18 research outputs found

    Mangrove Community Characteristics and Local Fishermen’s Utilization in North Sulawesi Province: Case study on boat raft fishermen in Sauk village, Labuan Uki bay, Bolaang Mongondow regency

    Get PDF
    This study aims to analyze the characteristics of mangrove vegetation in Sauk village, Labuan Uki bay, and to know the exploitation activities and the community’s perception on mangrove ecosystem. Mangrove vegetation characteristic data were collected using transect line method in 3 stations, while mangrove utilization and community’s perception data were obtained through field observation, questioners, and structured interviews. Respondent sampling used purposive sampling, and the respondents were representatively selected based on profession background as boat raft fishermen.Results showed that mangroves in Sauk village consisted of 8 species, Avicennia officinalis Aegiceras floridum, Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, and S. casiolari. The density level was 689 trees.ha-1 (categorized as rare according to the decree of Living Evironment Minister Numbered 201/2004) and the mean vegetation spread was 95.16 M widely available from 22.70 Ha.People used the mangrove for firewood, building materials, boat frame, fish drying place, net dye material (tree skin), dahannya dibuat wadah bunga buatan, and fishing ground. Some people of the village clear cut the mangroves for boat sailing route, despite violating Indonesian Law numbered 27/ 2007 jo Low numbered 1/2014 concerning coastal area and small islands management.Sixty percent of the respondents understood that mangroves can be cut for various benefits, 40% knew that mangrove area is source of income, 40% as source of firewood, 10% as place where fish lay their eggs, and 10% as coast protection from abrasion.Keyword : mangrove, boat raft fishermen, Sauk village, Labuan Uki bay.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk   menganalisis karaktersitik vegetasi mangrove yang ada di desa Sauk Teluk Labuan Uki dan  mengetahui aktivitas pemanfaatan serta  persepsi masyarakat tentang ekosistem mangrove. Data karakteristik vegetasi  mangrove diambil menggunakan metode transek line  di 3  stasiun. Sedangkan data pemanfaatan mangrove dan persepsi masyarakat dikumpulkan melalui teknik observasi lapangan, pengisian kuesioner dan wawancara terstruktur. Pengambilan sampel responden menggunakan metode purposive sampling. Responden dipilih secara representatif berdasarkan latar belakang profesi sebagai nelayan bagan perahuHasil penelitian menggambarkan bahwa mangrove yang ada di  desa Sauk terdiri dari 8  spesies : Avicennia officinalis (api-api), Aegiceras floridum (api-api), Rhizophora apiculata (lolaro), Rhizophora mucronata(lolaro), Rhizophora stylosa (lolaro), Bruguiera gymnorrhiza (ting), Sonneratia alba (lolaro)  dan Sonneratia casiolari (posi-posi). Tingkat kerapatan 689 pohon/ha (kategori jarang sesuai Kepmen Lingkungan Hidup No 201 Tahun 2004). Ketebalan vegetasi mangrove rata2 95,16 meter dari luas yang tersedia 22,70 Ha.Masyarakat memanfaatkan mangrove untuk : sumber kayu bakar, dibuat bahan bangunan, dibuat rangka kapal, tempat menjemur ikan, kulitnya sebagai pewarna jaring, dahannya dibuat wadah bunga buatan, tempat menangkap ikan dan biota air lainnya. Selain itu ada oknum masyarakat desa Sauk yang menebang mangrove untuk membuat lintasan perahu,  dimana kegiatan ini bertentangan dengan UU No.27 Tahun 2007 jo UU No.1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau2 Kecil. 60 % responden memahami bahwa mangrove adalah tumbuhan yang bebas ditebang untuk dimanfaatkan berbagai kepentingan. 40 % responden memahami kawasan mangrove adalah sumber pencaharian masyarakat lokal, 40 % responden memahami sebagai sumber untuk mencari kayu bakar, 10 % responden memahami sebagai tempat bertelur ikan, dan 10 % responden memahami sebagai penahan abrasi pantai.Keyword : mangrove, nelayan bagan perahu, desa Sauk, Teluk Labuan Uk

    Lift Net Fisheries an it’s Continuity In Local Fishermen Community In North Sulawesi Province (Case study in Labuan Uki Bolaang Mongondow)

    Get PDF
    Penelitian ini mendeskripsikan aktivitas kehidupan komunitas nelayan tangkap lokal yang beroperasi di kawasan teluk Labuan Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow (pesisir Utara  perairan  Sulawesi Utara, Laut Sulawesi). Dalam rangka mengungkap permasalahan yang dialami oleh nelayan  lokal teluk Labuan Uki, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, jenis studi kasus, dimana informasi dari responden (nelayan lokal teluk Labuan Uki)  dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, pengamatan dan observasi.  Sedangkan metode analisis untuk menjawab tujuan penelitian yaitu analisis deskriptif. Adapun hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) bagaimana  kondisi sosial ekonomi  nelayan lokal Teluk Labuan Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow; 2) tingkat produktivitas alat dan peralatan tangkap yang digunakan, serta jenis ikan tangkapan; 3) Mengetahui sistem pemasaran dan pengolahan hasil tangkapan ikan nelayan lokal Teluk Labuan Uki, kabupaten Bolaang Mongondow.   Keyword : nelayan lokal, alat tangkap bagan, teluk labuan uki   ABSTRACT This study was done to investigate the socio-economical conditions of the local fishermen of Labuan Uki Bay , Bolaang Mongondow ; productivity of tools and fishing equipment used and the type of fish catches and marketing systems, and processing of the catch . The method used in this study was a survey method , type of case study , which collected information from respondents using questionnaires, interviews, and observation. Methods of analysis to answer the research purpose was descriptive analysis. The results showed that socio-economical conditions of local fishermen of  Labuan Uki Bay were still low , where the majority of their houses were huts and made of wood ; the largest percentage of low educational level of elementary and secondary school . Fishing gear used was “bagan” boat with a length of between 7-18 m, using an engine of 5.5 OD ( katinting ), and a net of 4.5 to 10 m depth, run by one person, usually done by the owner . The average of catching period was 12 hours per trip, starting from 18.00 PM until 06.00 AM, while the majority of fish caught were anchovy ( Stelopohorus spp ) . In peak season , the catch reaches 100 bowls ( 10 bowls = 1 kg ) per trip , while in the bad and  transitional season ranged from  5 to 40 bowls per trip. Anchovy catches were dried using sun heat and placed on a rack , processed products were then sold to middlemen ( tibo - tibo ) at a price of Rp 15,000 per kg . There were some processed through boiling and then dried with a tool , and sold at Rp . 35.000 per kg . Keyword : local fishermen , “bagan” fishing gear, Labuan Uki Ba

    Zooplankton Community In Coastal Malalayang Waters Manado

    Get PDF
    The purpose of this study was to identify the zooplankton, to know the relative density of zooplankton, and to analyze their community structure, such as Diversity Index (H') and Dominance Index (C).Sampling was conducted on September 30th, 2016 at the depth of 50 cm-withdrawn slowly along 40 meter (2x20 meter back and forth) in each station. The water left in the cod end (reservoir bottle) put into a sample bottle, with alcohol 95%, and taken to the laboratory for identification.Based on the identification, there were 25 species of zooplankton (19 adults, one final larval stage brachyura, 4 larvae of mollusks and worms, and 1 fish larvae 1 unidentified), namely: Oncaea sp. [1], Oncaea sp. [2], Oncaea sp. [3], Diastylis sp., Monstrilla sp., Euchaetomera sp., Euchaeta sp., Ibacus sp., Oithona sp., Synchaeta sp., Farranula sp., Macrosetella sp., Eurydice sp., Calanus sp., Lucifer sp., Eucalanus sp., Scolecithricella sp., Lucicutia sp., Lepidasthenia sp., megalops brachyura, zoea brachyura, larvae of eulimella, larvae of echinospira, larvae of corethra and larvae of fish. Relative density was the highest in Oncaea sp. (34.21%) and Diversity Index (H') was classified as moderate. The diversity index showed that the zooplankton community was less diverse. Dominance Index (C) was also low indicating no species was dominant in the coastal waters of Malalayang.Keyword : Community, zooplankton, Malalayang DuaAbstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis–jenis zooplankton, mengetahui kepadatan relatif zooplankton, dan menganalisa struktur komunitas zooplankton seperti Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Dominasi (C).Pengambilan sampel dilakukan pada 30 September 2016 dengan cara memasukkan plankton net sedalam 50 cm, kemudian ditarik sambil berjalan secara perlahan sepanjang 40 meter (2x20 meter bolak-balik) di tiap stasiun. Air yang tersaring dalam cod end (botol penampungan) dituangkan di dalam botol sampel dan ditambahkan/diawetkan dengan alkohol 95%. Selanjutnya, sampel tersebut dibawa ke Laboratorium untuk diidentifikasi.Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh 25 jenis zooplankton (19 dewasa, 1 organisme muda [tahap akhir larva] zooplankton, 4 larva zooplankton dan 1 larva ikan yang tidak teridentifikasi) yaitu: Oncaea sp. [1], Oncaea sp.[2], Oncaea sp.[3], Diastylis sp., Monstrilla sp., Euchaetomera sp., Euchaeta sp., Ibacus sp., Oithona sp., Synchaeta sp., Farranula sp., Macrosetella sp., Eurydice sp., Calanus sp., Lucifer sp., Eucalanus sp., Scolecithricella sp., Lucicutia sp., Lepidasthenia sp., Megalopa Brachyura, Zoea Brachyura, Larva Eulimella, Larva Echinospira, Larva Corethra dan Larva Ikan. Kepadatan Relatif tertinggi terdapat pada Oncaea sp. sebesar 34,21% Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) zooplankton di tiga Stasiun tergolong sedang. Nilai tersebut menunjukkan bahwa komunitas organisme dalam kondisi yang kurang beragam. Hasil Indeks Dominasi (C) termasuk kriteria dominasi rendah, menunjukkan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi di perairan pantai Malalayang.Kata kunci : Komunitas, zooplankton, Malalayang Du

    Size Structure, Growth Pattern, And Condition Factor Of Red Lolosi Fish (Caesio chrysozona, Cuvier, 1830) From The Bay Of Ratatotok Subdistrict, Southeast Minahasa Tenggara District

    Get PDF
    The research was conducted in December 2016 in Totok Bay, Ratatotok Subdistrict, with the aim to know the size structure, growth pattern and condition factor of red lolosi fish (Caesio chrysozona). It is expected that this research can provide basic information to monitor the presence of these fish in the future, especially in the territorial waters of Ratatotok. The name of red lolosi fish is a local name in North Sulawesi. Fish with the scientific name Caesio chrysozona is commonly found around the coral reefs and shallow rocky coastal waters. Data were collected in the field by taking a random sample of fish from the catch of fishermen who are still in a fishing boat. The number of fish samples taken to be analyzed were 66. Based on the measurement of 66 individuals of red lolosi, the structure size is as follows: male (51 head) with total length of 180 mm - 259 mm, length of fork 153 mm - 216 mm, and raw length 135mm - 200 mm. While body weight ranges from 71.38 gr - 217.18 grams and females (15 fish) with a total length range of 196 mm - 243 mm, fork length of 165 mm - 209 mm, and standard length of 149 mm - 185 mm. While body weight ranges from 110.22 gr - 193.99 gr. The growth pattern of red lolosi fish both male and female is a negative allometric growth pattern (b <3) where the length of fish increase faster than weight gain. The condition factor of each individual male and female varies with the value of the male condition factor ranging from 0.8094 - 1.2547 and females ranged from 0.9668 to 1.0281. Because the value of K ranged 1 then the conclusion is that male and female of red lolosi fish have a less flat shape. This causes the loss of weight of fish due to the influence of food, age, sex and gonad maturity. ABSTRAK Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2016 di Teluk Totok Kecamatan Ratatotok, dengan tujuan untuk mengetahui struktur ukuran, pola pertumbuhan dan faktor kondisi dari ikan lolosi merah (Caesio chrysozona).  Ikan lolosi merah adalah nama lokal di Sulawesi Utara, dan ditemukan cukup berlimpah di  sekitar terumbu karang dan perairan dangkal yang berbatu-batu di Teluk TotokPengambilan sampel di lapangan  dilakukan dengan metoda sampling yaitu dengan cara mengambil sampel ikan secara acak dari hasil tangkapan nelayan yang masih berada dalam perahu nelayan.  Jumlah sampel ikan yang diambil untuk dianalisis sebanyak  66 ekor. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 66 individu lolosi merah, diperoleh struktur ukuran sebagai berikut: jantan (51 ekor) dengan kisaran panjang total 180 mm - 259 mm,.  Sedangkan berat tubuh berkisar dari 71.38 gr – 217.18 gr,  dan betina (15 ekor) dengan kisaran panjang total 196 mm - 243 mm, Sedangkan berat tubuh berkisar dari 110.22 gr – 193.99 gr.  Pola pertumbuhan ikan lolosi merah baik jantan maupun betina adalah pola pertumbuhan allometrik negatif ( b < 3)  dimana pertambahan panjang ikan lebih cepat dari  pertambahan beratnya. Faktor kondisi setiap individu jantan dan betina bervariasi dengan nilai faktor kondisi jantan  berkisar 0.8094 - 1.2547 dan Betina berkisar 0.9668 - 1.0281

    Structure Community of Seagrass (Lamun) In The Village Beach Of Mokupa Tombariri Subdistrict, Minahasa District North Sulawesi.

    Get PDF
    Seagrass community of Mokupa Beach waters, Tombariri sub-district, Minahasa Regency North Sulawesi was selected as study site to get information regarding the distribution, abundance, and diversity of species. Five species were identified in this study are as follow: Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halopila ovalis, Halodule pinifolia, and Enhalus acoroides. T. hemprichii had the highest density among those 5 species with 80.266 individuals/m2, relative density 45.709 % and score of dominance index (C) 0.3269. Among three transects deployed in the study site, transect III has the highest diversity index representing by ‘H = 1.3072. The result showed that seagrass community could grow well in the area which is also shown through similar score of evenness index.Keywords: Seagrass, diversity, dominance A B S T R A K Komunitas Lamun di Perairan Desa Mokupa Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara sebagai lokasi penelitian untuk mendapatkan informasi tentang distribusi, kelimpahan dan keanekaragaman spesies. Diperoleh 5 spesies yaitu : Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halopila ovalis, Halodule pinifolia, Enhalus acoroides. Kepadatan spesies yang tertinggi adalah Thalassia hemprichii 80,266 ind/m2. Kepadatan relatif (%) yang tertinggi adalah Thalassia hemprichii 45,709 %. Nilai indeks dominasi (C) (0,3269). Nilai keanekaragaman tertinggi dari ketiga transek terdapat pada transek III dengan nilai (Hʹ) 1,3072. menunjukan bahwa komunitas ini masih dapat tumbuh dengan baik di daerah tersebut. Hal ini juga ditunjang dengan nilai kemerataan yang hampir sama di ketiga transek penelitian.                                                                               Kata Kunci : Lamun, keanekaragaman, dominasi1Mahasiswa Program Studi MSP FPIK-UNSRAT2Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulang

    Structure Of Mangrove Community On Kumo Island Tobelo Subdistrict, North Halmahera Regency

    Get PDF
    Mangroves are unique plants because they are able to survive in extreme areas with high salinity levels. Mangroves are also often referred to as tidal plants because their growth is influenced by tides. This study uses the quadrant transect line method by determining 3 observation points (stations) taking samples, and determining the condition of mangroves, the calculation of species density, species frequency, species closure, importance value index, and diversity. For environmental variables, several measurements were made, namely temperature, salinity, and type of substrate on Kumo Island. From the results of the study, it is known that mangrove species that have a high density are R.apiculata species and the highest frequency value is in the same species S.alba, while the value of diversity shows a moderate value. The temperature range on Kumo Island is around 29-30 C, as well as the salinity range of 29-30 ppt, and the dominating substrate which is muddy, causes the S.alba species to be found more than other species. Keywords: Kumo Island, Community Structure, Mangrove Abstrak Mangrove merupakan tumbuhan yang unik dan khas karena mampu bertahan hidup pada daerah yang ekstrim dengan kadar salinitas yang tinggi. Mangrove juga sering disebut dengan tumbuhan pasang surut karena pertumbuhanya dipengaruhi oleh pasang surut .Penelitian ini mengunakan metode line transek kuadran dengan menentukan 3 titik pengamatan (stasiun) pengambilan sempel,dan untuk mengetahui kondisi mangrove maka dilakukan perhitungan kerapatan jenis, frekuensi jenis, penutupan jenis, indeks nilai penting dan keanekaragam. Untuk variabel lingkungan dilakukan beberapa pengukuran yaitu suhu, salinitas dan tipe substrat yang ada di Pulau Kumo. Dari hasil penelitian diketahui jenis mangrove yang memiliki kerapatan tinggi yaitu jenis R.apiculata&nbsp; dan untuk nilai frekuensi tertingi ada pada jenis S.alba, sedangkan untuk nilai&nbsp; tutupan ada pada jenis S.alba, untuk keanekaragam menunjukan nilai yang sedang. Kisaran suhu di Pulau Kumo&nbsp; yaitu sekitar 29-30 C, sama halnya dengan kisaran salinitas yaitu 29-30 ppt dan untuk substrat yang mendominasi yaitu berlumpur,hal ini menyebabpkan jenis S.alba banyak ditemukan dari pada jenis yang lain. Kata kunci: Pulau Kumo, Struktur Komonitas, Mangrov

    Analysis Of The Effect Of El Niño La Nina And Sea Level Temperatures On Chlorophyll-A Concentrations In The Waters Of The Maluku Sea:

    Get PDF
    Global weather phenomena cannot be separated from the interaction between the ocean and the atmosphere. El Nino and La Nina are phenomena that were related to the interaction of the sea and the atmosphere which affects many aspects, including the fertility of waters. Indicators of the fertility of water could be determined from the distribution of sea surface temperature and chlorophyll-a concentration. This study aims to analyze variations in the distribution of sea surface temperature and chlorophyll-a in the Maluku Sea when the El Nino and La Nina phenomena are activated. The results showed that when the El Nino phenomenon was activated, there was a decrease in sea surface temperature and an increase in the concentration of chlorophyll-a from normal conditions. Besides, when the La Nina phenomenon was activated, there was an increase in sea surface temperature and a decrease in the concentration of chlorophyll-a from normal conditions. Spatial interpretation when El Nino and La Nina are activated showed low values with a distribution indicating the mixed proceed for the sea surface temperature parameter and showed higher values with an even distribution for the chlorophyll-a parameter. Keywords: Sea Surface Temperature, Chlorophyll-a, El Nino, La Nina. Abstrak Fenomena cuaca secara global tidak bisa lepas kaitannya dengan interaksi antara laut dan atmosfer. El Nino dan La Nina merupakan salah satu fenomena yang berkaitan dengan interaksi laut dan atmosfer yang berpengaruh terhadap banyak aspek termasuk kesuburan suatu perairan. Indikator kesuburan suatu perairan dapat ditentukan dari distribusi suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa variasi distribusi suhu permukaan laut dan klorofil-a di perairan Laut Maluku saat fenomena El Nino dan La Nina aktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat fenomena El Nino aktif terjadi penurunan suhu permukaan laut dan peningkatan konsentrasi klorofil-a dari kondisi normal. Sebaliknya saat fenomena La Nina aktif terjadi peningkatan suhu permukaan laut dan penurunan konsentrasi klorofil-a dari kondisi normal. Interpretasi spasial saat El Nino dan La Nina aktif menunjukkan nilai yang rendah dengan sebaran yang menunjukkan proses mixing untuk parameter suhu permukaan laut, dan menunjukkan nilai yang lebih tinggi dengan sebaran merata untuk parameter klorofil-a. Kata kunci: Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a, El Nino, La Nina

    Gastropod Community An Vertical Distribution Pattern Of Littoraria Scabra (Linnaeus, 1758) In Mangrove Ecosystem, Tombariri District, Nort Sulawesi

    Get PDF
    The Coast water of Tombariri District is an area that has a main ecosystem like mangroves, seagrass, and reef.&nbsp; This research is to aim to know the species various, the structure of the gastropod community, and the vertical distribution pattern of Littoraria scabra in the mangrove ecosystem in Tombariri District, North Sulawesi.&nbsp; Process of gastropod sampling horizontally where transects were put horizontal coastline on every location including Mokupa, Elu, and Tambala.&nbsp;&nbsp; Every transect long has 65 m and also has every transect has 15 quadrats where every quadrat is one-meter square. Therefore, every transect has 15 quadrats, so a total of 45 quadrats. Every quadrant was put systematic method, that is, at terrestrial closing mangrove of 5 quadrats, middle mangrove of 5 quadrats, and coast close mangrove of 5 quadrats.&nbsp; Process of sampling particularly L.scabra where taking vertically, especially on microhabitats that is, roots, stems, branches, and leaves of mangroves. High measuring by meter unit,&nbsp; conducted from the ground where L.scabra found at mangrove until the top vegetation.&nbsp; Based on the result of observation on the identification of gastropod sampling found in the mangrove ecosystem, Tombariri District, North Sulawesi as many 235 of individuals consisting of 5 orders, 23 families, and 32 genera having 78 species.&nbsp; The density of species on every location Mokupa, Elu and Tambala, that is, (D) = 4.60, 5.47, and 5.60 in ind/m2, index of diversity,(H) = 2.54, 3.07, and 3.51 and index of dominance, ID = 0.04, 0.07 and 0.13. Keywords: Microhabitat, density, diversity, and dominance Abstrak Perairan pantai Kecamatan Tombariri merupakan daerah yang memiliki ekosistim utama pesisir seperti mangrove, lamun, dan terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis, struktur komunitas gastropoda dan pola distribusi vertikal spesies Littoraria scabra di ekosistem mangrove Kecamatan Tombariri, Sulawesi Utara. Proses pengambilan sampel gastropoda secara horizontal, di mana transek ditempatkan sejajar garis pantai pada setiap lokasi yakni di Mokupa, Elu, dan Tambala. Panjang setiap transek 65 m dan setiap transek memiliki 15 kuadrat di mana kuadrat berukuran 1 x 1 m. &nbsp;Setiap transek punya 15 kuadrat sehingga total&nbsp; kuadrat seluruh transek adalah 45 kuadrat. Penempatan kuadrat menggunakan metode sistematik yaitu di bagian darat 5 kuadrat, pertengahan 5 kuadrat&nbsp; dan&nbsp; mangrove pinggir&nbsp; laut 5 kuadrat. Proses pengambilan sampel secara vertikal khusus Littoraria scabra, di mikrohabitat akar, batang, cabang dan daun mangrove,Sementara pengambilan sampel L.scabra diukur ketinggian di mana spesies Littoraria scabra ditemukan ldi pohon mangrove dengan menggunakan meteran, dimulai dari dasar sampai ke ujung pohon mangrove. Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi sampel gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove Kecamatan Tombariri, Sulawesi Utara ditemukan sebanyak 235 individu yang terbagi ke dalam 5 ordo, 23 famili dan 32 genera dari 78 spesies. Kepadatan Jenis pada masing-masing lokasi = 4,60, 5,47, dan 5,60 ind/m2. Keanekaragaman H’= 2,54, 3,07, dan 3,51. Dominansi C= 0,04, 0,07, dan 0,13. Kata Kunci : Mikrohabitat, Kepadatan, Keanekaragaman, Dominansi

    Community Structure of Zooplankton in the waters of Kampung Ambong Likupang, North Minahasa

    Get PDF
    Zooplankton has an important role as a linking chain between primary producers and biota at higher trophic levels. This organism is a component in the food chain that has a dual role as both the first consumer and the second consumer. They are intermediaries between plankton and nekton groups. This research was conducted at the field station of Fisheries and Marine Sciences Faculty of Sam Ratulangi University, which is located in Kampung Ambong, Likupang, North Minahasa Regency, to identify the species and to determine the structure of the Zooplankton community through: Density, Relative Density, Diversity (H '), Dominance (e ), and Uniformity (C). Based on the results of species identification, 20 species from 15 genera in 3 classes were obtained, namely Hexanauplia (13 genus 18 species), Crustacea (1 genus 1 species), and Malacostraca (1 genus 1 species). The results of the community structure analysis obtained moderate uniformity values at points 1, 2, and 3. The dominance index shows low values at all three points, where point 2 C = 0.17 and at points 1 and 3 C = 0.20 This means that there is no types of plankton that dominate the area. Temperature 28 ° C, Salinity 300/00, and pH = 7 indicate conditions that are still in a good range as a place to live and grow Zooplankton.Keywords: Zooplankton; Diversity; Community Structure; LikupangAbstrakZooplankton mempunyai peran penting sebagai rantai penghubung produser primer dengan biota pada tingkat trofik yang lebih tinggi, juga merupakan salah satu komponen dalam rantai makanan yang berperan ganda baik sebagai konsumen tingkat pertama maupun konsumen tingkat ke dua, selanjutnya merupakan penghubung antara plankton dan nekton. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Basah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Kampung Ambong, Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, untuk mengetahui jenis dan struktur komunitas Zooplankton melalui: Kepadatan, Kepadatan Relatif, Keanekaragaman (H’), Dominansi (e), dan Keseragaman (C). Berdasarkan hasil Identifikasi jenis, diperoleh 20 spesies dari 15 genus dalam 3 klas, yaitu Hexanauplia (13 genus 18 spesies), Crustacea (1 genus 1 spesies), dan Malacostraca (1 genus 1 spesies).  Hasil analisis struktur komunitas diperoleh nilai keseragaman yang sedang pada titik 1, 2, dan 3. Indeks Dominansi menunjukkan nilai yang rendah  pada ketiga titik, dimana titik 2  C = 0,17 dan pada titik 1 dan 3 C = 0,20  Artinya tidak terdapat jenis plankton yang mendominsi daerah tersebut. Suhu 28°C, Salinitas 300/00, dan pH= 7  menunjukkan kondisi yang masih dalam kisaran baik sebagai tempat hidup dan bertumbuhnya Zooplankton.Kata kunci: Zooplankton; Keanekaragaman; Struktur Komunitas; Likupan

    Structure Of Mangrove Community On Kumo Island Tobelo Subdistrict, North Halmahera Regency

    Get PDF
    Mangroves are unique plants because they are able to survive in extreme areas with high salinity levels. Mangroves are also often referred to as tidal plants because their growth is influenced by tides. This study uses the quadrant transect line method by determining 3 observation points (stations) taking samples, and determining the condition of mangroves, the calculation of species density, species frequency, species closure, importance value index, and diversity. For environmental variables, several measurements were made, namely temperature, salinity, and type of substrate on Kumo Island. From the results of the study, it is known that mangrove species that have a high density are R.apiculata species and the highest frequency value is in the same species S.alba, while the value of diversity shows a moderate value. The temperature range on Kumo Island is around 29-30 C, as well as the salinity range of 29-30 ppt, and the dominating substrate which is muddy, causes the S.alba species to be found more than other species.Keywords: Kumo Island, Community Structure, MangroveAbstrakMangrove merupakan tumbuhan yang unik dan khas karena mampu bertahan hidup pada daerah yang ekstrim dengan kadar salinitas yang tinggi. Mangrove juga sering disebut dengan tumbuhan pasang surut karena pertumbuhanya dipengaruhi oleh pasang surut .Penelitian ini mengunakan metode line transek kuadran dengan menentukan 3 titik pengamatan (stasiun) pengambilan sempel,dan untuk mengetahui kondisi mangrove maka dilakukan perhitungan kerapatan jenis, frekuensi jenis, penutupan jenis, indeks nilai penting dan keanekaragam. Untuk variabel lingkungan dilakukan beberapa pengukuran yaitu suhu, salinitas dan tipe substrat yang ada di Pulau Kumo. Dari hasil penelitian diketahui jenis mangrove yang memiliki kerapatan tinggi yaitu jenis R.apiculata  dan untuk nilai frekuensi tertingi ada pada jenis S.alba, sedangkan untuk nilai  tutupan ada pada jenis S.alba, untuk keanekaragam menunjukan nilai yang sedang. Kisaran suhu di Pulau Kumo  yaitu sekitar 29-30 C, sama halnya dengan kisaran salinitas yaitu 29-30 ppt dan untuk substrat yang mendominasi yaitu berlumpur,hal ini menyebabpkan jenis S.alba banyak ditemukan dari pada jenis yang lain.Kata kunci: Pulau Kumo, Struktur Komonitas, Mangrov
    corecore