1,244,554 research outputs found
PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT LAS BUSUR MANUAL BAGI SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 WONOSARI
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat penilaian mata diklat Las Busur Manual yang dapat memberikan informasi bagi sekolah, baik dari segi isi, cakupan, maupun format. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui: (1) Bagaimanakah prosedur pengembangan perangkat penilaian dalam pembelajaran mata diklat Las Busur Manual, (2) Bagaimanakah kelayakan perangkat penilaian dalam pembelajaran mata diklat Las Busur Manual yang telah dibuat, (3) Bagaimanakah kualitas perangkat penilaian pembelajaran mata diklat Las Busur Manual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2 Wonosari program keahlian Teknik Pengelasan. Uji coba soal aspek kognitif mata diklat Las Busur Manual diberikan pada siswa kelas X Teknik Pengelasan SMK Negeri 2 Wonosari sebanyak 32 siswa. Pengembangan perangkat penilaian aspek kognitif mata diklat Las Busur Manual dilakukan melalui 4 tahap yaitu: (1) tahap awal; (2) tahap desain; (3) tahap pengembangan; dan (4) tahap ujicoba atau implementasi. Berdasarkan hasil uji kelayakan terhadap perangkat penilaian mata diklat Las Busur Manual yang dikembangkan, menurut ahli materi secara keseluruhan memperoleh persentase sebesar 86,25% yang berarti layak untuk digunakan, dan menurut ahli evaluasi secara keseluruhan memperoleh persentase sebesar 76,9% yang berarti layak untuk digunakan. Hasil uji coba perangkat penilaian Las Busur Manual dapat diketahui koefisien reliabilitas sebesar 0,777 sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat penilaian mata diklat Las Busur Manual adalah reliabel
MINAT BERWIRAUSAHA BERBASIS TEKNOLOGI PADA SISWA SMK (Studi di SMK N 2 Pengasih, SMK N 2 Depok, dan SMK N 2 Yogyakarta)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Pengaruh prestasi belajar mata pelajaran produktif terhadap minat berwirausaha berbasis teknologi pada siswa SMK 2). Pengaruh prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha berbasis teknologi pada siswa SMK 3). Pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha berbasis teknologi pada siswa SMK 4). Pengaruh prestasi belajar mata pelajaran produktif, prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha berbasis teknologi (minat technopreneurship) pada siswa SMK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan expost facto. Populasi berjumlah 180 siswa, terdiri atas siswa kelas VII SMK Negeri 2 Pengasih Kulonprogo, SMK Negeri 2 Yogyakarta, dan SMK Negeri 2 Depok. Sampel berjumlah 119 ditentukan berdasarkan teknik proporsional random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner (angket) dan mencermati dokumen raport. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dan analisis inferensial. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: 1). Terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan prestasi belajar mata pelajaran produktif terhadap minat berwirausaha berbasis teknologi pada siswa SMK sebesar 2,2%; 2). Terdapat pengaruh positif dan signifikan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha berbasis teknologi pada siswa SMK sebesar 3,76%; 3). Terdapat pengaruh positif dan signifikan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha berbasis teknologi pada siswa SMK sebesar 44%; dan 4). Terdapat pengaruh positif dan signifikan prestasi belajar mata pelajaran produktif prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap minat berwirausaha berbasis teknologi pada siswa SMK sebesar 47%
An uncertain dollar: The Wall Street Journal, the New York Times and the monetary crisis of 1971 to 1973
In August 15, 1971, President Nixon announced the unilateral suspension of the convertibility of the dollar into gold, a foundation of the world monetary system since the Second World War. The media and economic experts were caught by surprise, neither could foresee the immediate consequences of the decision or what would be the architecture of the emerging international monetary system. From 1971 to 1973, the money markets and the value of the dollar became a news, an opinion, an editorial item in both the New York Times and the Wall Street Journal. I examine this record to question how was anxiety about the dollar resolved in media communication? Media narratives were not uniform between and within the two newspapers. What distinguished the Times and Journal's coverage was their diverse framing of the dollar as political, financial or economic object. I conclude that media uncertainty about the dollar was less an outcome of failing expert knowledge as it was a consequence of the dollar's multiple cultural significations.Economic Journalism, dollar, Smithsonian, Nixon shock, media narratives
Perlaksanaan mata pelajaran pendidikan teknik dan vokasional di peringkat sekolah menengah kebangsaan: satu tinjauan di daerah Batu Pahat
Kajian kes ini merupakan satu tinjauan terhadap perlaksanaan mata pelajaran pendidikan teknik dan vokasional di sekolah-sekolah menengah kebangsaan sekitar daerah Batu Pahat. Kajian ini bertujuan untuk mengenalpasti tahap kesediaan fizikal sekolah, kelayakan guru dan pencapaian pelajar di sekolah-sekolah yang menawarkan mata pelajaran berkaitan. Metodologi kajian adalah berasaskan kajian tinjauan dengan menggunakan 2 instrumen, iaitu soal selidik dan temubual. Maklumat yang diperolehi dari tinjauan awal permasalahan kajian ini menunjukkan penawaran mata pelajaran pendidikan teknik dan vokasional hanya melibatkan mata pelajaran Lukisan Kejuruteraan sahaja. Terdapat 4 buah sekolah menengah kebangsaan di daerah ini yang melaksanakan mata pelajaran tersebut bagi pelajar tingkatan 4 dan 5. Sampel kajian terdiri daripada 5 orang guru mata pelajaran Lukisan Kejuruteraan yang ditempatkan di sekolah-sekolah berkenaan. Dapatan utama kajian menunjukkan 60% responden mempunyai pengalaman mengajar 3 hingga 4 tahun di dalam mata pelajaran Lukisan Kejuruteraan. Kelulusan akademik tertinggi responden adalah di peringkat Ijazah Pertama iaitu 90% dengan 60% mempunyai latar belakang pendidikan di dalam bidang kejuruteraan. Dari segi kemudahan fizikal, kajian mendapati keseluruhan sekolah yang terlibat menyediakan 2 bilik iaitu bilik lukisan dan makmal komputer. Kebanyakan bangunan adalah bilik daijah yang diubahsuai 75% dan bangunan tambahan 25%. Secara keseluruhannya, prestasi pencapaian keseluruhan pelajar adalah pada tahap sederhana iaitu 80%, manakala 20% lagi memperolehi pencapaian pada tahap lemah. Terdapat beberapa cadangan dikemukakan untuk memperbaiki sistem yang sedia ada
- …