3 research outputs found

    A Latest Discovery of Austronesian Rock Art in the North Peninsula of Buano Island, Maluku

    Get PDF
    Gambar cadas merupakan salah satu tradisi yang tertua dan paling banyak tersebar di penjuru dunia. Gambar cadas menjadi bagian dari data penting dalam mempelajari masa lalu, karena gambar cadas kemungkinan mengandung makna pada pemikiran simbolik manusia yang membuatnya. Gambar cadas di Indonesia merupakan budaya yang berlangsung berkesinambungan sejak periode awal gelombang migrasi manusia di Kepulauan Indonesia sekitar puluhan ribu tahun hingga kedatangan penutur budaya Austronesia yang membuka periode Neolitik sekitar ribuan tahun lalu. Gambar cadas di Kawasan Kepulauan Maluku Bagian Tengah pada khususnya secara umum dikenali berciri Tradisi Gambar Austronesia atau lebih dikenal dengan sebutan APT (Austronesian Painting Tradition). Penelitian ini melaporkan temuan baru gambar cadas di di Situs Tanjung Bintang, Pulau Pua, Pesisir Utara Pulau Buano. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dan analitis dalam mendeskripsikan objek motif gambar cadas berdasarkan kajian literatur terkait referensi-referensi yang merujuk pada kajian gambar cadas di Maluku. Penelitian ini mengenali bahwa gambar cadas di Situs Tanjung Bintang berciri Tradisi Gambar Austronesia. Kajian ini merupakan  yang pertama kali melaporkan keberadaan Situs Tanjung Bintang, gambar cadas di Pesisir Utara Pulau Buano, Kepulauan Maluku. Rock art is one of the oldest and most widespread traditions around the world. Rock art is part of essential data in studying the past because rock art has the potential to tell us something of the symbolic concerns of the people that created it. Rock art in Indonesia is a culture that has been ongoing since the early period of the wave of human migration in the Indonesian Archipelago for about tens of thousands of years until the arrival of the Austronesian speaker’s culture who opened the Neolithic period around thousands of years ago. Rock art in the Central Maluku Islands Region in particular, is generally recognized as characterized by the Austronesian Painting Tradition. This research reports new rock art findings at Tanjung Bintang Site, Pua Island, North Coast of Buano Island. This research applies qualitative and analytical methods in describing the object of rock art motifs based on a literature review related to references that refer to the study of rock art in Maluku. This research recognizes that the Tanjung Bintang Site is characterized by the Austronesian Painting Tradition. This study is the first record of the Tanjung Bintang Site rock art in the North Coast of Buano Island, Maluku

    Rock Art at Kel Lein Site, Kaimear Island, Maluku

    Get PDF
    Situs Kel Lein di Pulau Kaimear, Kepulauan Kei, adalah salah satu situs gambar cadas yang baru ditemukan. Situs ini dilaporkan pada 2018 dan dilanjutkan dengan perekaman data intensif pada tahun berikutnya. Berbagai motif seni cadas yang tersebar di sepanjang teras, dinding, dan atap ceruk gua dibagi menjadi tujuh panel. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan dari survei lapangan pada tahun 2018, ditambah data terbaru yang diperoleh pada tahun 2019. Analisis gambar cadas dibagi menjadi beberapa panel di dalam ceruk, terdiri dari tujuh panel. Penelitian ini mencatat 488 motif, yang dikelompokkan menjadi motif figur manusia atau antropomorfik, perahu, alat batu, cap tangan (negatif), jejak kaki, geometris, lingkaran, garis vertikal dan horizontal, wajah atau topeng manusia, ayam atau hewan, tempayan (tembikar), jaring ikan, matahari, bulan, dan panah. Penelitian ini menunjukkan bahwa banyak motif gambar cadas di Situs Kel Lein mengandung berbagai makna. Salah satunya adalah aktivitas manusia yang digambarkan dalam bentuk figuratif. Keragaman motif di Situs Kel Lein menempatkan situs ini pada posisi penting dalam kajian jalur migrasi manusia. Diperkirakan situs ini adalah salah satu lokasi yang cukup ramai disinggahi pada masa lalu. The Kel Lein Site in Kaimear Island, Kei Islands, is a recently discovered rock art site. This site was reported in 2018 and continued with intensive data recording the following year. Various rock art motifs scattered along the terrace, walls, and roof of the niche are divided into seven panels. The approach in this research uses descriptive qualitative. The data collected from a field survey in 2018, plus the latest data obtained in 2019. The rock art analysis is divided into several panels inside the niche, comprising seven panels. This research recorded 488 motifs, grouped into human or anthropomorphic figure, boats, stone tools, hand stencils (negative), footprints, geometric, circles, vertical and horizontal lines, human faces or masks, chickens, jars (pottery), fishing nets, sun, moon, and arrowheads. This research shows that many rock art motifs on the Kel Lein Site show various purposes. One of which is human activity depicted in a figurative form. The diversity of motifs at the Kel Lein Site places this site in a vital position in studying human migration pathways. It is estimated that this site is one of the most visited posts in the past

    Kaimear Island Rock Art Site at Kur Island in West Kei Islands Region, A New Discovery in Eastern Indonesia

    Get PDF
    Situs Rock art di Pulau Kaimear, Kepulauan Kur yang berada di kawasan Kepulauan Kei adalah temuan situs rock art terbaru, dan untuk pertama kalinya dicatat dan dilaporkan oleh Tim Penelitian Balai Arkeologi Maluku pada tahun 2018. Situs rock art di Pulau Kaimear sebelumnya tidak pernah dicatat dan dilaporkan oleh arkeolog di dunia. Temuan rock art Kaimear menambah deretan sejumlah rock art di Kepulauan Maluku yang sebelumnya dilaporkan oleh para arkeolog dari negara luar. Penelitian ini merupakan publikasi terkini terkait dengan penemuan lokasi situs rock art baru di wilayah Maluku. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan penelitian arkeologi melalui survei dan observasi didukung oleh studi pustaka. Penelitian ini juga bersifat penelitian eskploratif yang menindaklanjuti informasi dari masyarakat lokal. Pengumpulan data penelitian ini dengan cara mengambil gambar sejumlah panel rock art dan catatan lapangan yang berisi deskripsi singkat. Berdasarkan hasil analisis data, rock art di Pulau Kaimear termasuk temuan rock art yang masif, dengan jumlah gambar diperkirakan mencapai 400-500 motif gambar pada satu lokasi ceruk tebing cadas yang terjal. Selain bentuk figur manusia dalam berbagai variasi gaya, juga ditemukan bentuk hand stencil, foot stencil, perahu, hewan, lingkaran, dan masih banyak jenis gambar-gambar lain yang belum teridentifikasi. Hasil penelitian cukup menunjukkan pentingnya temuan situs ini, maka perlu ditindaklanjuti penelitian yang lebih sistematis dan intensif guna menunjang upaya pelestarian situs di masa yang akan datang. The Rock art site on Kaimear Island, the Kur Islands in the Kei Islands region was for the first time recorded and reported by the Balai Arkeologi Maluku Research Team in 2018. Archaeologists have never recorded and reported any rock art site on Kaimear Island before. The discovery of Kaimear's rock art adds to the rock art sites in Maluku, which were previously reported by archaeologists from outside the country. This study uses a qualitative descriptive approach based on archaeological research through surveys and observations supported by literature studies. It is also exploratory research that follows up information from local communities. Data collection for this study consisted of taking images of a number of rock art panels and field notes containing a brief description. Rock art on Kaimear Island includes many panels of rock art, with the number of images estimated at 400-500 patterns in a steep rocky niche location. In addition to human figure shapes in various styles, there are also hand stencils, foot stencils, boats, animals, circles, and many other unidentified images. The results of the study establish the importance of the discovery of this site, and that it is necessary to follow up with more systematic and intensive research to support the preservation of the site in the future
    corecore