89 research outputs found

    Augmented Reality Dalam Pembelajaran IPA Bagi Siswa SD

    Get PDF
    Perkembangan teknologi sekarang ini semakin maju, dan tumbuh dengan pesat. Perkembangan ini tentu saja membawa pengaruh pada berbagai sektor kehidupan manusia, salah satunya adalah sektor pendidikan. Perkembangan teknologi terkini yang pesat adalah semakin seringnya penggunaan gawai, khususnya penggunaan smartphone dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di bidang pendidikan. Hal ini membuka peluang besar dalam memanfaatkan teknologi aplikasi pada smartphone untuk dikembangkan menjadi media pembelajaran berbasis aplikasi. Salahsatunya adalah dengan memanfaatkan teknologi Augmented Reality pada aplikasi android dalam media pembelajaran IPA bagi siswa sekolah dasar (SD) kelas VI agar siswa termotivasi dalam belajar dan lebih mudah untuk memahami materi yang dipelajari. Untuk itu dikembangkan media pembelajaran berbasis Augmented Reality (AR) dengan aplikasi Unity mata pelajaran IPA materi mengenal planet-planet di tata surya untuk siswa kelas VI SD, sekaligus melihat kualitas media pembelajaran yang dihasilkan ditinjau dari aspek validitas, kemenarikan, dan kepraktisan. Penelitan ini menggunakan model penelitian pengembangan Borg and Gall, dengan beberapa tahapan pengembangannya, yaitu: (1) pengumpulan data; (2) perencanaan; (3) pengembangan; dan (4) validasi dan uji coba. Hasil penelitian pengembangan berupa media pembelajaran AR menunjukkan hasil sangat baik dan layak digunakan sebagai media pembelajaran, baik di kelas maupun secara mandiri menurut hasil validasi ahli desain pembelajaran, ahli media dan validasi guru sebagai ahli materi Respon siswa terhadap penggunaan media ini dalam pembelajaran sangat baik. Siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa

    ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN BEARING PADA SHAFT GENERATOR DI MV. ARMADA PAPUA

    Get PDF
    ABSTRAKSI Bintoro Adi Nugroho, (2019) NIT: 50135021.T, “ Analisa Penyebab kerusakan bearing pada shaft generator di MV. Armada Papua” dengan metode Fishbone dan hazop, Program Diploma IV, Teknika, Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Pembimbing I: Sarifuddin, M.Pd. ,M.Mar.E. dan Pembimbing II: Adi Oktavianto, S.T, MM Shaft generator adalah pesawat bantu yang digerakan oleh motor induk untuk menghasilkan suplai listrik dengan memanfaatkan putaran dari mesin induk itu sendiri. Yeng penulis alami selama praktek laut terdapat kerusakan bearing yang menyebabkan turunnya kinerja dari shaft generator dan mengakibakan terhambatnya proses olah gerak kapal. Metode yang digunakan adalah metode fishbone dan hazop. Metode untuk menentukan prioritas masalah yang ada. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah factor apa yang menyebabkan kerusakan bearing pada shaft generator, dampak apasaja yang terjadi saat kerusakan bearing, upaya apa yang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan bearing pada shaft generator. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penyebab kerusakan bearing pada shaft generator adalah kurangnya pelumasan pada bearing, kebocoran minyak lumas pada bearing, serta kurangnya pemahaman tentang tata cara perawatan dari shaft generator. Dampak yang ditimbulkan yaitu menyebabkan temperature minyak lumas bearing menjadi tinggi. Upaya yang dilakukan yaitu melakukan pengecekan minyak lumas serta memperbaiki kebocoran yang terjadi pada rumah bearing. ABSTRACT Bintoro Adi Nugroho, (2019) NIT: 50135021.T, "Analysis of the causes of damage to bearings on the shaft generator in the MV. Armada Papua "with Fishbone and Hazop method, Diploma IV Program, Teknika, Semarang Shipping Science Polytechnic, Advisor I: Sarifuddin, M.Pd. , M.Mar.E. and Advisor II: Adi Oktavianto, S.T, MM Shaft generator is an auxiliary plane which is driven by a main motor to produce electricity supply by utilizing the rotation of the main engine itself. Yeng, a natural writer during sea practice, has damaged bearings which caused a decrease in the performance of the shaft generator and caused the obstruction of the process of the ship's movement. The method used is the fishbone and hazop method. Methods for determining the priority of existing problems. The formulation of the problem from this study is what factors cause damage to the shaft generator bearings, whatever impacts occur when bearing damage, what efforts are made to repair damaged bearing on the shaft generator. From the results of this study, it was concluded that the cause of damage to the shaft generator bearings was a lack of lubrication in bearings, oil leakage in bearings, and a lack of understanding of maintenance procedures of shaft generators. The impact that is caused is to cause the temperature of the lubricating oil bearing to be high. Efforts are made to check lubricating oil and repair leaks that occur in the bearing house

    Analisis Distribusi Suhu Dan Kelembaban Udara Dalam Rumah Jamur (Kumbung) Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD)

    Get PDF
    One effort to optimize the temperature and humidity in the mushroom house during the dry season using evaporative cooler. This research was conducted two treatment variation which were assessed about distribution of temperature and humidity of air inside a mushroom house using Computational Fluid Dynamics (CFD) is the condition of building using natural ventilation and condition of building with water used evaporative cooler. Computational Fluid Dynamics (CFD) analysis was able to model the distributions of temperature and humidity, and air movement pattern inside of a mushroom house. The validation point of temperature distribution and humidity in the mushroom house has an error 0.70-2.62%. The results CFD analysis of temperature and humidity were able to reduced by about ±loC and ±5.1% for building with evaporative cooler used water. The indicated that buildings evaporative cooler used water able to reduced air temperature and increasing humidity in the mushroom houses

    Microbiological Properties of Beef in Various Meat Shops at Semarang, Indonesia

    Full text link
    The aim of the study was to assess microbiological properties of beef sold in various meatshops in Semarang. There are five Indonesian goverment standard requirements to maintain the qualityof beef sold in Indonesia markets, as follows: (1) total plate count (TPC) for a maximum of 106 CFU/g,(2) total coliform bacteria for a maximum of 102 CFU/g, (3) total Escherichia coli up to 10 CFU/g, (4)total Staphylococcus aureus for a maximum of 102 CFU/g and (5) negative for Salmonella per 25 gsamples (SNI 3932, 2008). Beef samples were randomly taken from several traditional markets, meatshops and supermarkets. The result showed that all samples did not contain Salmonella but still couldnot meet one or some of the Indonesian government standard regulation. In conclusion, beef samplesgathered from some of the markets, generaly could not meet one or some of the five strictlyrequirements of the bacteriological properties

    Pemodelan Proses Pengeringan Mekanis Tepung Kasava dengan Menggunakan Pneumatic Dryer: Hubungan Kapasitas Output dengan Variabel Proses Pengeringan

    Get PDF
    Pada proses pengeringan, kapasitas output (Qo) merupakan salah satu parameter penting yang perlu diketahui. Parameter ini dapat dipakai untuk mengevaluasi efektivitas kinerja proses pengeringan. Pada metode pengeringan secara pneumatik, penentuan kapasitas output mesin pengering secara teoritis, masih relatif komplek. Diperlukan cara perhitungan yang lebih sederhana untuk dapat memprediksi kapasitas output mesin pengering pneumatik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghubungkan secara matematis antara nilai Qo dengan beberapa variabel proses pengeringan pneumatik tepung kasava dengan menggunakan metode analisis dimensi. Hasil analisis data memberikan hubungan antara nilai Qo dengan variabel-variabel proses pengeringan sebagai berikut:Persamaan tersebut mempunyai nilai koefisien determinasi yang cukup besar, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi kapasitas output pada pengeringan pneumatik. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa dimensionless product yang paling berpengaruh terhadap nilai Qo adalah ... yang mencapai 11,53%

    Pemodelan pada Proses Pengeringan Mekanis Tepung Kasava dengan Menggunakan Pneumatic Dryer: Hubungan Fineness Modulus dengan Variabel Proses Pengeringan

    Full text link
    Metode pengeringan yang diterapkan dalam industri pembuatan tepung salah satunya adalah pneumatic drying. Berbagai macam variabel baik dari sifat-sifat bahan yang dikeringkan maupun kondisi proses pengeringan sangat mempengaruhi kualitas hasil pengeringan. Fineness Modulus (FM) dan diameter tepung rata-rata merupakan variabel-variabel yang penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis antara FM dengan variabel-variabel kondisi proses pengeringan pneumatik. Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut telah dirancang peralatan pneumatic drying dan dilakukan pengujian dengan berbagai macam variasi perlakuan seperti kapasitas input, kecepatan udara pengering, diameter partikel tepung, dan temperatur udara pengering

    Pemodelan Matematik Pindah Panas dan Massa pada Penggorengan dengan Pasir sebagai Media Penghantar Panas

    Get PDF
    Penggorengan merupakan salah satu metode tertua dari proses pemasakan dan pengeringan pangan. Proses penggorengan berlangsung melalui kontak dengan media penghantar panas dan dilakukan pada suhu tinggi. Proses penggorengan biasanya digunakan minyak sebagai media penghantar panas, akan tetapi pada penelitian ini digunakan pasir sebagai media penghantar panas. Meskipun penggorengan merupakan suatu proses pemasakan pangan yang sudah lama dilakukan, tetapi proses tersebut banyak yang belum diungkap secara ilmiah.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model matematik pindah panas dan massa yang meliputi koefi sien kontak panas permukaan (h) antara kerupuk dan pasir, konstanta pindah panas (Kp ), Perubahan suhu dan kandungan air produk (kerupuk) selama penggorengan. Penelitian dilakukan dengan eksperimen laboratorium, bahan yang digunakan adalah pasir sungai, pasir besi, plat Aluminium, dan kerupuk (sebagai sample produk). Kisaran diameter pasir yang digunakan, untuk pasir sungai adalah 0,25 mm sampai dengan 2,00 mm, dan pasir besi adalah 0,10 mm sampai dengan 0,40 mm. Peralatan yang digunakan terdiri dari peralatan untuk mengukur sifat fi sik dan termis bahan, mesin penggoreng dengan pasir, ayakan, neraca, gelas ukur, tachometer, thermokopel, data logger, interface, dan computer. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, presentase kesalahan rata-rata nilai prediksi dengan penggunaan model matematik lebih kecil dari 10 %. Hasil ini menunjukkan bahwa model matematik yang telah dikembangkan mempunyai tingkat ketepatan yang cukup baik untuk digunakan

    Pengaruh Pelapisan Kitosan dan Suhu Penyimpanan terhadap Karakter Fisik Buah Sawo (Manilkara Achras (Mill.) Fosberg) Selama Pematangan

    Full text link
    Sapodilla (Manilkara achras (Mill.) Fosberg) is a climacteric and highly perishable fruit with thin peel. The objectives of this study were: (1) to examine the effect of chitosan coating concentrations and storage temperature on the physical and chemical characteristics of sapodilla and (2) to determine the chitosan coating concentrations and the optimum storage temperature for the storage of sapodilla. Factorial Split-Plot Design was used in this experiment: three levels of storage temperature as the main factors (5 °C, 15 °C, 25 °C) and four levels of chitosan concentrations (0%, 2%, 3%, 4%) as the sub-factors. Each treatment was made in five replicates. Collected data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) followed by the Duncan's Multiple Test (DMRT) at the test level of 5%. Sapodillas used in this study had the same age in the weight of 100-120 grams and were harvested from the same tree. They were observed until rotten. The parameters observed were the concentrations of chitosan coating thickness on sapodillas'peel, the permeability of chitosan membrane to the air water vapour and oxygen, shelf life, hardness, content of chlorophyll and carotenoid, and respiration of the fruit. Observed data showed that the higher chitosan concentrations was used, the higher capability of the sapodilla's peel to hampered water vapour and oxygen's to peddix the peel. However, the chitosan coating concentration of 4% and the storage temperature of 5 °C temperature made the chitosan layer flaked. The treated concentrations of chitosan coating (0%, 2%, 3%, 4%) at certain storage temperature variations (5 °C, 15 °C, 25 °C) and their interactions had an effect on the physical characters of sapodilla in all parameters. The higher coated chitosan concentration applied, the hardness of sapodilla increased. The chlorophyll contents of sapodilla peel were increasing along with the hampering of the ripening. When the sapodillas were ripe, the carotenoid contents increated. The oxygen contents were decreasing along with the ripening of the sapodillas. The CO2 contents were increasing along with the ripening process of the sapodillas. The optimum treatment to keep sapodillas' shelf life was the chitosan coating of 3% and the the storage temperature of 5 °C. ABTSRAKBuah sawo (Manilkara achras (Mill.) Fosberg) merupakan buah klimaterik yang mempunyai kulit tipis dan cepat matang. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh konsentrasi pelapisan kitosan dan suhu simpan terhadap sifat fisik dan kimiawi buah sawo serta menentukan konsentrasi pelapisan kitosan dan suhu simpan yang paling optimum untuk memperpanjang masa simpan buah sawo. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Split Plot Design pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu penyimpanan terdiri dari tiga taraf (5 °C, 15°C, 25 °C) sebagai faktor utama dan konsentrasi kitosan yang terdiri dari empat taraf (0%, 2%, 3%, 4%) sebagai sub faktor. Setiap kombinasi dengan lima ulangan. Data dianalisis menggunakan Analisis Varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan's Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 5%. Buah dengan umur fisiologis sama, berat 100 – 120 g dipanen dari satu pohon. Buah diberi perlakuan pelapisan kitosan dan disimpan pada temperatur yang berbeda, selanjutnya diamati sampai buah tidak layak dikonsumsi. Parameter yang diamati adalah tebal lapisan kitosan berbagai konsentrasi pada kulit buah, permeabilitas membran kitosan terhadap uap air dan O2, masa simpan, kekerasan buah, kandungan klorofil dan karotenoid serta laju respirasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi konsentrasi kitosan, semakin terhambat masuknya uap air dan oksigen ke dalam kulit buah, tetapi konsentrasi kitosan 4% dan suhu 5 °C menyebabkan lapisan kitosan mengelupas. Perlakuan konsentrasi pelapisan kitosan (0%, 2%, 3%, 4%) dan suhu simpan (5 °C, 15 °C, 25 °C) serta interaksinya mengakibatkan semakin tinggi konsentrasi kitosan, kekerasan buah sawo semakin meningkat, juga kadar klorofil kulit buah. Semakin buah matang kadar karotenoid semakin meningkat, demikian juga kadar CO2. Kadar oksigen semakin menurun seiring dengan pemasakan buah. Perlakuan optimum untuk mempertahankan masa simpan buah sawo adalah perlakuan pelapisan kitosan 3% dan suhu simpan 5 °C

    Pemodelan pada Pengeringan Pneumatik Mekanis Tepung Kasava: Hubungan Koefisien Pindah Panas dengan Variabel Pengeringan

    Get PDF
    Pada proses pengeringan tepung kasava secara pneumatik, perpindahan panas terjadi terutama secara konveksi. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas kinerja proses pengeringan tersebut adalah koefisien perpindahan panas (h) yang terjadi selama pengeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghubungkan secara matematis antara nilai h dengan beberapa variabel proses pengeringan pneumatik tepung kasava dengan menggunakan metode analisis dimensi. Pada penelitian ini telah dikonstruksi suatu mesin pengering pneumatik yang dirancang untuk dapat dilakukan pengaturan-pengaturan sesuai dengan kebutuhan data penelitian yang akan dikumpulkan. Beberapa parameter yang terkait dengan sifat fisik dan sifat thermis bahan serta operasional mesin pengering diukur dan digunakan sebagai variabel-variabel analisis yang diselesaikan dengan metode analisis dimensi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hubungan antara nilai h dengan variabel-variabel proses pengeringan sebagai berikut Persamaan tersebut mempunyai nilai koefisien determinasi yang cukup besar, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi koefisien perpindahan panas pada pengeringan pneumatic. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa dimensionless product yang paling berpengaruh terhadap nilai h adalah
    corecore