73 research outputs found
PENGARUH VARIASI ELEKTRODA PENGELASAN SMAW PADA BAJA AISI SS201 TERHADAP HASIL UJI TARIK
Salah satu masalah yang timbul dalam penggunaan elektroda las ialah mendapatkan sensitivitas terhadap retak las yang rendah. Retak las terjadi dengan mudah pada baja karbon sedang, karena cenderung mempunyai rambatan untuk retak yang disebabkan oleh hidrogen, sehingga perlu digunakan elektroda las dengan kandungan hydrogen rendah. Untuk alas an ini, AWS menyediakan nilai kandungan hidrogen yang rendah, untuk pembentukan logam las yang kekuatan mekaniknya tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan elektroda E 6010 dan E6013 terhadap pengaruh penggunaan dan hasil uji kekuatan Tarik pada logam baja AISI SS201 dengan metode pengelasan SMAW. Dari hasil penelitian didapat bahwa pengujian tarik dimana elektroda E6010 memiliki kekuatan tarik sebesar 33.18 N/mm². Untuk elektroda E 6013 memiliki kekuatan tarik lebih rendah dari pada elektroda E 6010 sebesar 31,19 N/mm2. Dari nilai kekuatan tarik di atas pengelasan beda logam AISI 201 memiliki nilai kekuatan tarik tertinggi pada elektroda AWS E 6010. Dimana dari hasil uji tarik dihasilkan perpatahan specimen pada logam induk baja, dikarenakan pada baja terdapat kandungan AISI SS 201 sebesar C = 0,15%; Cr = 16%; Ni = 3,5%; Si =0,75%; Mn=5,5%; P=0,06%; S=0,03%; N=0,25%
The Right of Privacy and Freedom of the Press: The Concept of Legal Justice in Indonesia
This study aims to describe the problems faced by the party who feels aggrieved or impaired by his personal rights due to media coverage. The dilemma arises because based on the legal system of the press, the media are given protection from lawsuits. This is to guarantee the position of freedom of the press in a democratic system. However, the impact that has been caused due to defamation cannot be resolved simply by using the right of reply. This study aims to explore how legal mechanisms provide justice for victims due to media behavior in line with the principle of press freedom in Indonesia. The results show that the Indonesian Press Law does not have a clear system of legal liability. The rule of conduct in the Press Law is absolutely not regulated. Thus, the right of reply that is contained in the media consciousness or "order" of the Press Council is not a binding and final decision because the Press Council's body only gives an opinion. Violation of the ethics of the press should not only have a moral sanction but also a legal sanction with all its consequences
PEMESINAN RAMAH LINGKUNGAN PADA INDUSTRI PEMESINAN LOGAM
Pemesinan produk adalah aktifitas utama pada industri pemesinan logam, pada umumnya industri logam kecil dan menegah masih menggunakan cairan pendingin pada saat melakukan pemesinan terhadap produk dengan tujuan untuk mendapatkan umur pahat yang panjang dan tingkat kekasaran permukaan termesin yang rendah, namun pada sisi kesehatan operator dan keselamatan lingkungan hidup penggunaan cairan pemotongan logam memberikan dampak yang sangat buruk. Pada tulisan ini akan ditunjukkan hasil pemesinan dengan teknologi lama (dengan cairan pemesinan) dan hasil pemesinan dengan teknologi ramah lingkungan (tanpa cairan pemesinan).Pada bagian akhir tulisan ini ditampilkan perbandingan produktifitas prosess pemesinan di industri logam yang menggunakan teknologi lama dengan produktifitas proses pemesinan hasil eksperimen (teknologi baru)
PERFORMANSI HASIL PAHAT KARBIDA TIN PADA PROSESBUBUT DENGAN PEMESINAN HIJAU BAJA TEW 6582
Kini pemesinan basah masih diaplikasikan tetapi memiliki dampak terhadap biaya, kesehatan dan lingkungan. Penelitian dengan tujuan mengetahui kemampumesinan baja TEW 6582 dengan pemesinan hijau.Pahat dan parameter pemotongan dipilih untuk mengkajihasil performansi pahat tentang pertumbuhan aus pahat, ragam kegagalan pahat, mekanisme aus pahat,umur pahat dan merumuskan umur pahat menggunakan model matematika. Untukkeausan tepi (VB) 0,1 mm, 0,3 mm dan 0,6 mm dapat dihasilkan sembilan sampel uji pahat hasil pemesinan hijau menggunakan mikroskop optik dengan kecepatan potong (V) 200 m/min, 250 m/min, 300 m/min, pemakanan (f) 0,15 mm/r, 0,2 mm/r, 0,25 mm/r dan kedalaman potong (a) 1 mm, 1,5 mm, 2 mm. Untuk mengkaji pahatdigunakan SEM kemudian data eksperimen diolah dan dianalisa dengan metode Taguchi L9 (34). Keausan pahat karbida TiN dipengaruhi oleh parameter potong, suhu dan geometri pahat. Hasil pemotongan optimum diperoleh dengan pemesinan hijau pada kecepatan potong 200 m/min, kedalaman potong 0,1 mm, pemakanan 0,15 mm/rev dan sudut potong 6o . Kondisi pemotongan memberikan umur pahat sebesar 2434 detik. Bila kondisi pemotongan ini dilakukan dengan pemesinan basah didapati bahwa umur pahat 2520 detik. Perbedaan umur pahat antara pemesinan hijau dan basah tidak signifikan jadi sangat menjanjikan pemesinan hijau diaplikasikanpada industi manufaktur dan otomotif
APLIKASI PEMESINAN KERING DENGAN MENGKAJI PERMUKAAN TERMESIN BAJA TEW 6852 DIBUBUT MEMAKAI PAHAT KARBIDA BERLAPIS
Sampai saat ini pemesinan basah masih dilakukan dalam dunia industri pemotongan logam, yang mana para pakar pemesinan berupaya untuk mereduksi penggunaan coolant agar dapat diperoleh manfaatnya untuk lingkungan, ekonomi dan keselamatan kerja operator. Tujuan riset untuk mendapatkan parameter pemotongan terdiri dari kecepatan potong, pemakanan dan kedalaman potong dimana memiliki suatu peluang besar bagi terwujudnya konsep pemesinan kering pada bahan baja TEW 6582 mengkaji kekerasan dan kekasaran permukaan. Untuk 9 sampel baja TEW 6582 dilakukan pada operasi pemesinan kering pada kecepatan potong 200 m/min, 250 m/min, 300 m/min; pemakanan 0.15 mm/r, 0,2 mm/r, 0,25 mm/r dan kedalaman potong 1 mm, 1,5 mm, 2 mm. Dengan variasi setiap parameter pemotongan ini maka variasi keausan tepi pahat (VB) adalah 0,1 mm, 0,3 mm dan 0,6 mm. Baja TEW 6582 hasil pemesinan, dipilih pada parameter pemotongan optimum pada pemesinan basah dan kering. Untuk mengkaji permukaan termesin diuji dengan menggunakan alat ukur Surface Test, Mikroskop optik propilo meter, Microhardness Test . Data permukaan termesin kering dan basah untuk kekerasan permukaan yang optimum diperoleh 263 HV dan 293 HV untuk pemesinan kering sedangkan pemesinan basah 259 HV dan 281 HV. Perolehan permukaan termesin untuk kekasaran permukaan adalah 1,7 µm, 2,5 µm dan 3,1 µm untuk pemesinan kering sedangkan yang dilakukan dengan pemesinan basah diperoleh hasilnya masing-masing adalah 2,1 µm, 3,2 µm dan 3,9 µm. Jadi pemotongan paling optimum diperoleh kekerasan HV 293 yang menghasilkan kekasaran permukaan 3,1 µm . Dapat disimpulkan bahwa pemesinan kering memberikan kualitas permukaan hasil pemesinan lebih baik dari pemesinan basah berdasarkan cara statistik dengan menggunakan bentuk Standar Array L9 (34) . Pengamatan melalui grafik-grafik dari data hasil ekperimen pemesinan basah dan pemesinan kering diperoleh suatu peluang yang baik kemungkinan dapat diaplikasikan suatu teknologi pemesinan kering dalam industri pemotongan loga
ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA CEROBONG ASAP DENGAN METODA ELEMEN HINGGA
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mencari solusi terhadap permasalahan pindahan panas pada berbagai material teknik. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode elemen hingga (MEH). Para pakar software telah membuat beberapa software untuk memudahkan perhitungan pada metode elemen hingga, antara lain Nastran, Katia , Ansys,SAP, dll. Dalam tulisan ini akan ditunjukkan analisa rampatan panas pada Cerobong Asap menggunakan salah satu software metode elemen hingga
PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PEMBUBUTAN BAJA AISI 1040 PAHAT KARBIDA BERLAPIS
Kekasaran permukaan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai kualitas hasil pemesinan. Kekasaran Permukaan beda kerja termesin merupakan salah satu parameter yang sangat penting dalam pemesinan logam, karena hal ini berkaitan dengan gesekan, keausan, sistem pelumasan dan lainnya setiap benda kerja. Pada tulisan ini akan dilakukan pengukuran kekasaran permukaan akibat kecepatan potong yang berbeda – beda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecepatan potong terhadap kekasaran permukaan hasil pemesinan baja AISI 1040 menggunakan pahat karbida berlapis. Dari hasil pengukuran diperoleh kekasaran permukaan terhalus =1,138 µm pada Vc = 215 m/menit dan permukaan terkasar = 1,628 µm pada Vc = 150 m/menit
PENGARUH KUAT ARUS PADA KEKUATAN TARIK ALUMINIUM 6061 DENGAN PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS (TIG)
Arus las juga akan berdampak pada masukan panas yang terjadi, kekuatan tarik bisa didapatkan secara maksimal jika masukan panas tidak terlalu tinggi dan tidak juga terlalu rendah. Masukan panas yang cukup akan membuat weld metal dan base metal berdifusi dengan baik dan diharapkan tidak menyebabkan cacat pada hasil las-lasan. Rentang arus las yang tepat ditentukan berdasarkan ketebalan logam induk, diameter elektroda las, macam-macam sambungan dan posisi pengelasan. Oleh karena itu, pengaturan kuat arus sangat penting sebelum memulai proses pengelasan. Arus yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kawat inti elektroda las mengalami kelebihan panas selama proses pengelasan menyebabkan takikan dan tampilan rigi-rigi las yang buruk. Sebaliknya arus las yang terlalu rendah cenderung menyebabkan penumpukan memungkinkan terjadinya cacat-cacat las seperti kurang penembusan dan pemasukan terak sehingga mengakibatkan menurunya sifat fisis dan mekanis pada hasil lasan.Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kuat arus pada pengelasan TIG terhadap kualitas kekuatan tarik alumunium 6061. Pada hasil penelitian ini didapat Nilai tegangan tarik (s) rata-rata pada arus 130 amper adalah 148,57 N/mm2 160 amper adalah 169,85 N/mm2 dan 190 amper. Nilai regangan (e) rata-rata pada arus pengelasan 130 amper adalah 11.39%, 160 amper adalah 12,42 % dan 190 amper adalah 13,31%. Nilai modulus elastisitas (E) rata-rata arus pengelasan 130 amper adalah 13.95 N/mm2, 160 amper adalah 14,92 N/mm2 dan 190 amper adalah 13,16 N/mm2. Hasil pengujian kekuatan tarik menunjukan bahwa nilai tegangan tarik dan regangan sambungan las TIG pada aluminium 6061 dipengaruhi oleh arus las, semakin besar daerah leleh dan arus pengelasan maka semakin besar kekuatan tarik dan regangan tarik
ANALISA PENGARUH CACAT PRODUKSI TERHADAP EFISIENSI BLOW MOLDING PLANT PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI
Cetak tiup (blow molding) merupakan salah satu proses manufaktur yaitu mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Blow molding merupakan salah satu bagian dari divisi produksi PT Pacific Medan Industri yang mengolah resin jenis HDPE (high density polyethylene) menjadi produk berupa jerigen, selanjutnya jerigen akan masuk ke bagian filling plant untuk dilakukan pengisian minyak untuk selanjutnya dilakukan proses packing untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri walaupun luar negeri, prinsip kerja blow molding plant PT Pacific Medan Industri adalah diawali dengan masuknya material ke dalam hopper untuk dilakukan pemanasan di dalam screw extruder, lalu material akan turun untuk kemudian mold akan menjepit lelehan resin tersebut kemudian di tiup dengan bantuan blow pin untuk mengisi material ke seluruh sisi mold lalu dilanjutkan dengan proses post-cooling yang kemudian sisa material akan putus karena punching handle untuk kemudian produk selesai di produksi untuk di cek kualitas jerigen yang dihasilkan
- …