5 research outputs found

    Analisa Pengaruh Variasi Sudut Skew Propeller B-Series Terhadap Performa Dan Kavitasi Menggunakan Metode Computational Fluid Dinamic

    Full text link
    Pencapaian efisiensi setinggi mungkin dari propeller sangat dibutuhkan untuk memnimalisir bahan bakar. Namun hal tersebut dibatasi oleh terjadinya kavitasi, getaran, kebisingan dan kekuatan material yang dimiliki propeller. Dengan demikian perlu dilakukan suatu terobosan baru dalam mendesain atau memodifikasi bentuk propeller untuk mencapai performa yang maksimal. Salah satu modifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan merubah sudut skew. Propeller B-Series merupakan salah satu propeller yang sering digunakan dan memliliki data geometri yang cukup lengkap. Kavitasi merupakan hal yang harus diperhatikan karena akan memanifestasikannya menjadi kebisingan, getaran, dan erosi pada blade propeller. Dari modifikasi sudut skew tersebut akan dianalisa dengan metode CFD (Computational Fluid Dinamics) bagaimana hubungan antara performa dan hasil kavitasi dari berbagai variasi yang telah dilakukan. Sehingga nantinya dapat diketahui bentuk sudut skew yang menghasilkan performa yang maksimal dan kavitasi rendah. Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut skew maka nilai dari thrust dan torsi semakin menurun, namun hal ini berbanding terbalik terhadap nilai efisiensi yang mengalami trendline naik dengan semakin besarnya sudut skew. Sudut skew yang mempunyai nilai thrust, torsi, dan efisiensi yang paling besar adalah pada sudut skew 0⁰. Performa yang dihasilkan adalah thrust sebesar 1930,979 kN (meningkat 7,1%), torsi sebesar 2726,358 kNm (meningkat 4,13%), dan efisiensi sebesar 0,71 (meningkat 2,8%) dibanding dengan sudut skew original. Sudut skew yang mempunyai nilai thrust dan torsi yang paling kecil adalah pada sudut skew 60⁰. Performa yang dihasilkan adalah thrust sebesar 1501,4 kN (menurun 16,6%), torsi sebesar 2153,6 kNm (menurun 17,7%), dan efisiensi sebesar 0,669 (meningkat 1,28%) dibanding dengan sudut skew original. Meningkatkan besar sudut skew dapat memperkecil potensi kavitasi pada sudut skew tertentu. Sudut skew yang memiliki nilai thrust, torsi, dan efisiensi yang cukup tinggi dan memliki potensi kavitasi yang cukup rendah adalah pada sudut skew 0⁰. ================================================================================================ Achieving the highest possible efficiency from a propeller is needed to minimize fuel. However, this is limited by the occurrence of cavitation, vibration, noise and material strength possessed by propellers. Thus it is necessary to do a new breakthrough in designing or modifying the shape of the propeller to achieve maximum performance. One modification that can be done is to change the skew angle. Propeller B-Series is a propeller that is often used and has a fairly complete geometry data. Cavitation is something that must be considered because it will manifest into noise, vibration and erosion in the propeller blade. The modification of the skew angle will be analyzed using the CFD (Computational Fluid Dynamics) method of how the relationship between performance and cavitation results from the various variations that have been made. So that later it can be known that skew angles produce maximum performance and low cavitation. From the simulation results it can be concluded that the greater the skew angle, the value of the thrust and torque are decrease, but this is inversely proportional to the value of efficiency that has an upward trendline with the greater angle of skew. Skew angle that has the greatest thrust value, torque, and efficiency is at the skew angle 0⁰. The resulting performance is thrust of 1930.979 kN (increase 7.1%), torque of 2726,358 kNm (increase 4.13%), and efficiency of 0.71 (increase 2.8%) compared to the original skew angle . Skew angle that has the smallest thrust and torque value is at the skew angle 60⁰. The resulting performance is thrust of 1501.4 kN (decrease 16.6%), torque of 2153.6 kNm (decrease 17.7%), and efficiency of 0.669 (increase 1.28%) compared to the angle of the original skew. Increasing the skew angle can reduce the potential of cavitation at certain skew angles. The skew angle which has a thrust value, torque, and efficiency that is quite high and has a fairly low cavitation potential is at the skew angle 0⁰

    Sistem Propulsi Dinamis untuk Penilaian Kinerja dan Perilaku Berhenti Kapal Berdasarkan Standar Manuver IMO

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan membuat program simulasi komputer sistem propulsi dinamis untuk penilaian kemampuan dan perilaku manuver berhenti kapal berdasarkan standar manuver IMO. Program simulasi komputer mengembangkan algoritma DTGM yang diadaptasikan untuk gerak manuver kapal tiga derajat kebebasan. Algoritma program simulasi komputer mengembangkan formula sebelumnya dengan adanya penambahan faktor konversi pada lateral force dan yaw moment. Evaluasi penilaian kemampuan manuver berhenti kapal telah dilakukan dengan hasil jangkauan lintasan pada kondisi Full Sea Ahead (FSAH) adalah 15.1 L, Full Ahead (FAH) adalah 12.4 L, dan kondisi Half Ahead (HAH) adalah 9.18 L. Evaluasi perilaku berhenti kapal mendapatkan hasil side reach masing-masing pada kondisi FSAH, FAH, HAH adalah 0.0001611 L, 0.0001633 L, dan 0.0001626 L. Nilai head reach yang diperoleh sama dengan jangkauan lintasan yang telah dievaluasi pada penilaian kemampuan manuver berhenti kapal untuk semua kondisi dengan waktu berhenti kapal adalah 11.5 menit (FSAH), 10.28 menit (FAH), dan 8.65 menit (HAH). Berdasarkan standar manuver IMO dengan maksimal jarak jangkauan lintasan sebesar 15 L, pada kondisi FSAH belum memenuhi kriteria, sedangkan pada kondisi FAH dan HAH telah memenuhi kriteria. Berdasarkan hasil penilaian kemampuan dan perilaku berhenti kapal program simulasi komputer sudah sesuai dengan trendline dari benchmark data yang telah direkomendasikan oleh ITTC. ===================================================================================================== This study aims to create a computer simulation program for a dynamic propulsion system for assessing the capability and behavior of ship stopping maneuvers based on IMO maneuvering standards. The computer simulation program developed a DTGM algorithm adapted for ship maneuvers of three degrees of freedom. The computer simulation program algorithm developed the previous formula by adding a conversion factor for the lateral force and yaw moment. The evaluation of the ship's stopping maneuverability assessment has been carried out with the results of the trajectory range in Full Sea Ahead (FSAH) conditions of 15.1 L, Full Ahead (FAH) of 12.4 L, and Half Ahead (HAH) conditions of 9.18 L. Evaluation of ship stopping behavior obtained results side reach in conditions of FSAH, FAH, HAH are 0.0001611 L, 0.0001633 L, and 0.0001626 L, respectively. The head reach value obtained is the same as the trajectory range that has been evaluated on the ship's stopping maneuverability assessment for all conditions with a ship stop time of 11.5 minutes (FSAH), 10.28 minutes (FAH), and 8.65 minutes (HAH). Based on the standard IMO maneuver with a maximum trajectory distance of 15 L, the FSAH condition does not meet the criteria, while in the FAH and HAH conditions it meets the criteria. Based on the results of the assessment of the capability and behavior of stopping ships, the computer simulation program is in accordance with the trendline of benchmark data recommended by ITT

    Konsep Desain Katamaran Unmanned Surface Vehicle (USV) untuk Pengukuran Batimetri di Perairan Indonesia

    Full text link
    Perkembangan Unmanned Surface Vehicle (USV) di perairan Indonesia mulai berkembang dan didominasi untuk keperluan militer sebagai pengawasan wilayah perairannya. Penggunaan USV juga digunakan untuk keperluan sipil untuk survey hidrografi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat konsep desain USV katamaran yang memiliki stabilitas lebih baik untuk keperluan survey. Pertimbangan stabilitas diperhitungkan untuk memperoleh kapal yang stabil guna menghindari pengaruh angin dan arus saat melakukan survey. Kapal ini menggunakan bahan HDPE, dengan panjang (L) kapal 1.00 meter; lebar (B) 0.9 meter; tinggi (H) 0.44 meter dan koefisien blok (Cb) 0.38 kapal ini memiliki stabilitas yang baik pada kondisi pembebanannya. Kapal ini memiliki berat lambung dan komponen sebesar 46 kg dan mampu beroperasi dengan kecepatan 7 knot. Dengan dimensi dan kecepatan diatas kapal ini dapat digunakan sebagai alat pendukung keperluan survey batimetri di perairan Indonesia

    Conceptualizing Floating Logistics Supporting Facility as Innovative and Sustainable Transport in Remote Areas: Case of Small Islands in Indonesia

    Full text link
    Transportation is the main component that ensures the optimal distribution of goods in the maritime logistics system of small Islands. Therefore, this research developed a Floating Logistics Supporting Facility (FLSF) to overcome the logistics problems on small Islands by implementing sustainable operational systems. The research samples used were Nias, Kisar, and Sangihe Islands in Indonesia, with dimension, propulsion, operation, and mooring utilized as the four primary considerations. An FLSF was applied as a floating terminal capable of accommodating loading and unloading operations, ship mooring, cargo storage, stacking, and dooring services. The result showed that an FLSF can be applied to logistics activities while considering the safety aspects and related regulations. Based on the results, the FLSF can improve the quality of sustainable logistics operations and increase economic growth in remote islands

    Conceptualizing Floating Logistics Supporting Facility as Innovative and Sustainable Transport in Remote Areas: Case of Small Islands in Indonesia

    Full text link
    Transportation is the main component that ensures the optimal distribution of goods in the maritime logistics system of small Islands. Therefore, this research developed a Floating Logistics Supporting Facility (FLSF) to overcome the logistics problems on small Islands by implementing sustainable operational systems. The research samples used were Nias, Kisar, and Sangihe Islands in Indonesia, with dimension, propulsion, operation, and mooring utilized as the four primary considerations. An FLSF was applied as a floating terminal capable of accommodating loading and unloading operations, ship mooring, cargo storage, stacking, and dooring services. The result showed that an FLSF can be applied to logistics activities while considering the safety aspects and related regulations. Based on the results, the FLSF can improve the quality of sustainable logistics operations and increase economic growth in remote islands
    corecore