9 research outputs found
PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON POROUS
Meningkatnya luas daerah dengan permukaan yang kedap air mengakibatkan air tidak bisa berinfiltrasi ke dalam tanah dengan baik, sehingga menimbulkan genangan air. Penggunaan beton porous merupakan salah satu cara efektif untuk mengatasi hal tersebut. Beton porous merupakan beton yang memiliki celah diantara agregat sehingga memiliki kemampuan untuk meloloskan air agar dapat berinfiltrasi ke dalam tanah. Abu Ampas Tebu yang berasal dari PT.PG Gorontalo merupakan limbah yang memiliki kandungan silikat. Limbah yang dihasilkan hanya dihampar di pekarangan dan tidak dimanfaatkan sehingga dapat mencemari udara karena ukurannya yang halus. Dibutuhkan pengolahan agar dapat mengurangi masalah tersebut.Penelitian ini dilakukan dengan abu ampas tebu (AAT) sebagai bahan pengganti semen dengan persentase secara berturut-turut 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% terhadap berat semen.Dengan komposisi agregat 55% agregat lolos saringan ½’’ namun tertahan saringan 3/8’’ dan 45% lolos saringan ¾’’ namun tertahan ½’’.Nilai kuat tekan optimum beton porous tercapai pada campuran beton dengan persentase AAT 10% yang berusia 28 hari yaitu 13.143 MPa. Untuk beton porous dengan permeabilitas optimum adalah beton dengan persentase AAT 0% yaitu 5.334 cm/detik.Sedangkan untuk campuran beton porous yang memliki permeabilitas yang efektif dan kuat tekan yang cukup adalah campuran dengan persentase AAT 10% yang memiliki nilai kuat tekan 13.143 MPa dan permeabilitas 3.59 cm/ detik..Kata kunci: Beton porous, kuat tekan, permeabilitas, abu ampas teb
PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK CANGKANG KEONG SAWAH SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN TERHADAP NILAI MODULUS ELASTISITAS
Penelitian ini mencoba memanfaatkan limbah cangkang keong sawah karena komposisi cangkang keong sawah banyak mengandung kalsium karbonat. Kalsium fosfat, silikat magnesium karbonat, besi dan zat organic lainnya membentuk sisa komposisi protien structural dan senyawa fosfor sama halnya dengan komposisi semen yang banyak mengandung kalsium, dan silikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah cangkang keong sawah sebagai bahan pengganti sebagian semen terhadap nilai modulus elastisitas. Metode ACI 211.1-91 digunakan untuk menghitung komposisi campuran beton. Menggunakan benda uji berbentuk silinder berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 14 dan 28 hari, sedangkan untuk pengujian modulus elastisitas menggunakan 3 rumus yaitu, ASTM C 469-94,SK SNI T-15-1991-03,ACI 363-92 dilakukan pada umur 28 hari. Dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, 25% dari volume semen. Jumlah benda uji 30 silinder, dengan setiap variasi 6 silinder.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan pada beton normal adalah 23,96 MPa pada umur 14 hari dan 26,55 MPa pada umur 28 hari. Pada beton variasi serbuk cangkang keong 5% menghasilkan kuat tekan optimum sebesar 24,75 MPa pada umur 14 hari dan 27,61 MPa pada umur 28 hari, dengan kenaikan kuat tekan beton sebesar 10,81% pada umur 14 hari dan 14,83% pada 28 hari. Nilai modulus elastisitas untuk beton normal pada umur 28 hari dengan menggunakan rumus ASTM C 469 – 9 adalah 29859,01 MPa 4, sedangkan kalau menggunakan rumus SK SNI T-15-1991-03 adalah 24216,02 MPa, ,dan menggunakan rumus ACI 363-92 hasilnya adalah 24005,79 MPa. Variasi serbuk cangkang keong sawah 5% pada umur 28 hari menghasilkan modulus elastisitas sebesar 31508,84 MPa (menggunakan rumus ASTM C 469 – 94), 25054,42 MPa( menggunakan rumus SK SNI T-15-1991-03),dan 24598.02 MPa (menggunakan rumus ACI 363-92). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan nilai modulus elastisitas berbanding lurus dengan kenaikan nilai kuat tekan. Keywords: Modulus Elastisitas, Kuat Tekan, Limbah Cangkang Keong Sawah, Substitusi Semen, CKS
ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON
Struktur baja dalam suatu bangunan masih memerlukan komponen beton dalam pembangunan gedung bertingkat contohnya pelat lantai. Pelat lantai yang dihubungkan dengan balok baja menggunakan penghubung geser (shear connector) menghasilkan struktur komposit. Pada struktur komposit terdapat gaya geser horisontal yang timbul selama pembebanan. Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan balok baja akan dipikul oleh sejumlah penghubung geser (shear connector) sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan. Untuk mendapatkan penampang yang sepenuhnya komposit penghubung geser harus cukup kaku sehingga dapat menahan gaya geser yang terjadi. Adanya penghubung geser menyebabkan balok baja dan beton diatasnya bekerja secara integral. Fungsi utama dari elemen-elemen penghubung untuk membantu meneruskan gaya-gaya yang ada di titik hubung dari suatu elemen struktur ke elemen struktur lainnya sehingga timbul gaya geser pada baut. Analisis yang digunakan didasarkan pada Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung menurut SNI 03-1729-2002, Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. Tahapan analisis data yaitu berupa perencanaan dimensi baja pada balok struktur baja menggunakan perangkat lunak Structure Analysis Program (SAP). Penghubung geser (shear connector) memberikan pengaruh terhadap elemen balok baja, dalam menahan gaya geser yang terjadi antara balok baja dan pelat beton. Balok baja dan pelat beton yang tidak dihubungkan dengan penghubung geser memiliki tegangan yang lebih besar karena elemen profil dan plat belum menyatu sehingga tegangan yang dihasilkan masih bersifat sendiri-sendiri. Dari setiap variasi diambil nilai tengah dari hasil output tegangan sehingga didapat diameter 19x100 sebagai stud yang ekonomis untuk variasi diameter dengan jarak 125 mm dan untuk variasi panjang stud dengan diameter 16x75 sebagai stud yang ekonomis . Kata kunci : Balok Komposit, Penghubung Geser (shear connector), Stud, Baj
EVALUASI KINERJA GEDUNG FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SAM RATULANGI AKIBAT BEBAN GEMPA
Level kinerja adalah salah satu faktor utama dalam perencanaan gedung bertingkat yang berfungsi untuk mengetahui batas kekuatan gedung tersebut menerima beban. Batas level kinerja yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, Immediate Occupancy (Penggunaan Sedang), Damage Control (Kontrol Kerusakan), Life Safety (Aman untuk Dihuni), Structural Stability (Stabilitas Struktur). Bangunan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gedung Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado, dengan jumlah lantai 13 dengan atap dan tinggi total bangunan 56 m dengan lebar bentang arah X 21 m dan bentang arah Y 40 m. Adapun penelitian ini juga menggunakan Respon Spectrum area Manado, Sulawesi Utara dengan nilai Ss= 1,036 g dan S1= 0.442 g.Untuk mencari atau menentukan level kinerja biasanya dilakukan dengan cara analisis pushover, atau analisis beban dorong statik untuk mengetahui perilaku keruntuhan bangunan terhadap gempa. Analisis Pushover biasanya dihitung dengan menggunakan bermacam program.Dalam penelitian ini analisis Pushover menggunakan program PERFORM 3D untuk mengetahui beberapa besar gaya maksimum yang dapat ditahan struktur serta besar perpindahan struktur. Analisis pushover (build-in pada program PERFORM 3D dilakukan berdasarkan ATC – 40 (capacity spectrum method) dimana kondisi kerusakan (damage states) dikategorikan dalam berbagai level, dan FEMA – 356 merupakan metode dengan memodifikasi respon elastic linier sistem struktur sehingga diperoleh perpindahan yang disebut sebagai target perpindahan.Dari Hasil penelitian didapat nilai perpindahan maksimum 0,998 m dan gaya geser maksimum 3017866,5 kg untuk arah X dan untuk arah Y nilai perpindahan maksimum 0,728 m dan gaya geser maksimum 2590323,88. Dari hasil evaluasi struktur FEMA 356 level kinerja struktur bangunan tinjauan berada pada batas antara Life Safety (LS), berdasarkan ATC 40 masuk dalam kategori B.  Kata Kunci: pushover, assessment, level kinerja, PERFORM 3
PENGARUH SET-BACK PADA TINGKAT TERATAS BANGUNAN BERTINGKAT AKIBAT GEMPA
Konfigurasi suatu struktur bangunan terdiri dari struktur bangunan beraturan (regular) dan struktur bangunan tidak beraturan (irregular) yang sangat menentukan dalam perencanaan bangunan tahan gempa. Bangunan set-back memiliki konfigurasi yang unik karena adanya tonjolan atau loncatan bidang muka. Adanya loncatan bidang muka menyebabkan pusat massa dan pusat kekakuan tidak berimpit secara vertikal sehingga massa dan kekakuan tidak terdistribusi secara merata. Besarnya pengaruh set-back yang ditimbulkan akibat gempa bergantung pada banyak hal, salah satunya adalah rasio luasan atas terhadap bawah, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh set-back pada tingkat teratas bangunan bertingkat akibat gempa.Pada penelitian ini, bangunan dimodelisasi setinggi 12 tingkat dengan elevasi ketinggian 48 m menggunakan program ETABS yang juga digunakan untuk menganalisis gaya gempa dengan metode spektrum respons ragam. Pemodelan bangunan yang diteliti sebanyak 5 pemodelan, yaitu bangunan tanpa set-back dan 4 model lainnya adalah variasi set-back 1 arah yang divariasikan berdasarkan luasan panel. Parameter yang ditinjau dalam penelitian ini adalah besarnya simpangan pada tiap pemodelan dan perbandigan simpangan antara bangunan tanpa set-back dan bangunan dengan variasi set-back 1 arah berdasarkan luasan panel pada tingkat teratas. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, simpangan untuk arah X lebih besar dari arah Y karena variasi set-back 1 arah terhadap arah Y, sehingga dalam arah tersebut memiliki massa dan kekakuan yang lebih kecil dibanding arah X. Efek set-back dapat meningkatkan simpangan pada tingkat teratas akan tetapi semakin besar efek set-back, massa juga semakin berkurang dan dapat menyebabkan menurunnya simpangan. Kata Kunci: Set-back, Tingkat Teratas, Simpangan, Gempa, Spektrum Respons Raga
PERILAKU MEKANIS HIGH STRENGTH SELF COMPACTING CONCRETE DENGAN PENAMBAHAN ADMIXTURE “BETON MIX” TERHADAP KUAT TARIK LENTUR
High Strength Self Compacting Concrete (HSSCC) merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah-masalah yang sering terjadi dalam pembangunan konstruksi beton. Pemadatan dengan mengguanakan Âalat penggetar (vibrator) pada struktur dengan tulangan yang rapat, seringkali mengalami masalah karna beton tidak dapat mengalir dengan baik. Pemadatan yang tidak baik menghasilkan pula beton yang tidak bagus mutunya. HSSCC yang merupakan beton yang dapat memadat sendiri dan bermutu tinggi yang memiliki kemampuan mengisi ruang, melewati tulangan yang rapat dan memiliki workabilitas yang baik. Agar dapat mengalir dengan baik, HSSCC diberikan bahan tambahan admixture superplasticizer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mekanis HSSCC dengan penambahan admixture superplasticizer beton mix, yang meliputi kuat tekan, kuat tarik lentur, slump flow, l-shaped box test dan v-funnel. Komposisi yang digunakan didapatkan dengan trial mix. Hasil uji kuat tekan yang didapat pada umur 28 hari pada persentase 0% adalah 57,62 MPa, persentase 1,5% yaitu 47,18 MPa, persentase 1,6% yaitu 51,95 MPa dan persentase 1,7% yaitu 49,12 MPa. Uji kuat tarik lentur terbesar dengan umur 28 hari didapatkan pada persentase beton mix 1,7% dengan nilai 7,71 MPa.  Kata Kunci: HSSCC, Superplasticizer, Slump Flow, L-Shaped Box, V-Funne
PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL AGREGAT KASAR TERHADAP NILAI KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON RINGAN
Beton merupakan bahan kontruksi suatu bangunan yang paling sering digunakan oleh masyarakat saat ini. Namun beton memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan yang dimiliki beton adalah berat jenis yang besar. Penambahan Styrofoam dalam campuran beton akan membentuk rongga sehingga mengurangi berat beton dan akan membentuk beton ringan den Beton merupakan bahan kontruksi suatu bangunan yang paling sering digunakan oleh masyarakat saat ini. Namun beton memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan yang dimiliki beton adalah berat jenis yang besar. Penambahan Styrofoam dalam campuran beton akan membentuk rongga sehingga mengurangi berat beton dan akan membentuk beton ringan dengan berat volume ≤1900 kg/m3 . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan Styrofoam sebagai subsitusi parsial agregat kasar terhadap kuat tekandan kuat tarik belah. Untuk menghitung komposisi campuran menggunaan ACI.211.1-91. Penilitian ini menggunaka benda uji silinder dengan diameter 100 mm dan tinggi 200 mm. Pengujian dilakukan pada umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Dengan variasi 0%, 60%, 70% dan 80%. Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap substitusi stytrofoam pada campuran beton mengakibatkan penurunan kuat tekan dan kuat tarik belah beton, namun pada berat volume, subtitusi Styrofoam sebanyak 60%,70% dan 80% dapat menjadikan berat volume mencapai spesifikasi beton ringan dengan berat volume secara berturut-turut 1792,377 kg/m3, 1734,211 kg/m3, 1618,220 kg/m3. Kata kunci: Beton Ringan, Styrofoam, Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah
PEMERIKSAAN KUAT TARIK LANGSUNG BETON SERAT KAWAT BENDRAT DENGAN VARIASI SUDUT TEKUK
Beton adalah bahan bangunan yang banyak dipakai diindustri konstruksi. Oleh karena itu teknologi beton berkembang dengan pesat, terutama penambahan bahan kimia ataupun bahan-bahan tambah, subtitusi pada semen maupun agregat, dan sebagainya untuk mendapatkan beton yang sesuai dengan kebutuhan. Salah satu kekurangan beton adalah kekuatan tariknya yang lebih kecil dari kekuatan tekannya, oleh karena itu banyak pengembangan yang dilakukan untuk meningkatkan kuat tariknya antara lain dengan penggunaan beton serat.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan variasi terbaik campuran yang memberikan besar kekuatan tarik beton optimal dengan tambahan serat kawat bendrat yang ditekuk pada kedua ujungnya melalui pengujian kuat tarik langsung. Tekukan sudut bendrat adalah 0°,45°, dan 90°, dengan persentase bahan tambah bendrat pada campuran beton 0.25%, 0.5%, 0.75%, 1%. Benda uji berbentuk jam pasir, dengan mutu beton rencana (f’c) 20 MPa. Slump ditetapkan ialah 75-150 mm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beton dengan penambahan bendrat dengan sudut tekuk 45° merupakan bentuk terbaik pada persentase maksimum 0,75%.  Kata Kunci: Beton, bahan tambah, kawat bendrat, kuat tarik langsung
PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK CANGKANG TELUR SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN TERHADAP NILAI KUAT TARIK LENTUR BETON
Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan pembangunan infrastruktur juga berkembang dengan cepat, sehingga pemakaian beton pun meningkat. Semen Portland (SP) sebagai salah satu bahan dasar pembuat beton dalam proses produksinya menghasilkan gas emisi karbondioksida (CO2) yang berdampak negatif bagi lingkungan dan manusia. Limbah cangkang telur yang melimpah bisa dibuat menjadi bahan alternatif pengganti semen karena dalam kandungan cangkang telur ayam memiliki senyawa yang sama dengan bahan pembentuk semen yakni kalsiumkarbonat.Penelitian ini menggunakan Metode ACI 211.1-91 untuk perhitungan komposisi campuran beton. Pengujian kuat tekan beton menggunakan benda uji silinder berdiameter 100 mm dan tinggi 200 mm, sedang untuk pengujian kuat tarik lentur menggunakan benda uji ukuran 100x100x400 mm. Jumlah serbuk cangkang telur ayam yang digunakan sebesar 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, dan 10%.Hasil penelitian beton dengan substitusi parsial semen menggunakan serbuk cangkang telur menunjukkan bahwa kuat tekan optimum terdapat pada presentase SCT 5%, yaitu sebesar 22.15 MPa dan kuat tarik lentur optimum terdapat pada presentase SCT 2.5%, yaitu sebesar 5.57 MPa. Â Kata Kunci: Beton, Kuat Tarik Lentur, Cangkang Telur Ayam