3 research outputs found

    Characterization of Banana Peel Corrosion Inhibitor by Vacuum Microwave Assisted Extraction (VMAE) Method in 2% HCl Environment

    Get PDF
    Banana peel is a waste that is very abundant in Indonesia. The utilization of banana peel can be used for corrosion inhibitors. The type of environment applied in this study is an acidic environment, which is carried out in 2% HCl solution media. The purpose of this study is utilize banana waste extract obtained from the VMAE method. The extract was obtained by VMAE method at 150 watts, 300 watts and 450 watts for 10 minutes using ethanol solvent. The ratio of feed and solvent used was 1:10 (b/v). The results of the extract were subjected to phytochemical tests using Dragendroff, Wagner and Mayer reagents. After that, the extract was applied to the media for corrosion rate test and GC-MS. The results of the study showed that the lowest corrosion rate was obtained at a concentration of 1500 ppm non-aerated which was 0.7347 mmpy. While based on the GC-MS test results, terpenoid compounds and vitamin E can be detected from banana peel extract, where these two compounds are antioxidant substances that can be utilized as corrosion inhibitors

    PENGARUH KONSENTRASI GARAM TERHADAP VISKOSITAS SABUN CAIR BERBASIS SURFAKTAN ANIONIK

    No full text
    Sabun cair merupakan salah satu jenis pembersih yang cukup banyak digunakan di dalam aspek kehidupan. Material ini berfungsi sebagai bahan penghilang kotoran dan lemak pada berbagai perkakas. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk dasar pengaturan viskositas sabun cair bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Surfaktan Sodium Lauril Sulfat (SLS) digunakan sebagai bahan baku utama dan garam NaCl sebagai pengatur viskositas. Konsentrasi NaCl yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari 0.45 % wt hingga 2.2% wt. Metode yang digunakan adalah metode reaksi batch. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan viskositas sabun cair dari 300 cps hingga 5000 cps. Oleh karenanya, pengaturan viskositas dapat dilakukan dengan menggunakan konsentrasi garam sesuai kebutuhan

    PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN BAMBU TALI (Gigantochloa apus) SEBAGAI ZAT ANTIBAKTERI PADA KAIN KAPAS

    No full text
    Kain kapas merupakan kain yang terbuat dari serat alam yang masih masif digunakan karena memiliki beberapa kelebihan. Akan tetapi, kain kapas juga memiliki kekurangan yaitu adanya kemungkinan menjadi tempat berkembangnya bakteri. Hal tersebut dapat diatasi dengan proses penyempurnaan antibakteri sehingga diperoleh kain yang memiliki ketahanan terhadap bakteri. Ekstrak daun bambu tali (Gigantochloa apus) dapat dimanfaatkan sebagai zat antibakteri karena mengandung senyawa fenol, alkaloid, dan flavonoid yang berpotensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Penyempurnaan antibakteri dilakukan menggunakan larutan penyempurnaan yang terdiri dari ekstrak daun bambu tali, zat pengikat silang yang divariasikan yaitu asam sitrat dan binder GSL, dan katalis. Metode penyempurnaan yang digunakan yaitu metode pad-dry-cure dengan WPU sebesar 80% dan suhu pemanas-awetan yang divariasikan pada suhu 160°C dan 170°C. Pengujian yang dilakukan pada kain tersebut ialah pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli dan pengujian sifat fisika kain meliputi kekuatan tarik dan mulur kain dan kekuatan sobek kain metode Elmendorf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun bambu tali dengan zat pengikat silang asam sitrat yang diaplikasikan pada kain kapas memiliki aktivitas antibakteri yang cukup dengan diameter zona hambat yang terbentuk sebesar 6 mm. Selain itu, penyempurnaan antibakteri ini tidak menyebabkan perubahan sifat fisika kain (kekuatan tarik, mulur kain, dan kekuatan sobek) yang signifikan secara statistika
    corecore