2 research outputs found

    Relationship of qSOFA values to gastric perforation patients in A. W. Sjahranie General Hospital, Samarinda, Indonesia

    Get PDF
    Background: Authors hypothesized the qSOFA score would be useful in sepsis patients caused by gastric perforation. The present study investigated the relationship of qSOFA value to outcome of patients with gastric perforation in Samarinda.Methods: This research was analytical, descriptive research method using cross-sectional study design 70 patients. Data analysis was obtained to see the relationship between age, gender, vital sign qSOFA and survival in gastric perforation patients.Results: Mean systolic blood pressure was significantly higher in subjects who lived than those who died, i.e. 105.5 vs 92.5 (p <0.001). Mean diastolic blood pressure was significantly higher in subjects who lived than those who died, ie 80.0 vs 66.8 (p <0.001). The respiration rate was significantly lower in subjects who lived than those who died, namely 22.9 vs 24.6 (p <0.001). The mean GCS score was significantly higher in subjects who lived than those who died, ie 14.2 vs 12.2 (p <0.001).Conclusions: The higher the qSOFA score in the study subjects with gastric perforation, the higher the mortality rate. There was a relationship between the qSOFA value and the outcome of patients with gastric perforation where the mean qSOFA score was significantly lower in subjects who lived than those who died

    Perbandingan Tingkat Penyembuhan Luka Bakar Derajat II B (Deep Dermal) pada Fase Proliferasi yang Ditinjau dengan Pemberian Larutan Feracrylum 1%, Tulle, dan Silver Sulfadiazine pada Mencit Mus musculus

    Get PDF
    AbstrakLatar Belakang: Luka bakar merupakan salah satu bentuk trauma yang dapat menyebabkan gangguan permanen baik pada penampilan maupun fungsi tubuh. Secara global, tingkat mortalitas luka bakar mencapai 27% dan hampir 70% diantaranya adalah wanita. Permasalahan yang dialami oleh penderita luka bakar, selain komplikasi, adalah proses penyembuhan luka bakar yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan tingkat penyembuhan luka bakar derajat II B (deep dermal) pada fase proliferasi yang ditinjau dari kecepatan re-epitelisasi, jumlah fibroblas, dan jumlah kolagen dengan pemberian larutan Feracrylum 1%, Tulle, dan Silver Sulfadiazine pada Mencit Mus musculus.Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental quasi dengan desain time series. Penelitian ini sudah melalui persetujuan kelayakan etik dengan menggunakan subyek 27 ekor Mencit (Mus musculus) yang dibagi beberapa kelompok yaitu: Satu kelompok sebagai kontrol dengan perlakuan perawatan luka dengan Silver Sulfadiazine (SSD), dan dua kelompok diberikan perlakuan terdiri dari Feracrylum 1% dan Tulle. Analisis data menggunakan uji bivariat berupa analisis komparatif, yaitu uji one way ANOVA pada variabel numerik dan uji Kruskal Wallis pada variabel kategorik.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak didapatkan perbedaan tingkat penyembuhan luka bakar derajat II B (Deep Dermal) pada fase proliferasi yang ditinjau dari kecepatan re-epitelisasi secara klinis dengan nilai p = 0,355 (p> 0,05), jumlah fibroblast dengan nilai p = 0,227 (p> 0,05), dan jumlah kolagen dengan nilai p = 0,580 (p> 0,05) dengan pemberian larutan Feracrylum 1%, Tulle, dan Silver Sulfadiazine pada Mencit Mus musculus.Simpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat penyembuhan luka bakar derajat II B (deep dermal) dalam fase proliferasi dengan pemberian larutan Feracrylum 1%, Tulle, dan Silver Sulfadiazine
    corecore