3 research outputs found
PERTARUNGAN KATA DALAM SLOGAN POLITIK (KONTEKS PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI MALUKU): SUATU KAJIAN ANALISIS WACANA KRITIS
Studi wacana sebagai bagian dari perkembangan ilmu linguistik yang berorientasi pada lingustik fungsional, membahas tentang bahasa dalam penggunaannya dan akan selalu terkait konteks. Melalui wacana, seseorang atau sekelompok masyarakat dapat diidentifikasi, bahkan ideologi, kepribadian, dan perilakunya dapat dikenali. Pada kenyataannya, wacana sering dimanfaatkan untuk kepentingan kekuasaan, salah satunya wacana politik. Wacana politik tidak terlepas dari stuktur-stuktur lingual yang menyusunnya. Melalui aspek kebahasaan itulah wacana politik dideksripsikan dan dianalisis untuk mengungkap ideologi dan kekuasaan yang tersembunyi dibalik wacana politik tersebut. Untuk tujuan politik dalam konteks pemilihan kepala daerah, slogan dijadikan sebagai salah satu alat yang ampuh untuk menarik perhatian masyarakat hanya dengan ‗kata-kata‘ demi tujuan utama yakni kemenangan. Pemanfaatan slogan memungkinkan adanya pertarungan secara tidak langsung antarcalon pemimpin maupun antarpemilih. Salah satu bentuk pertarungan yang acapkali tidak disadari dan dipahami oleh masyarakat adalah pertarungan kata. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deksriptif dengan jenis penelitian AWK. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan metode AWK Fairloucgh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pertarungan kata dalam slogan sebagai bagian dari wacana politik pada ranah pemilihan kepala daerah Maluku merepresentasikan: (1) Ideologi paslon sebagai bentuk pemertahanan kekuasaan yang tampak pada struktur lingual akronim dari nama paslon, kalimat imperatif berisi ―promosi‖ sebagai pendukung dan penegasan. (2) Ideologi paslon sebagai bentuk perebutan kekuasaan yang tampak pada akronim dari nama paslon, katakata formal dan informal dengan simbol-simbol kedaerahan,dan rujukan pribadi. (3) Cara pandang pemilih terhadap paslon terkait sinergi janji dan realisasi yang merepresentasikan sikap, karakter, tindakan, serta kinerja paslon dalam memimpin
REDUPLIKASI DALAM BAHASA MELAYU AMBON (KAJIAN MORFOLOGI)
Reduplikasi sebagai proses morfologis memiliki keunikan dari segi performa karena tidak semua kata yang berulang dapat digolongkan kata ulang. Artinya, ada kata-kata yang kelihatannya seperti pengulangan bunyi yang merupakan reduplikasi semu. Selain itu, ada reduplikasi yang terjadi pada bentuk dasar yang merupakan reduplikasi morfologis baik secara utuh/penuh, sebagian/parsial, ataupun dengan perubahan bunyi/variasi fonem. Reduplikasi inilah yang ditemukan dalam BMA. Jadi, data penelitian ini berupa tuturan atau kalimat yang mengandung reduplikasi dalam bahasa Melayu Ambon dengan menggunakan teknik observasi, teknik simak, dan teknik intuisi, dan dianalisis secara deskritif. Bentuk-bentuk reduplikasi morfologis yang dihasilkan prosesnya dapat berupa pengulangan utuh (verba, nomina, adjektiva, adverbia, dan numeralia), pengulangan berimbuhan (ba-, ta-, ma-, dan baku-), pengulangan sebagian berimbuhan (ba-, ta-, dan baku-), serta pengulangan berubah bunyi dan reduplikasi fonologis, berlangsung terhadap dasar yang bukan akar, status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasinya tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna leksikal
PEMERTAHANAN BAHASA SELWASA DI DESA BATU PUTIH KECAMATAN WERMAKTIAN KABUPATEN KEPULAUAN TANIMBAR
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena sosial pemertahanan bahasa di Desa Batu Putih, Kecamatan Wermaktian, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif yang berfokus pada pemertahaan bahasa, yang dilihat berdasarkan penggunaan bahasa pada ranah keluarga, ranah tetangga, ranah tetangga, ranah kerja, ranah agama, ranah adat, dan ranah pendidikan. Untuk pengumpulan data, metode yang digunakan ialah observasi, rekaman, wawancara, kuesioner dan pendokumentasian gambar. Hasil penelitian menunjukan bahwa di Desa Batu Putih persentase bahasa Selwasa tertinggi terlihat pada ranah keluarga, ranah adat dan didukug ranah tetangga. Bahasa Melayu Ambon memiliki persentase terendah jika dibandingkan dengan penggunaan bahasa Selwasa pada ketiga ranah tersebut. Sedangkan menurut usia penutur, penutur GL memiliki persentase tertinggi diikuti GT dan disusul GM dengan persentase terendah. Sedangkan utuk pekerjaan,petani memiliki persentase penggunaan bahasa Selwasa tertinggi dibandingkan persentase penggunaan bahasa Selwasa oleh pekerjaanyang lai. Sehigga dapat dikatakan bahwa bahasa Selwasa masih dipertahankan dengan baik di Desa Batu Putih