34 research outputs found
Pengaruh Perawatan Kompresor Dengan Metode Chemical Wash Terhadap Unjuk Kerja Siklus Turbin Gas Dan Karakteristik Aliran Isentropik Pada Turbin Impuls Ge Ms 6001b Di Pertamina Up III Plaju
Ringkasan Sebuah mesin yang sudah digunakan terlalu lama, maka unjuk kerja mesin tersebut akan turun, untuk mendapatkan unjuk kerja agar tetap terjaga kehandalan dari sebuah mesin, yang dalam hal ini adalah turbin gas, tidak harus dengan mengembalikan kondisi mesin seperti semula seperti dengan mengganti komponen dari turbin gas yang lama dengan yang baru. Salah satu cara untuk mendapatkan unjuk kerja yang tetap optimal yang dihasilkan dari turbin gas adalah dengan perawatan yang dilakukan pada kompresor aksial dengan metode chemical wash. Untuk mengetahui pengaruh perawatan kompresor tersebut terhadap unjuk kerja dari siklus turbin gas maka dilakukan perhitungan efisiensi dari siklus dengan membandingkan antara sebelum dan sesudah perawatan kompresor dengan metode chemical wash dan juga perhitungan karakteristik aliran yang terjadi pada turbin. Berdasarkan perhitungan dan analisa yang dilakukan, kerja aktual kompresor menurun sebesar 11,47 kJ/kg, kerja aktual turbin menurun 10,336 kJ/kg, kerja isentropik kompresor meningkat 6,82 kJ/kg, kerja isentropik turbin turbin menurun 13,460 kJ/kg, efisiensi termal siklus turbin gas mengalami kenaikan efisiensi thermal siklus sebesar 2% dan daya yang dihasilkan siklus meningkat sebesar 124,068 kW. Temperatur stagnasi dan statis yang terjadi tiap tingkat turbin sebelum chemical wash lebih tinggi. Tekanan stagnasi dan statis yang terjadi tiap tingkat turbin sebelum chemical wash lebih rendah
DEVELOPMENT OF AUTO-GENERATING AERODYNAMIC LOADS FOR WING-BOX FINITE ELEMENT MODEL BASED ON SCHRENK METHOD
This paper describes the development of computer application for computing the wing lift distribution and auto-locating each sectional lift force to the appropriate nodes of wing-box finite element model (FEM). In Catia-V5 environment, Visual Basic .Net is intensively utilized to access several Catia's Component Object Models (COMs) by implementing several user interfaces for collecting flight data from user and for linking to the wing-box finite element model that already created in the previous work. The distribution of lift force is governed by Schrenk method, where the distribution is multiplied by limit load factor and safety factors in order to conform to the airworthiness requirement. The lift force is computed for each rib-space area and located on a point of quarter chord called a Handler. Correspondingly each upper wing surface of rib-space called Agent conducts as media to transform each lift force from a handler into their associated nodes of FEM. To demonstrate this work, a hypothetical N250 wing box structures is utilized for a case study. The result of this work is very useful to be utilized for wing design involving aerodynamic and structure analysis
Jejapanan: Pengembangan Pola Musikal pada Ricikan Kenong Japan
Ricikan kenong japan adalah salah satu ricikan yang terdapat pada gendhing gaya Yogyakarta khususnya pada penyajian gendhing soran. Ricikan kenong japan ditabuh pada teknik tabuhannya yang keras sehingga menampilkan rasa gagah wibawa dan agung. Berawal dari ketertarikan pada karakter musikal dan teknik tabuhan pada ricikan kenong japan, penulis membuat karya komposisi yang berjudul Jejapanan. Karya komposisi jejapanan ini merupakan sebuah karya komposisi karawitan yang mengembangkan pola musikal pada ricikan kenong japan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana mewujudkan karya komposisi dengan mengetahui pengertian ricikan kenong japan dan bagian-bagian organnya, serta interpretasinya ke dalam bentuk komposisi Jejapanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Practice as Researtch through Performance (Praktik sebagai Penelitian melalui Pertunjukan) yang terdiri dari pra garap, garap, dan pasca garap. Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ricikan kenong japan menghasilkan karakteristik bunyi yang berbeda, berbagai pola ditabuh pada ricikan kenong japan yang memberikan kesan musikal dalam bentuk sajian karya komposisi. Dalam konsep pengkaryaannya, komposisi ini menggunakan empat ricikan kenong japan yang ada di jurusan karawitan dengan larasan yang berbeda-beda. Selain itu, komposisi ini juga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal untuk bermain ricikan lebih mengutamakan ritmiknya, bagian kedua menggunakan imitasi kendangan, dan bagian terakhir menggunakan vokal bersama.  Jajapanan: Development of Musical Patterns in Ricikan Kenong JapanRicikan kenong japan is one of the instrumen found in gendhing with Yogyakart’s style, especially in the representation of gendhing soran. The ricikan kenong japan is played with a loud technique that presents a sense of dignity and majesty. Started from the interest in the musical character and techniques of the ricikan kenong japan, the writer created a work entitled Jejapanan. Jejapanan is a musical composition work that develops musical patterns on ricikan kenong japan. The purpose of this research is to find out how to create a work by knowing the meaning of ricikan kenong japan and its parts, as well as its interpretation into the form of Jejapanan composition. The method used in this research is Practice as Research through Performance, which consists of pre-work, work, and post-work. Through this research, it can be concluded that ricikan kenong japan produces different sound characteristics, and the various patterns beaten on ricikan kenong japan give a musical impression in the form of compositional. In the work concept, this composition uses four ricikan kenong japan in the karawitan departement with different tunings. In addition, to play this instrumen, it is also divided into three parts, namely the initial part prioritizes the rhythm, the second part uses kendangan imitation, and the last part uses join vocals
Recommended from our members
Socializing One Health: an innovative strategy to investigate social and behavioral risks of emerging viral threats
In an effort to strengthen global capacity to prevent, detect, and control infectious diseases in animals and people, the United States Agency for International Development’s (USAID) Emerging Pandemic Threats (EPT) PREDICT project funded development of regional, national, and local One Health capacities for early disease detection, rapid response, disease control, and risk reduction. From the outset, the EPT approach was inclusive of social science research methods designed to understand the contexts and behaviors of communities living and working at human-animal-environment interfaces considered high-risk for virus emergence. Using qualitative and quantitative approaches, PREDICT behavioral research aimed to identify and assess a range of socio-cultural behaviors that could be influential in zoonotic disease emergence, amplification, and transmission. This broad approach to behavioral risk characterization enabled us to identify and characterize human activities that could be linked to the transmission dynamics of new and emerging viruses. This paper provides a discussion of implementation of a social science approach within a zoonotic surveillance framework. We conducted in-depth ethnographic interviews and focus groups to better understand the individual- and community-level knowledge, attitudes, and practices that potentially put participants at risk for zoonotic disease transmission from the animals they live and work with, across 6 interface domains. When we asked highly-exposed individuals (ie. bushmeat hunters, wildlife or guano farmers) about the risk they perceived in their occupational activities, most did not perceive it to be risky, whether because it was normalized by years (or generations) of doing such an activity, or due to lack of information about potential risks. Integrating the social sciences allows investigations of the specific human activities that are hypothesized to drive disease emergence, amplification, and transmission, in order to better substantiate behavioral disease drivers, along with the social dimensions of infection and transmission dynamics. Understanding these dynamics is critical to achieving health security--the protection from threats to health-- which requires investments in both collective and individual health security. Involving behavioral sciences into zoonotic disease surveillance allowed us to push toward fuller community integration and engagement and toward dialogue and implementation of recommendations for disease prevention and improved health security
Socializing One Health: an innovative strategy to investigate social and behavioral risks of emerging viral threats
In an effort to strengthen global capacity to prevent, detect, and control infectious diseases in animals and people, the United States Agency for International Development’s (USAID) Emerging Pandemic Threats (EPT) PREDICT project funded development of regional, national, and local One Health capacities for early disease detection, rapid response, disease control, and risk reduction. From the outset, the EPT approach was inclusive of social science research methods designed to understand the contexts and behaviors of communities living and working at human-animal-environment interfaces considered high-risk for virus emergence. Using qualitative and quantitative approaches, PREDICT behavioral research aimed to identify and assess a range of socio-cultural behaviors that could be influential in zoonotic disease emergence, amplification, and transmission. This broad approach to behavioral risk characterization enabled us to identify and characterize human activities that could be linked to the transmission dynamics of new and emerging viruses. This paper provides a discussion of implementation of a social science approach within a zoonotic surveillance framework. We conducted in-depth ethnographic interviews and focus groups to better understand the individual- and community-level knowledge, attitudes, and practices that potentially put participants at risk for zoonotic disease transmission from the animals they live and work with, across 6 interface domains. When we asked highly-exposed individuals (ie. bushmeat hunters, wildlife or guano farmers) about the risk they perceived in their occupational activities, most did not perceive it to be risky, whether because it was normalized by years (or generations) of doing such an activity, or due to lack of information about potential risks. Integrating the social sciences allows investigations of the specific human activities that are hypothesized to drive disease emergence, amplification, and transmission, in order to better substantiate behavioral disease drivers, along with the social dimensions of infection and transmission dynamics. Understanding these dynamics is critical to achieving health security--the protection from threats to health-- which requires investments in both collective and individual health security. Involving behavioral sciences into zoonotic disease surveillance allowed us to push toward fuller community integration and engagement and toward dialogue and implementation of recommendations for disease prevention and improved health security
Analisis Troubleshooting Sistem Ac Pada Mobil Toyota Great Corolla Tipe 4a-fe
Sistem AC pada kendaraan merupakan suatu sistem yang penting dalam kendaraan khususnya mobil. Menjaga Kenyamanan pengendara dan penumpang adalah fungsi dari sistem ini. Pemakaian dalam jangka yang lama menyebabkan perlu adanya monitoring dan perbaikan pada sistem tersebut. Terlebih lagi kasus Sistem AC yang terdapat pada Mobil Toyota Great Corolla Tipe 4A-FE yang notabene adalah mobil lawas keluaran tahun 1994 – 1996. Perawatan (maintenance) dan perbaikan (service) adalah metode yang digunakan dalam menangani masalah menurunnya atau rusaknya Sistem AC pada kendaraan. Tentunya langkah perawatan dan perbaikan harus dilakukan dengan kaidah troubleshooting yang benar. Dalam troubleshooting ada istilah diagnosis, yaitu langkah penemuan gejala kerusakan jika ada dan penentuan pemeriksaan untuk menemukan solusi permasalahan yang ada. Pemerikasaan tersebut dapat dilakukan dengan memeriksa komponen – komponen utama dalam Sistem AC menggunakan alat ukur feeler gauge pada kompresor dan multimeter pada kopling magnetik serta evaporator apakah masih berfungsi normal sesuai standar yang ada di dalam buku manual pedoman perawatan dan perbaikan Sistem AC kendaraan. Setelah hal tersebut ditemukan, kemudian langkah perbaikan dapat dilaksanakan. Hasil nilai tahanan koil kopling magnetik diperoleh 3,9 Ohm dan celah kopling magnet diperoleh 0,5 mm. Hasil nilai tahanan pada instalasi blower pada tiga varian kecepatan yaitu posisi low 2,6 Ohm, posisi medium 0,7 Ohm, dan posisi high 0 Ohm sedangkan nilai tahanan pada motor blower sebesar 4 Ohm. Hasil pengukuran diperoleh masih dalam batas servis atau masih dalam rentang standar berdasarkan buku manual Toyota Great Corolla Tipe 4A-FE. Oleh karena itu tidak ditemukan permasalahan pada sistem AC tersebut dan dapat disimpulkan bahwa kondisi sistem AC pada Mobil Toyota Great Corolla Tipe 4A-FE tersebut masih dalam kondisi normal dan layak untuk digunakan. Tidak dilakukan langkah perbaikan pada Sistem AC ini hanya saja dilakukan perawatan berkala untuk memastikan semua komponen dalam kondisi normal
Pendekatan Saintifik dalam Perspektif Teori Belajar Vygotsky
Diterapkannya Kuruikulum 2013 mengharuskan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merubah paradigma bahwa peran guru dalam pembelajaran harus berkurang, hal ini sesuai dengan teori belajar Vygotsky mengenai Scaffolding. Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki irisan dengan teori belajar Vygotsky. Bahwa di dalam pendekatan saintifik perlu adanya lingkungan social yang baik sangat sesuai dengan teori yang dikembangkan Vygotsky. Teory Vygotsky yang terkenal salah satu diantarnaya mengenai scaffolding. Teori ini sangat berhubungan sekali dengan pendekatan saintifik bahwa peran guru dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus menjadi Fasilitator melalui bimbingan kepada siswanya