18 research outputs found

    PENAMBAHAN EKSTRAK KUNYIT ( Curcuma domestica) TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

    Get PDF
    Ikan merupakan sumber protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.Salah satunya adalah  ikan nila (Oreochromis niloticus). Produksi budidaya dapat ditingkatkan dengan penyediaan  bahan pakan yang berkualitas. Maka perlu ada upaya untuk membuat pakan dengan memanfaatkan bahan alamiagar menjadi murah dan biaya produksi menurun. Pakan yang dibuat dengan komposisi nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan. Bahan baku seperti kunyit yang  memiliki zat-zat minyak,kurkuminoid, protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C dan antibiotik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perbandingan dosis yang berbeda terhadap nafsu makan dan pertumbuhan ikan nila.Bahan yang digunakan ikan rucah, tulang ikan, dedak, jagung dan kunyit diproses sehingga menjadi tepung.Hewan uji yang digunakan benih ikan nila ukuran 12 cm, dengan jumlah 72 ekor yang dipelihara dalam akuariummasing masing diisi 6 ekor. Kunyit dicampur dalam pakan akan menghasilkan  aroma anyir yang kurang sebagaimana C (1,5 gr kunyit dalam pellet)  memiliki bau yang kurang dibandingkan dengan perlakuanyang lain. Kunyit memberikan efek antimikroba sehingga dapat di manfaatkan sebagai pengawet makanan yang mampu menghambat (bakterisidal) terhadap bakteri golongan Bacillus caerus, Bacillus subtilis, dan Bacillus megetenium dan respon yang berbeda-beda. Laju pertumbuhan bobot harianterbesar (100%). Kualitas air berada pada kisaran layak untuk budidaya. Kata Kunci :Pakan buatan, Ekstrak kunyit,Benih ikan nila,Curkumi

    Survival Rate and Food Utilization Rate of the Red Nila Fish (Oreochromis sp) Utilizing synthetic feed additives Seaweed (Gracilaria sp)

    Get PDF
    In the fish farming business, feed is the highest operational cost, which reaches more than 60% of the total production cost. Therefore, the fish feed can be processed independently to reduce production costs in aquaculture businesses. This study aimed to determine the survival rate and feed efficiency of red tilapia (Oreochromis sp) fed artificial feed with the addition of seaweed (Gracilaria sp). This research was carried out from June to September 2021 at the Integrated Laboratory of Khairun University. This study used four treatments, and each treatment was repeated three times. The treatment tried is A (Artificial feed with the addition of Gracilaria sp 10 gr); B (Artificial feed with the addition of Gracilaria sp 20 gr; C (Artificial feed with the addition of Gracilaria sp 30 gr); and D (Artificial feed without the addition of Gracilaria sp.). The research variables included calculating the survival rate (SR), Feed Conversion Ratio (FCR), and observing water quality during the study. The highest survival value was in treatment B at 97.78%, while the lowest was in treatment A at 73.33%. The highest feed conversion ratio was in treatment D, 1.97, followed by treatments A and B, 1.48, and the lowest in treatment C, 0.64. The results of water quality measurements during the study, namely DO, range from 6-6.8 in all treatments, pH ranged from 7-7.6, and temperature ranged from 28-290C. The best survival rate (SR) of red tilapia-fed artificial feed with the addition of Gracilaria sp seaweed was best in treatment B, 97.78%, and the best feed conversion ratio (FCR) was in treatment C, which was 0.64 g

    PENINGKATAN AKTIVITAS FAGOSITOSIS PADA IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DENGAN PEMBERIAN IMUNOSTIMULAN (βGLUCAN )YANG DIEKSTRAK DARI JAMUR TIRAM PUTIH (Plerotus ostreatus)

    Get PDF
    Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan  jenis ikan laut yang mempunyai prospek bagus dan layak dikembangkan sebagai ikan budidaya laut akan tetapi masih terkendala dengan rentannya penyakit terutama diakibatkan oleh bakteri, hal ini disebabkan karena tingkat  kekebalan masih rendah. sehingga Kerugian yang ditimbulkan sangat besar, Usaha penanggulangan penyakit menggunakan vaksin (antigen) yang memicu produksi antibodi spesifik terhadap satu patogen tertentu, sekelompok senyawa biologi dan sintesis yang disebut imunostimulan dapat meningkatkan pertahanan non-spesifik dan spesifik.  Imunostimulan adalah suatu zat  yang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi. Berbagai jenis imunostimulan dapat digunakan, salah satunya adalah Chromium yeast, yang berfungsi juga untuk mengatasi bakteri.Salah satunya adalah jamur jenis “Shiitake”  atau jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus); Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ß-glukan  yang diekstrak dari jamur tiram putih (Pleuratus ostratus) terhadap aktifitas fagositosis, dan tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu bebek dan untuk mengetahui   dosis yang efektif  penggunaan  ß-glucan untuk meningkatan aktifitas fagositosis pada ikan kerapu bebek, manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam usaha  meningkatkan aktifitas fagositosis Ikan Kerapu berupa penggunaan βGlucan sebagai immunostimulan terhadap bakteri Vibrio alginoliticusSel ini berada dalam sirkulasi darah dalam bentuk monosit, kemudian akan meninggalkan sirkulasi, menjadi matang dan menetap di jaringan pengikat sebagai macrophage. Macrophage yang berada di dalam jaringan sering disebut sebagai sel kupffer pada hepar, sel debu pada pulmo, osteoklas pada tulang, dan lain-lain.Jadi  aktivitasfagositosis macrophage meningkat setelah pemberian imunostimulan ekstrak jamur tiram putih  mengandung zat yang dapat berperan sebagai macrophage activating factor.  Sehingga Pemberian β- glucan yang diekstrak dari dinding jamur tiram putih  dapat meningkatkan aktivitas fagositosis dan  β- glucan yang paling efektifdapat meningkatkan respon imun ikan kerapu bebek terdapat pada perlakuan 100 µl/ekor

    Pemanfaatan Bahan Lokal Biji Pala (Myristica sp.) Sebagai Bahan Anestesi Pada Kegiatan Budidaya Ikan Hias Blue Devil (Chrysiptera cyanea)

    Get PDF
    Blue Devil (Chrysiptera cyanea) is one of the very popular seawater ornamental fish commodities that is often sought after in international trade because of its attractive morphology. The trading ornamental fish commodities are very different from the consumption fish commodity because the trade is alive. Handling and transportation play a critical role in this system. However, the problem of delivering these goods is high mortality happened before the fish arrive at their destination. In this study, the delivery of ornamental fish using anesthetic ingredients. The anesthetic ingredients are MS-222, benzocaine, 2-phenoxyethanol, and quinaldine sulfate. The application of this material is not recommended because it will harm fish that can reduce fish immunity. The application of natural anesthetic ingredients can be used as an alternative environment. Nutmeg (Myristica sp.) is one of the local natural ingredients that have anesthetic potential. Nutmeg (Myristica sp.) contains essential oils that are useful as adaptive substances. This study aims to determine the potential of local Nutmeg (Myristica sp.) Seeds as an anesthetic material for Blue Devil (Chrysiptera cyanea) by lethal concentration / LC-50 testing. LC-50 testing in this study is an initial step to determine the appropriate anesthetic dose for Blue Devil (Chrysiptera cyanea). Making extracts from nutmeg seeds (Myristica sp.) Aims to obtain essential oils. The procedure for obtaining nutmeg (Myristica sp.) Essential oils are carried out by steam distillation. The results showed that the seeds of the Nutmeg plant (Myristica sp.) Were very influential for Blue Devil (Chrysiptera cyanea) with a very significant dose of 10ml, but not recommended for use. For development as an anesthetic material, then use a dose <2 ml.Ikan Blue Devil (Chrysiptera cyanea) merupakan salah satu komoditi ikan hias air laut yang sangat populer sehingga sering dicari diperdagangan internasional karena morfologinya yang menarik. Proses perdagangan komoditi ikan hias sangat berbeda dengan komoditi ikan konsumsi karena perdagangannya dalam keadaan hidup. Penanganan dan transportasi memegang peranan yang sangat penting pada sistem ini. Namun, kendala yang sering dihadapi adalah kematian sebelum ikan sampai di tempat tujuan. Selama ini, proses perdagangan ikan hias menggunakan bahan anestesi, bahan-bahan anestesi tersebut adalah MS-222, benzocaine, 2-phenoxyethanol dan quinaldine sulphate. Aplikasi bahan ini tidak direkomendasikan untuk digunakan karena memiliki dampak negatif bagi ikan yang dapat menurunkan imunitas ikan. Aplikasi bahan anestesi alami menjadi alternatif yang dapat digunakan karena lebih rama lingkungan. Tanaman pala (Myristica sp.) merupakan salah satu bahan alami lokal yang dapat digunakan sebagai bahan anastesi. Tanaman pala (Myristica sp.)  mengandung minyak atsiri yang bermanfaat sebagai zat sadaptif. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biji tanaman Pala (Myristica sp.) lokal sebagai bahan anastesi ikan Blue Devil (Chrysiptera cyanea) dengan pengujian lethal konsentrasi/LC-50. Pengujian LC-50 pada penelitian ini sebagai tahapan awal menentukan dosis anastesi yang tepat bagi ikan Blue Devil (Chrysiptera cyanea). Pembuatan ekstrak dari biji Pala (Myristica sp.) bertujuan untuk memperoleh minyak atsiri. Prosedur dalam mendapatkan minyak atsiri biji pala (Myristica sp.) dilakukan dengan cara destilasi uap air. Hasil penelitian menunjukan bahwa biji tanaman Pala (Myristica sp.) sangat berpengaruh bagi ikan Blue Devil (Chrysiptera cyanea) dengan dosis yang sangat berpengaruh adalah 10ml, namun tidak dianjurkan digunakan. Untuk pengembangan sebagai bahan anastesi, maka gunakan dosis <2 ml

    Freshwater Fish Cultivation Innovation and Its Development Potential in Fitu Village Ternate City, North Maluku Province

    Get PDF
    Budikdamber is cultivating fish and vegetables in one bucket, which is an aquaponic system. Usually, the aquaponics system developed so far requires pumps and filters, requiring electricity, ample land, expensive and complicated costs. The concept is simple and does not require significant capital, and it does not need a large room or pool to be an added value of this technology. The Budikdamber technique can be one of the community's solutions to innovate fish and vegetable cultivation at once in one container. In addition, with the current state of the COVID-19 pandemic, Budikdamber activities can be a solution for family food security. Community service was carried out in Fitu Village, South Ternate District, in June 2021. The objectives of this community service are Providing information to the public on how to use the narrow land on the terraces and yards for fish and vegetable cultivation in buckets so that people can maintain food security during the current COVID-19 pandemic. Budikdamber (Fish Cultivation in Buckets) cultivates fish and vegetables in one bucket: an aquaponics system (fish and vegetable polyculture) as a community solution in providing food needs COVID-19 pandemic. It could use as a business opportunity to help the family economy

    Effects of difference C/N ratio on water quality of white leg shrimp (Litopenaeus vannamei) cultivation

    Get PDF
    Biotechnology is used to apply technology to the C/N ratio by stimulating the activities of heterotrophic microorganisms, which derive food from carbon and nitrogen substrates in a certain ratio. The goal of this research was to see how the optimal carbon-nitrogen ratio affected water quality and floc volume in white leg shrimp (Litopenaeus vannamei) farming. This study took place in the UPT Integrated Laboratory Unkhair in Ternate City in July and August 2021. A fully randomized design (CRD) with four treatments and three replications was used in this investigation. Different C/N ratios had an effect on ammonia, nitrite, nitrate, floc volume, and feed conversion ratio, according to the research. The water quality parameters are still suitable for white leg shrimp cultivation. In white leg shrimp culture, the addition of C-organic molasses (different C/N ratios) was able to reduce the concentrations of (NH3), (NO2), and (NO3), and also greatly increase the flock volume and streamline the feed conversion ratio. Keywords: C/N Ratio Vannamei Wastewater Bioflo

    Teknik Kultur Maggot (Hermetia illucens) pada Kelompok Budidaya Ikan di Kelurahan Kastela

    Get PDF
    Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (Hermetia illucens) merupakan salah satu alternatif pakan yang memenuhi persyaratan sebagai sumber protein. Bahan makanan yang mengandung protein kasar lebih dari 19%, digolongkan sebagai bahan makanan sumber protein. Maggot merupakan salah satu jenis pakan alami yang memiliki protein tinggi. Maggot mengandung 41-42% protein kasar, 31-35% ekstrak eter, 14-15% abu, 4,8-5,1% kalsium, dan 0,6-0,63% fosfor dalam bentuk kering. Larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Untuk membudidayakan pakan alami ini selain relatif mudah, biaya yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar. Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dilaksanakan di Kelurahan Kastela pada Bulan Juli 2020 dimana Kelurahan Kastela merupakan lokasi Laboratorium yang dimiliki oleh Fakultas Perikanan dan Kelautan Unkhair dan merupakan lokasi penelitian sekaligus pengabdian masyarakat. Tujuan dari dilaksanakan pengabdian masyarakat ini yaitu; Memberi informasi kepada masyarakat bagaimana membuat pakan ikan yang murah, mudah dan ramah lingkungan sehingga masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkan pakan ikan. Kesimpulan dari kegiatan PKM ini adalah menambah keterampilan masyarakat teknik kultur maggot (Hermetia illucens) pengganti pellet sebagai pakan ikan

    Analisis pertumbuhan alga merah (Ptilophora pinnatifida) yang di budidaya pada skala laboratorium

    Get PDF
    Ptilophora pinnatifida termasuk dalam genus alga merah yang tersebar di Indo-Pasifik Barat, terutama dihabitat subtidal pada kedalaman lebih dari 100 meter. Genus ini jarang ditemui, 3 dari 14 spesies yang telah dikenali hanya dapat dikumpulkan dari arus atau aliran air. Spesies Ptilophora umumnya berasal dari perairan beriklim sedang (hanya 2 spesies yang diketahui berasal dari perairan beriklim tropis) dan secara biogeografis area penyebarannya masih terbatas. Laju pertumbuhan rumput laut umumnya mengalami peningkatan pesat pada periode tertentu tergantung pada umur tanaman tersebut dan setelah mencapai puncak, laju pertumbuhan akan menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan harian dan pertumbuhan spefifik alga merah (Ptilophora pinnatifida). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan rumput laut Ptilophora pinnatifida yang dibudidaya pada bak selama 10 minggu (70 hari) mencapai rata-rata berat 3 gr dan panjang 1,138 cm. Hasil analisis laju pertumbuhan spesifik menunjukkan pada umur 43-57 hari terjadi pertumbuhan rumput laut yang pesat, yaitu 1,63%.Kata Kunci: rumput laut; Ptilophora pinnatifida; pertumbuhan; budidaya skala laboratoriu

    erforma pertumbuhan benih ikan kakap putih (Lates calcalifer) yang diberi pakan buatan Caulerpa racemosa dengan dosis berbeda

    No full text
    Ikan kakap putih merupakan salah satu ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis penting dan mengandung nilai gizi yang tinggi sebagai ikan konsumsi, pertumbuhan yang relatif cepat, mudah dipelihara. Salah satu faktor terpenting dalam pembesaran pakan, ransum harian yang diperlukan adalah 5-10%, pemberian pakan yang tepat akan memberikan efek efesiensi untuk pemeliharaan.  Upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh tanpa ada pengaruh efek samping. Salah satunya adalah Caulerpa racemosa jenis anggur laut.  Sebagai bahan baku pakan karena memiliki berbagai kandungan nutrien yang tinggi dengan kadar protein 12.88-30.03%, karbohidrat 27.20-48.10% dan lemak 0.30-2.64%, kandungan mineral kalsium 5.97% dan magnesium 0.4-4.1% . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis C. racemosa terhadap pertumbuhan ikan kakap putih. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan  A : Tanpa tepung C. racemosa, Perlakuan B : Penambahan tepung C. racemosa 25g/100 g pakan, Perlakuan C : Penambahan tepung C. racemosa 50g/100 g pakan, Perlakuan D : Penambahan tepung C. racemosa 75g/100 gr pakan. Ikan uji yang digunakan benih ikan kakap putih dengan berat rata-rata 0,66 g. Ikan dipelihara pada bak fiber bervolume 135x85x50 cm dengan padat tebar 6 ekor/m3. Hasil penelitian menujukkan pemberian pakan yang beri tambahan C. racemosa berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan berat mutlak, tingkat kelangsungan hidup dan konversi pakan dengan dosis 75g/100g pakan

    ANALISIS KANDUNGAN NITRAT DAN FOSFAT UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappahycus alvarezii YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN METODE LONGLINE DI PERAIRAN KASTELA KECAMATAN PULAU TERNATE KOTA TERNATE

    No full text
    Rumput laut menjadi komoditas unggulan karena bisa cepatdipanen, teknologi budidayanya mudah diadopsi oleh masyarakatdan input produksi yang relatif kecil.Zat hara mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan nitrat dan fosfat, dan untuk mengetahui kandungan nitrat dan fosfat dalam mendukung pertumbuhan rumput laut K. alvarezii. Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kandungan zat hara (nitrat dan fosfat) dalam menentukan tingkat kesuburan perairan serta mendukung pertumbuhan rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan dengan metode longline di perairan Kastela Kecamatan Pulau Ternate Kota Ternate, sehingga dapat dijadikan bahan informasi dan acuan dalam pengembangan budidaya rumput laut K. alvarezii secara berkelanjutan. Selain itu juga, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Dari hasil analisis nitrat yang diperoleh, menunjukkan bahwa perairan Kastela sebagai areal/lokasi budidaya rumput laut K.alvarezii berada dalam kategori perairan oligotrofik (kurang subur) karena kandungan nitrat yang diperoleh 0,021 mg/l dan berada dalam kisaran 0–1 mg/l, sedangkan kadar fosfat yang diperoleh, jika dibandingkan dengan kisaran fosfat berada dalam kategori mesotrofik (cukup subur) karena berada dalam kisaran 0,017 mg/l – 0,027 mg/l.Kata Kunci : Nitrat dan Fosfat, Pertumbuhan, Kappahycus alvarezii, Metode Longlin
    corecore