperasikan melalui PLC menggunakan Kontrol Logika Fuzzy (KLF) yang inputnya dari sensor Passive Infra Red (PIR), LM35, dan LDR. Dengan mengolah input-input tersebut menggunakan KLF didapatkan penghematan daya AC di laboratorium(LAB) sebesar 4,167kWh dari 30,756kWh dan 8,92 kWh dari 26,49 kWh per minggu untuk beban lampu penerangan 4 ruang kelas

    STUDI EKSPERIMEN SUPLAI GENERATOR OXYHYDROGEN MENGGUNAKAN KATALIS KOH

    Get PDF
    Oxyhydrogen  is  the  most  promising  gas  which  significantly  can  reduce  the  fuel consumption  and  the  number  of  emissions  that  produced,  by  adding  the  gas  into combustion  chamber.  To  utilize  decreasing  emissions,  this  paper  study  about  added oxyhydrogens  gas  on  combustion  process  (hybrid)  in  motor  fuel.  This  paper  focuses  on evaluating  the performance  (power, mass  flow, and efficiency)  of oxyhydrogen generator with  12V source  voltage,  while  for  the  generator  installation  circuit  is  done  in  parallel which  is  expected  to  produce  maximum  oxhydrogen  gas  content.  The  type  of  electrolyte used as a generator solution is a base    concentrate (1, 3, 5, 7, 9 gram / Li ter), basic solution    is  chosen  because  it  has a tendenc to produce a  lot of hydrogen gas.  The methods are design the generator, string the generator and the measuring instrument up, and also the performance testing. As the result, the higher consentrate of the catalyst, the higher the power needed, the higher  mass flow produced, and the higher efficiency that obtained by using parallel electrode aligntment

    Analysis of Fluid Flow Characteristics Across the Darrieus Turbine in Irrigation Channels: ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI TURBIN DARRIEUS PADA SALURAN IRIGASI

    Get PDF
    This study simulated the characteristics of the fluid flow that passes through the Darrieus turbine before installation and testing were carried out. The purpose of knowing the flow characteristics can determine the profile and position of the maximum speed so that the design and placement of the turbine can be improved. The research method was carried out using dynamic fluid computational simulations in three-dimensional form with steady state conditions, discretization using second-order, with convergent conditions when it reached 10-6. The simulation results show that the position of the flow above the turbine had the lowest value because the fluid flowed relatively without disturbance which caused the velocity to had a value almost the same as the incoming fluid velocity. The fluid velocity increased when it was in line 2 and line 3 or across the turbine. This was due to the turbulence generated by the rotation of the turbine. While the speed on line 4 or below the turbine had a lower value than line 2 and line 3. This was due to the position below the turbine so that the turbine rotation did not have an impact on speed. At the four line positions the velocity increased at Y=0.7 m or when the fluid hits the turbine. This increase in fluid velocity was expected to turn the turbine. The results also included the flow distribution in the form of a streamline in several positions where the flow that was in contact with the channel wall had a low velocity value due to friction with the wall

    Numerical Study of a Wind Turbine Blade Modification Using 30° Angle Winglet on Clark Y Foil

    Get PDF
    The depletion of fossil fuels and the worsening environment motivate engineers and researchers to explore renewable energy resources. One of the promising renewable energy is wind energy. The wind turbine extracts wind energy to generate electricity. This study aims to modify a wind turbine blade using Clark Y foil to improve the lift force. The modification is employed by forming a winglet profile with a 30° angle on the foils tip. The result shows that the 30° winglet enlarges the lift coefficient to 1.3253 from 1.2795 of the original blade lift coefficient.

    Implementasi Mikrokontroller 892051 Untuk Pembangkitan Pulsa Pada Inverter 3 Fasa 18-Step

    No full text
    Pada paper ini disampaikan suatu implementasi mikrokontroler 892051 untuk pembangkitan pulsa pada inverter 3 fasa 18-step. Topologi multilevel inverter sangatlah rumit dan membutuhkan banyak piranti penyakelaran, sehingga tidak praktis. Untuk itu dibuat multilevel inverter 3 fasa 18-step dari tiga buah bridge konvensional dan tiga buah chopper. Chopper digunakan untuk membangkitkan tegangan multilevel dc, sedangkan bridge digunakan untuk mengubah tegangan multilevel dc menjadi bentuk ac. Sinyal-sinyal PWM yang dibutuhkan untuk mengontrol chopper dan inverter diperoleh dari mikrokontroler. Dengan mengubah-ubah parameter register timer, didapatkan pulsa-pulsa penyulut dengan duty cycle berturut-turut 0%, 25% dan 42,5% yang menyebabkan chopper menghasilkan tegangan multilevel. Berdasarkan hasil simulasi rangkaian multilevel inverter, didapatkan bentuk gelombang tegangan 3 fasa 18-step seperti yang diinginkan

    Implementasi FPGA sebagai Pembangkitan Pulsa Pada Inverter 3 Fasa 18-Step dengan topologi triple choper triple bridge inverter

    No full text
    Pada paper ini disampaikan implementasi Xilinx FPGA sebagai pembangkit pulsa pada inverter 3 fasa 18 step. Topologi multilevel inverter memerlukan banyak penyakelaran. Penggunaan mikrokontroller untuk membangkitkan pulsa yang outputnya pararel dan realtime sangat sulit karena prosesnya yang sekuensial. Untuk itu Digunakan Piranti FPGA sebagai sarana implementasi hardware. Piranti FPGA berfungsi untuk membangkitkan sinyal-sinyal PWM yang dibutuhkan untuk mengontrol inverter dan chopper. Dengan mengubah paramenter yang berasal dari port input didapatkan duty cycle yang diinginkan yaitu sebesar 50% dan 75%. Bentuk sinyal disimpan dalam ROM. Tiga buah counter dibutuhkan untuk menampilkan sinyal pada fasa R, fasa S dan fasa Tdengan perbedaan fasa antara ketiga counter sebesar 120 derajat. Berdasarkan hasil percobaan yang ditampilkan menggunakan logic analyzer didapatkan bentuk gelombang 3 fasa yang diinginkan

    Analysis of the Effects of Fuel Type Selection on the Performance and Fuel Consumption of a Steam Power Plant

    No full text
    Fossil energy sources are used as fuel in the combustion process at thermal power plants. The reduced supply of fossil fuels often becomes a problem for electricity generators in the production process. This condition can affect the efficiency value of the Power Plant. To maintain the power plant efficiency, it is possible to regulate the fuel type in the combustion process. The difference in the heating value of the fuel can produce different values of combustion. The results of the combustion process can affect the value of cycle thermal efficiency and fuel consumption requirements. Cycle Tempo software is used in the thermodynamic cycle simulation process in power plants. This software is useful to make a model of a particular thermodynamic cycle or energy conversion systems such as a generator and cooling system. This program can analyze the mass and energy flow measures in the system, including thermodynamic properties, the composition of the processed gas, and the mass flow rate. In the simulation process, first, a cycle model is made based on existing piping data. After that, thermodynamic data such as temperature and pressure are input into each apparatus in the simulation. After making some adjustments, the simulation is run until the right results are obtained. Natural gas, Biosolar B30, and MFO (Marine Fuel Oil) fuel this study. Biosolar B30 is the result of mixing fuel between FAME (Fatty Acid Methyl Ester) and diesel. Biosolar B30 is made with a mixing ratio of 70% diesel fuel and 30% of FAME. FAME is oil from oil palm plants that has been processed to become a biofuel. Based on research results, Biosolar B30 produced the highest cycle thermal efficiency of 31.78%. The least fuel consumption is required by natural gas fuels, which is 277 million liters/year. The simulation results show that the lowest heating value of Boiler is generated by the variation of Biosolar B30 fuel, which results in high thermal efficiency. The amount of fuel needed during the combustion process using Biosolar B30 is increased because the heating value of Biosolar B30 is the lowest. The highest heating value of fuel is Natural Gas, requiring less fuel consumption than MFO and Biosolar B30
    corecore