830 research outputs found
KEARIFAN LOKAL RAMAYANA DALAM BUDAYA GLOBAL: Defamiliarisasi Hegemoni Tokoh Novel Kitab Omong Kosong
Penelitian intertekstual terhadap novel Kitab Omong Kosong karya Seno Gumira Ajidarma dengan hipogram roman Ramayana gubahan C. Rajagopalachari, yang semula dipublikasikan secara lisan sebagai kearifan masyarakat India, membawa kita pada defamiliarisasi hegemoni kekuasaan Rama, yang menyimpang menjadi dominasi kekuasaan yang keji, biadab, dan menyengsarakan rakyat negeri jajahan Ayodya. Aneksasi, dominasi kekuasaan dalam kekuatan militer, sebagaimana kekuasaan global negara-negara adikuasa, menjadi ciri dominasi kekuasaan Rama. Seno Gumira Ajidarma mencipta kisah novel dengan atmosfir budaya global: (1) melakukan penyimpangan peran tokoh-tokoh, sehingga menghindarkan diri dari oposisi biner karakter hitam-putih dalam mencapai kekuasaan, (2) kisah dijalin dalam cerita yang unik, berselang-seling antara mitos, fakta, dan imaji, (3) secara keseluruhan novel yang diciptakannya menyajikan kisah (fabula) yang aneh dan khas, (4) kisah (fabula) yang aneh dan khas itu meningkatkan fungsi estetika, (5) novel ini menjadi teks jamak, teks dengan penafsiran plural, (6) novel ini menjadi teks dialogis, yang membuka ruang komunikasi dengan pembaca, dan (7) memenuhi dua syarat novel yang kuat yaitu adanya unity (kesatuan, kepadatan) serta complexity (keragaman).
Kata kunci: kearifan, defamiliarisasi, hegemoni, budaya globa
Analisis Falloff Test Injection Pada Sumur “R” Lapangan “SP” Dengan Menggunakan Perangkat Lunak Ecrin
Uji sumur atau well testing selain untuk menentukan kemampuan suatu lapisan atau formasi untukberproduksi, juga untuk memperoleh data karakteristik dari suatu reservoir. Prinsip dari pengujiansumur ini sederhana yaitu memberikan suatu gangguan keseimbangan tekanan terhadap sumuryang diuji. Objek yang dilakukan pengujian sumur adalah Sumur “R” Lapangan “SP”. Sumur “R”mempunyai kedalaman yang tidak terlalu dalam yaitu pada kedalaman 461 meter denganketebalan lapisan sebesar 4 meter.Hasil yang didapat setelah diinterpretasikan denganmenggunakan Ecrin adalah skin sebesar +3.15, Permeabilitas rata – rata (K average) didapat 7.76mD, tekanan awal reservoir (Pi) sebesar 624.649 psia, Omega (ω) sebesar 0.01 dan Lambda (λ)sebesar 0.00000831. Dapat terlihat nilai skinpositif yang berarti telah terjadi kerusakan formasi disekitar lubang bor. Sumur CBM mempunyai karakteristik double porosity yaitu porositas rekahanantar batubara (fracture porosity) dan porositas matrik yang ada didalam batubara (matrixporosity).Hal inilah yang membuat sumur CBM mempunyai tambahan parameter reservoir yaitulambda (λ) dan omega (ω).Lambda merupakan koefisien aliran antar kedua porositas, sedangkanuntuk omega adalah storativity ratio atau fraksi minyak yang tersimpan pada sistem rekahan.Darihal tersebut, maka Sumur “R” didapat jenis reservoir Two Porosity Sphere dan boundary OneFault.Untuk model sumurnya adalah vertical
Kemungkinan Pembentukan Kelinci Berbulu Halus dan Kilap
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan pembentukan kelinci berbulu halus dan kilap melalui penggabungan sifat bulu halus pada kelinci Rex (H) dan sifat bulu kilap dari kelinci Satin (K). Materi pokok penelitian adalah F2, keturunan dari hasil perkawinan kelinci Rex jantan dan kelinci Satin betina (F1HK) dan resiprokalnya (F1KH) yang dikawinkan sesamanya menghasilkan F2HKHK dan F2KHKH serta yang disilangkan menghasilkan F2HKKH dan F2KHHK. Dalam kajian ini digunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengetahui munculnya sifat bulu halus-kilap, semua kelinci F2 umur empat minggu sebanyak 425 diamati. Kelinci F2 dari masing-masing hasil perkawinan dikelompokkan berdasarkan kondisi bulu dengan cara pengamatan makroskopis (meraba dan mengamati kondisi bulu tiap kelinci dengan menggunakan tolok ukur yang telah ditetapkan). Bila ada kelinci yang berbulu halus-kilap, untuk memastikan kebenaran dari hasil pengamatan makroskopis, dilakukan pengamatan mikroskopis pada sampel bulu semua kelinci yang dikatagorikan berbulu halus-kilap. Untuk mengetahui berlaku-tidaknya Hukum Mendel pada F2 dilakukan uji Chi-kuadrat. Penelitian ini menyimpulkan: kelinci berbulu halus dan kilap dapat terbentuk pada keturunan kedua (F2) dari hasil perkawinan silang kelinci Rex dengan kelinci Satin. Secara keseluruhan, proporsi kelompok kelinci berdasarkan kondisi bulu pada F2 tidak sesuai dengan Hukum Mendel
Optimalisasi Penggunaan Kit IPA dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi penggunaan kit IPA di SD yang didasarkan atas: (1) kondisi umum sekolah, meliputi keadaan siswa dan guru, (2) kelengkapan kit IPA dan buku petunjuknya, meliputi kondisi saat diterima dan saat ini, (3) jumlah dan penggunaan kit IPA dalam pembelajaran IPA, ( 4) ftekuensi penggunaan kit IPA, (5) pengetahuan guru terhadap tujuan penggunaan kit IPA, (6) pengalaman guru mengikuti penataran, dan (7) pendapat serta pengalaman guru menggunakank it IPA dalam pembelajaran IPA.Sampel penelitian ini adalah 8 SDN inti sewilayah Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Wedung yang mendapatkan bantuan kit IPA. Karena jumlah populasi yang relatif sedikit, maka penentuan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kategori jenis penelitian survei. Data dikumpulkan melalui tiga teknik yaitu angket, observasi, dan wawancara kepada pejabat pendidikan setempat. Untuk menjamin validitas instrumen, peneliti menggunakan validitas isi sedangkan untuk menguji reliabilitasnya, peneliti menggunakan metode triangulation Data diana/isis menggunakan ana/isis diskriptif.Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan kit IPA di SD belum sepenuhnya optimal yang dilihat dari: (1) kondisi umum sekolah: a) rasio an tara jumlah siswa dan kit JPA tidak memadai, b) jumlah guru sudah mencukupi namun kualifikasinya secara keseluruhan maupun yang menjadi responden belum memadai; (2) jumlah peralatan kit IPA dalam kondisi lengkap sedangkan buku petunjuknya kurang lengkap: a) kondisi kit IPA saat diterima dalam kondisi yang baik, b) kondisi kit IPA saat ini sebagian dalam kondisi rusak (45,8%); (3) kit IPA digunakan pada sebagian kecil pembelajaran IPA (54,2%), dan penggunaannya untuk kegiatan praktik kelompok masih kurang (91,7%), sedangkan untuk kegiatan demonstrasi sudah mencukupi (8,2%); (4) frekuensi penggunaan kit JPA rata-rata maksimal hanya 12 kali; (5) responden telah memahami tujuan penggunaan kit IPA; (6) hanya sebagian kecil responden yang mengikuti kegiatan penataran; (7) responden mengalami kendala-kendala dalam penggunaan kit JPA diantaranya: paket kit IPA belum mencukupi, kurangnya penataran kit IPA, dan perlu banyak waktu dalam penggunaan kit IPA, sehingga responden memberikan alternatif pemecahan masalah diantaranya: peningkatan program penyetaraan guru, penataran kit IPA, peningkatan kualitas KKG, sharing guru, dan bahan pendamping atau referensi lain (sudah terlaksana), perlu adanya bintek khususnya bagi guru IPA, peningkatan program penataran IPA, peningkatan kualitas KKG, penambahan jumlah kit IPA, dan alokasi waktu disendirikan (belum terlaksana)
Perbandingan Standar Nasional Pendidikan Sains Indonesia dan National Science Education Standards USA pada Pendidikan Dasar
Secara umum, topik kajian mala pelajaran sains di Indonesia di pendidikan dasar hampir sama dengan di Amerika. Namun, ada beberapa perbedaan. Misal: Di Amerika dikaji delapan topik, tapi di Indonesia hanya enam topik. Ada dua topik dalam standar kompetensi sains di Amerika yang tidak dikembangkan dalam standar kompetensi di Indonesia. Dua topik tersebut adalah tentang sejarah perkembangan sains dan konsep kesatuan proses. Perljabaran topik juga berbeda; di Amerika, pada standar sains, kajian tentang lingkungan dalam perspektifpribadi dan sosial. Di Indonesia, pada topik tentang sains, kajian tentang lingkungan terpadu, teknologi, dan masyarakat
- …