20 research outputs found

    Perkiraan Laju Erosi Abu Volkanik Hasil Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010 Di Sub-das Opak YOGYAKARTA

    Full text link
    Erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 menghasilkan material piroklastik salah satunya abu volkanik. abu volkanik merupakan material yang mudah tererosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju erosi abu volkanik menggunakan rainfall simulator dan USLE dengan kemiringan lereng yang berbeda dan mengetahui korelasi laju erosi dengan kemiringan lereng. Pengujian laju erosi dengan rainfall simulator menggunakan intenstas hujan 30 mm/jam dan kemiringan lereng 10. 20 dan 30 derajat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kemiringan lereng, laju erosi abu volkanik juga semakin besar. Laju erosi abu volkanik yang dihasilkan USLE jika dibandingkan dengan rainfall simulator karena beberapa kelemahan USLE yang mengakibatkan over estimate dan tidak semua parameter USLE digunakan pada rainfall simulator. Hasil perhitungan laju erosi abu volkanik di SubDAS Opak menggunakan USLE adalah 309,83 ton/ha/tahun. Berdasarkan klasifikasi bahaya erosi, laju erosi tersebut termasuk dalam klasifikasi tinggi

    Analisis Kerusakan Terumbu Karang Akibat Sampah di Pulau Panggang, Kabupaten Kepulauan Seribu

    Full text link
    Terumbu karang merupakan potensi pariwisata bagi pulau kecil namun menjadi terancam karena keberadaan sampah khususnya di Pulau Panggang. Tujuan diadakan penelitian untuk mengetahui sebaran terumbu karang dan sampah serta mengetahui pengaruh sampah pada terumbu karang dan tingkat kerusakannya. Penelitian dilakukan dengan metode survey terumbu karang dan pengukuran sampah. Survey terumbu karang menggunakan metode Line Intercept Transect. Pengukuran sampah dilakukan dengan pengukuran luasan sampah yang berada di pinggir pantai. Hasil berupa peta keberadaan sampah dan keadaan terumbu karang memperlihatkan lebih jelas adanya pengaruh dan kesinambungan pengaruh sampah pada terumbu karang dari sisi keruangan. Pengaruh sampah pada terumbu karang terlihat jelas pada wilayah timur laut. Jumlah luasan sampah pada wilayah Timur Laut mencapai 437 m². Luasan sampah wilayah ini merupakan luasan sampah tertinggi dibanding wilayah lainnya. Hasil persentase terumbu karang mati tertinggi pun juga di wilayah Timur Laut yaitu mencapai 71,9%. Aktivitas manusia yang sangat rendah serta tidak terdapatnya biota yang dapat mematikan terumbu karang menjadikan faktor lain yang dapat mematikan terumbu karang semakin sedikit. Wilayah ini dapat meyakinkan bahwa keberadaan sampah mempengaruhi terumbu karang

    Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Bangunan Tempat Tinggal di Kecamatan Playen Daerah Istimewa YOGYAKARTA

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui kesesuaian lahan untuk bangunan tempat tinggal (2) mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tempat tinggal di Kecamatan Playen; dan (3) menyusun arahan lokasi yang sesuai untuk bangunan tempat tinggal bedasarkan kesesuaian lahan untuk tempat tinggal di Kecamatan Playen. Unit analisis dalam penelitian ini adalah satuan lahan dengan menggunakan metode area sampeling dan matching dengan mempertimbangkan faktor yang pemberat sebagai penentu kelas kesesuaian lahan. Hasil dari klasifikasi kesesuaian lahan menunjukan bahwa 104,49 km² atau 100% luas wilayah kajian adalah kelas kesesuaian tidak sesuai. Evaluasi kesesuaian lahan untuk bangunan tempat menunjukan bahwa setengah dari luas daerah kajian masuk dalam kelas tidak sesuai dengan faktor pembatas potensi kembangkerut dan besar butir. Arahan lokasi pengembangan bangunan tempat tinggal di arahkan berdasarkan pertimbangan perbaikan pada lahan dengan tanpa ada faktor pembatas berupa kemiringan lereng

    Kemampuan Lahan untuk Arahan Kawasan Budidaya dan Non Budidaya Sub Daerah Aliran Sungai Petir di Daerah Istimewa YOGYAKARTA

    Full text link
    DAS merupakan ekosistem yang di dalamnya terdapat interaksi antara biotik, abiotik dan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geomorfologi, kondisi kemampuan lahan, dan arahan kawasan budidaya dan non budidaya Sub-DAS Petir Daerah Istimewa Yogyakarta.Weight factor matching (WFM) merupakan teknik analisa dalam penentuan kelas kemampuan lahan. Data yang digunakan adalah peta RTRW, data tanah dan data kemiringan lereng. Peta tanah, peta bentuklahan dan peta lereng digunakan dalam pembuatan satuan lahan. Analisa yang digunakan adalah analisa geomorfologi, analisa tanah, evaluasi kemampuan lahan dan analisa kawasan budidaya dan non budidaya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan di daerah penelitian termasuk dalam klas III hingga klas VIII dimana di dominasi oleh klas VII. Topografi daerah penelitian yang miring hingga sangat curam dan erosi merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi tingginya kelas kemampuan lahan. Hutan produksi (450 Ha atau 24,7%) dan kawasan hutan rakyat (653 Ha atau 35,9%) adalah jenis penggunaan lahan yang sesuai pada daerah penelitian

    Ketersediaan Lahan yang Sesuai untuk Pengembangan Permukiman di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan

    Full text link
    Pengembangan permukiman di suatu wilayah dapat didasarkan pada berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor kondisi fisik wilayah. Kecamatan Pacitan memiliki kondisi fisik yang beragam, sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan wilayahnya. Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu; 1) memperkirakan kebutuhan lahan untuk permukiman pada tahun 2034, 2) memperkirakan ketersediaan lahan yang sesuai untuk pengembangan permukiman, dan 3) menganalisis alokasi lahan untuk pengembangan permukiman tahun 2034. Metode yang digunakan yaitu proyeksi jumlah kepala keluarga (KK) dan evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman. Proyeksi jumlah KK menggunakan rumus proyeksi geometri. Evaluasi kesesuaian lahan permukiman menggunakan teknik matching, khusunya weight factor matching (WFM). Parameter yang digunakan merupakan parameter fisik wilayah. Hasil yang didapatkan dari penelitian yaitu sebagai berikut; 1) luas kebutuhan permukiman untuk tahun 2034 yaitu 123,80 ha, 2) luas ketersediaan lahan yang sesuai untuk pengembangan permukiman yaitu 1.342,94 ha, dan 3) rencana pengembangan lahan permukiman akan cenderung mengarah ke arah selata

    Analisis Kesesuaian Lahan dan Nilai Keindahan Lanskap untuk Pariwisata Pesisir dan Pantai di Kecamatan Sanden

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sanden. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesesuaian lahan dan menilai keindahan lanskap pariwisata pantai. Metode yang digunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan adalah metode weight matching pada kesesuaian lahan untuk pariwisata, sedangkan metode yang digunakan untuk menilai keindahan lanskap adalah metode SBE (Scenic Beauty Estimation). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan pariwisata untuk tempat bermain, tempat piknik, dan tempat berkemah adalah S2 (cukup sesuai) serta kesesuaian lahan untuk pariwisata pantai adalah S3 (sesuai marginal) dan N (tidak sesuai). dengan nilai keindahan lanskap tertinggi atau yang paling disukai adalah 118,68 terdapat pada lanskap di Pantai Goa cemara dan terendah 0 terdapat pada lanskap di Pengklik Samas. Penelitian ini menghasilkan rekomendasi penggunaan lahan hasil dari nilai kesesuaian lahan, nilai keindahan, dan penggunaan lahan aktual

    Kerentanan terhadap Erosi Marin di Sektor Pariwisata Pantai Kabupaten Bantul

    Full text link
    Kawasan kepesisiran memiliki potensi bencana yang berbagai macam salah satunya, erosi pantai. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi karakteristik dan tingkat kerentanan serta menganalisis persepsi wisatawan terkait bencana erosi pantai serta pengaruhnya terhadap objek wisata pantai. Penelitian ini dalam penilaian tingkat kerentanan menggunakan metode SMCE (Spatial Multi Criteria Evaluation), sedangkan identifikasi karakteristik dengan observasi lapangan dan berdasarkan penilaian tingkat kerentanan. Metode yang digunakan untuk menganalisis persepsi wisatawan dengan wawancara langsung terhadap seratus responden wisatawan di lapangan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penilaian kerentanan dilakukan dengan lima skenario yaitu fisik, sosial, ekonomi, sosial ekonomi dan equal. Identifikasi karakteristik serta tingkat kerentanan daerah kajian yakni Desa Srigading, Desa Gadingsari, dan Desa Poncosari dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jarak bangunan terhadap garis pantai, jumlah penduduk, dan KK miskin. Perspektif wisatawan terhadap aspek fisik berpengaruh terhadap rusaknya bangunan sekitar dan keindahan alam, aspek jumlah wisatawan berpengaruh mengalami penurunan serta sosial ekonomi berpengaruh terhadap menurunnya pendapatan pedagang

    Kesesuaian Lahan Untuk Tempat Tinggal Di DAS Secang, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa YOGYAKARTA Land Suitability of Housing at Secang Watershed, Kulonprogo District, YOGYAKARTA Special Region

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kesesuaian lahan untuk tempattinggal berdasarkan peta penggunaan lahan aktual di DAS Secang, Kulonprogo dan untuk (2) mengetahui pengaruh parameter-parameter kondisi fisik terhadap kesesuaian lahan untuk tempat tinggal di DAS Secang. Unit analisis dalam penelitian ini adalah satuan lahan. Satuan lahan yang memiliki penggunaan lahan permukiman saja yang dijadikan lokasi pengambilan sampel. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah penjumlahan harkat tujuh parameter kesesuaian lahan untuk tempat tinggal di masing-masing sampel. Analisis data dilakukan dengan klasifikasi kelas lahan dari hasil penjumlahan tersebut. Dari hasil klasifikasi kesesuaian lahan dapat disimpulkan bahwa tempat tinggal yang ada di DAS Secang sebagian besar menempati lahan yang cukup sesuai (sedang) seluas 470,64 Ha atau 93,3 % meliputi D1/III/1/Pm, D1/III/3/Pm, D2/IV/1/Pm, dan D2/IV/3/Pm. Sebagian kecil berada di kelas tidak sesuai (buruk) seluas 33,78 Ha atau 6,7 % yaitu D3/V/1/Pm dan D3/V/3/Pm. Kelas lahan sedang dipengaruhi oleh parameter kemiringan lereng dan kembang kerut tanah. Sedangkan kelas lahan buruk dipengaruhi oleh parameter kemiringan lereng, kembang kerut tanah, dan gerak massa batuan
    corecore