3 research outputs found

    KENYAMANAN TERMAL KLIMATOLOGIS KOTA-KOTA BESAR DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI)

    Get PDF
    Meningkatnya urbanisasi dan berkurangnya ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan menyebabkan permasalahan pemanasan perkotaan, yaitu fenomena Urban Heat Island (UHI) yang akan berimplikasi kepada tingkat kenyamanan termal yang dapat dirasakan penduduk urban di luar ruangan. Penelitian ini mengkaji tingkat kenyamanan termal secara klimatologis serta kecenderungannya di kota-kota besar di Pulau Sulawesi dengan menggunakan indeks THI. Dua variabel iklim digunakan untuk menghitung indeks THI, yaitu suhu udara rata-rata harian dan kelembapan relatif harian selama periode 1985-2012 di 6 titik pengamatan yang mewakili masing-masing kota. Formula THI yang digunakan adalah formula dengan batas kenyamanan yang telah dimodifikasi untuk iklim tropis. Analisis klimatologis menunjukkan Palu dan Mamuju merupakan kota dengan kandungan uap air yang relatif rendah dengan suhu yang relatif tinggi secara klimatologis jika dibandingkan dengan kota lainnya. Sehingga, kedua kota tersebut memiliki tingkat kenyamanan yang paling rendah dirasakan oleh populasi perkotaan secara berturut yaitu 10,2% dan 24,7%, sedangkan  Manado dan Minahasa Utara merupakan kota yang paling nyaman dengan prosentase, yaitu 31,6 % dan 31,9%. Indeks THI tersebut cenderung mengalami peningkatan kecuali di Mamuju dengan laju terbesar dialami oleh Makassar sebesar 0,03⁰C per tahun atau 0,3⁰C per 10 tahun dengan koefisien determinasi sebesar 41,6%

    Neraca Air Lahan dan Tanaman Padi di Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat pada Tahun 2019

    Get PDF
    The rain season of 2019 in South Manokwari comes late indicating the longer dry period. This condition causes a reduction in the water resources availability resulting in a lack of ground water availability (KAT). Lack of ground water can be an obstacle in the cultivation of food crops, especially rice plants on rain-fed land. To evaluate KAT, a water balance model is used to calculate crop water needs and analyze surpluses and deficits. This study analyzes land and rice crop balance with Thornwaite and Mather models in South Manokwari Regency during 2019. Monthly rainfall data and class A pot evaporation were used to calculate Potential Evapotranspiration (ETP). Soil physical data including field capacity (KL) and permanent withering points (TLP) with fine soil texture are secondaryly obtained. The analysis was conducted for KAT, deficits and surpluses as well as the percentage of water available to plants (ATS). The results showed that agricultural land was still in optimal condition in January – August, while for rice plants was below the optimum KAT since August and reached TLP in October. The surplus only occurred in January – February and April – June with a peak in June of 157.8 mm (land) and 136.8 mm (rice). Groundwater decreased since July and continued to decline until December, marked by moderate to low ATS conditions. Groundwater deficit from August - December requires the supply of irrigation water for agriculture.Musim hujan tahun 2019 di Manokwari Selatan datang terlambat yang berarti periode kemarau menjadi lebih panjang. Kondisi ini menyebabkan ketersedian sumberdaya air menjadi berkurang yang berimbas pada kurangnya ketersediaan air tanah (KAT). Kurangnya air tanah dapat menjadi kendala dalam kegiatan budi daya tanaman pangan khususnya tanaman padi pada lahan tadah hujan. Untuk mengevaluasi KAT digunakan model neraca air untuk menghitung kebutuhan air tanaman serta analisis surplus dan defisit. Penelitian ini menganalisis neraca air lahan dan tanaman padi dengan model Thornwaite and Mather di Kabupaten Manokwari Selatan selama tahun 2019. Data yang digunakan berupa data curah hujan bulanan dan penguapan panci kelas A untuk menghitung Evapotranspirasi Potensial (ETP) tahun 2019. Selain itu, data fisik tanah berupa nilai kapasitas lapang (KL) dan titik layu permanen (TLP) dengan tekstur tanah halus diperoleh secara sekunder. Analisis yang dilakukan adalah analisis ketersediaan air tanah, defisit dan surplus serta persentase air tersedia bagi tanaman (ATS). Hasil penelitian menunjukkan lahan pertanian pada umumnya masih berada pada kondisi yang optimal pada bulan Januari – Agustus, sedangkan untuk tanaman padi mulai Agustus sudah berada dibawah KAT optimum dan mencapai TLP di bulan Oktober. Surplus hanya terjadi pada Januari – Februari dan April – Juni dengan puncaknya terjadi pada bulan Juni sebesar 157.8 mm (lahan) dan 136.8 mm (padi). Air tanah mengalami defisit mulai Juli dan semakin menurun hingga akhir tahun yang ditandai dengan kondisi ATS sedang hingga sangat kurang. Periode defisit status air tanah pada awal Agustus hingga Desember mengharuskan adanya suplai air irigasi untuk kepentingan pertanian

    Kajian Identifikasi Penurunan Tren Curah Hujan, CDD dan CWD di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur

    No full text
    Changes in rainfall can cause a shift in the beginning of the dry season and the rainy season which can have an impact on various sectors, especially agriculture. Therefore, it is necessary to study climate change in the Kupang region, East Nusa Tenggara (NTT) through time series analysis of rainfall which can be identified by trend analysis and Probability Density function (PDF). This study aims to identify the trend pattern of the rain fraction, rainy days (HH), Consecutive Dry Days (CDD) Consecutive Wet Days (CWD) and the distribution of rainfall data in the 1991–2020 (30 years) period in the city of Kupang. The rainfall data used is observational rainfall data at the Kupang Climatology Station. Analysis of annual rainfall trends and rainy days showed an increase in the incidence of rainfall in the low category (0–20 mm)/day. While in the category of rain > 20mm / day it decreased, this caused the trend of the 20mm, 50mm and 100mm rain fractions in Kupang to be negative. The phenomenon of ENSO (El Niño and La Nia) affects the pattern of CDD and CWD in the city of Kupang, CDD and CWD trend analysis shows a downward trend of 0.4496 days / year and 0.054 days / year. PDF of the rainfall during the DJF period in Kupang city shows a significant change in the last 20 years and the chance of 5 rainy days in Kupang city is very high.Perubahan curah hujan dapat menyebabkan pergeseran awal musim kemarau dan musim hujan yang dapat berdampak pada berbagai sektor, terutama pertanian. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian perubahan iklim di wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui analisis deret waktu curah hujan yang dapat di identifikasikan dengan analisis tren dan Probability Density function (PDF). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya pola kecenderungan dari fraksi hujan, hari hujan (HH), Consecutive Dry Days (CDD) Consecutive Wet Days (CWD)  dan distribusi data curah hujan pada rentang waktu 1991–2020 (30 tahun) di wilayah kota Kupang. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan observasi pada Stasiun Klimatologi Kupang. Analisis tren curah hujan tahunan dan hari hujan menunjukkan peningkatan kejadian curah hujan pada kategori rendah (0–20 mm)/hari. sedangkan pada kategori hujan > 20mm / hari mengalami penurunan, hal ini menyebabkan tren fraksi hujan 20mm, 50mm dan 100 mm di Kupang bernilai negatif. Fenomena ENSO (El Niño dan La Niña) mempengaruhi pola CDD dan CWD di Kota Kupang, Analisis trend CDD dan CWD menunjukan tren penurunan sebesar 0.4496 hari / tahun dan 0.054 hari / tahun.  PDF curah hujan periode DJF di Kota Kupang menunjukan perubahan yang signifikan dalam 20 tahun terakir dan peluang terjadi hari hujan selama 5 harian di kota Kupang sangat tinggi
    corecore