199 research outputs found
PENGATURAN PELAKSANAAN PUTUSAN GUGATAN SEDERHANA
PENGATURAN PELAKSANAAN PUTUSAN GUGATAN SEDERHANA Samsul MaidiDarmawanMujibussalimABSTRAK 2 13Gugatan sederhana atau disebut dengan small claim court, merupakansuatu bentuk proses perkara perdata di pengadilan yang bersifat cepat, sederhanadan biaya ringan. Pengaturan mengenai gugatan sederhana dapat dilihat dalamPeraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015, tentangTata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana. Peraturan tersebut dikeluarkan untukmemberikan solusi atau jawaban bagi para pencari keadilan yang hendakmengajukan gugatan dengan penyelesaian secara cepat, sederhana dan biaya yangringan. Kehadiran PERMA Nomor 2 Tahun 2015 merupakan implementasi dariasas peradilan sederhana, cepat, biaya ringan bagi para pencari keadilan denganproses pemeriksaan dan pembuktian yang sederhana sehingga tidak memerlukanwaktu lama dan berlarut-larut. Namun, PERMA Nomor 2 Tahun 2015 tersebuttidak mengatur tentang pelaksanaan putusan gugatan sederhana, sehingga harusmengacu pada ketentuan Pasal 196 HIR/207 R.Bg yang mengatur tentangpelaksanaan putusan. Penelitian dan pengkajian ini bertujuan menjelaskan bagaimana pengaturan dan tata cara penyelesaian perkara Gugatan Sederhana padaPengadilan Negeri, apakah faktor yang menjadi kendala hukum dalampelaksanaan putusan Gugatan Sederhana pada Pengadilan Negeri,bagaimanakah prosedur hukum yang harus ditempuh apabila putusan GugatanSederhana tidak dijalankan secara sukarela. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukumyuridis normatif, yang menitik beratkan pada penelitian data kepustakaan atauyang disebut data skunder, serta melihat peraturan perundang-undangan yangterkait dan putusan-putusan pengadilan. Teknik yang digunakan dalampegumpulan data berupa studi dokumen, kemudian dianalisis denganmenggunakan metode kualitatif dengan menguraikan secara preskriptif terhadapnorma hukum yang mengatur tentang pelaksanaan putusan gugatan sederhana Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, PERMA Nomor 2 Tahun 2015,tidak mengatur secara implisit dan tegas mengenai aturan hukum terhadappelaksanaan Putusan Pengadilan dalam perkara Gugatan Sederhana yang telahberkekuatan hukum tetap, sehingga ditemukan kendala hukum dalam pelaksanaanPutusan Gugatan Sederhana apabila pihak yang kalah tidak bersedia untukmelaksanakan putusan secara sukarela, sehingga jalan yang harus ditempuh olehpihak yang menang yaitu mengajukan permohonan eksekusi pada pengadilan ditempat perkara Gugatan Sederhan diajukan dengan mengacu pada prosedur atauketentuan eksekusi yang diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku umumseperti layaknya proses pelaksanaan eksekusi perkara perdata biasa, Prosedur initentunya harus mengorbankan banyak waktu, biaya serta tenaga yang tentunya sangat kontroversial dengan asas-asas, atau prisip-prinsip keadilan, kemanfaatandan kepastian hukum yang ingin diwujudkan oleh PERMA nomor 2 Tahun 2015tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana. Hendaknya dalam PERMA Nomor 2 Tahun 2015, juga mengatur secarakhusus terhadap pelaksanaan putusan Gugatan Sederhana yang berbeda denganpelaksanaan eksekusi dalam perkara perdata biasa agar tercapainya tujuan untukmewujudkan kesederhanaan dalam gugatan sederhana. Selanjutnya mengingatminimnya nilai kerugian materil yang diperjuangkan oleh para pihak, dan jikapada saat mengajukan permohonan eksekusi ternyata harus mengeluarkan biayaproses yang berjumlah besar tentunya perjuangan tersebut menjadi sia-sia. olehkarena itu perlu adanya aturan hukum yang jelas yang sifatnya memaksa agar hakhakpihak yang dirugikan dapat dikembalikan seperti keadaan semula, demiterwujudnya keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan bagi masyarakatpencari keadilan sehingga dapat merasakan langsung manfaat terhadap aturanhukum yang diciptakan.selanjutnya disarankan, sebelum adanya ketentuan khususterhadap pelaksanaan putusan Gugatan Sederhana (Small Claim Court) kepadapihak yang berperkara, selain dapat mengajukan permohonan pelaksanaan putusanmelalui ketentuan hukum acara perdata biasa, hendaknya dapat menempuh upayamediasi diluar pengadilan sehingga terjadilah negosiasi dan kesepakatan bersamauntuk menyelesaikan sengketa, dengan demikian akan memperkecil pengeluaranbiaya, waktu, dan tenaga dalam pelaksanaan putusan gugatan sederhana. Kata kunci: Pengaturan, Pelaksanaan, Putusan, Gugatan Sederhana. 123 Mahasiswa Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing THE ARRANGEMENT ON IMPLEMENTATION OF THE DECISIONS OF SMALL CLAIM COURT Samsul MaidiDarmawanMujibussalimii iiiiABSTRACT Simple Lawsuit, called a small claim court, is a form of civil court proceedings in the court that is fast, simple and low-cost. The regulation aboutsimple lawsuit can be seen in Supreme Court Regulation of The Republic ofIndonesia Number 2 of 2015 concerning Procedures for Settlement of SimpleLawsuit. The regulation was issued to provide solutions or answers for justiceseekers who want to file a lawsuit with a fast, simple and low-cost settlement. Theexistence of PERMA Number 2 of 2015 is the implementation of the principle ofsimple justice, fast, low-cost for the justice seekers with a simple process ofinvestigation and verification so that it does not take long time and protracted.However, PERMA No. 2 of 2015 does not regulate about the implementation ofdecision of simple lawsuit so that it must refer to the provisions of Article 196 HIR/ 207 R.Bg which regulates about the implementation of decisions. This research and study aims to describe how the arrangements andprocedures for resolving the case of Simple Lawsuits in District Court of Sigli,and what are the factors that become the legal constraints in the implementationof decisions of Simple lawsuit in District Court, as well as how is legalprocedures that must be taken if the decision of simple lawsuit is not carried outvoluntarily. The research method used is legal research method of juridical-normative,which focuses on the research of library data or what is called as secondary dataand looking at the relevant legislation as well as court decisions. The techniqueused in data collection is in the form of document studies, then analyzed usingqualitative methods by prescriptively describing the legal norms that govern theimplementation of the decisions of simple lawsuit. The results of this study indicate that PERMA No. 2 of 2015 does notimplicitly and firmly regulate the legal rules regarding the implementation ofCourt Decisions in Simple Lawsuit case that has permanent legal force, so thatthe legal obstacles in the implementation of Decisions of Simple Lawsuit arefound if the losing party is not willing to implement the decision voluntarily, thusthe way that must be taken by the winning party is to submit the request forexecution to the court at the place where the Simple Lawsuit was filed by referringto the procedures or conditions of execution set out in Civil Procedure Law that generally applies. Similar with the process of carrying out ordinary civil caseexecutions, this procedure certainly has to sacrifice a lot of time, money andenergy which is certainly very controversial with the basis or principles of justice, expediency and legal certainty that are wanted to be realized by PERMA No. 2 of2015 on the Procedures for the Settlement of Simple Lawsuit. It is suggested that in PERMA No. 2 of 2015 should also specificallyregulates the implementation of simple lawsuit decisions that are different fromthe implementation of execution in ordinary civil cases in order to achieve theobjective of realizing the simplicity in a simple lawsuit. Furthermore, byconsidering the minimal value of the material losses suffered by the parties, and ifat the time of submitting an application for execution it turns out that it has toincur a large amount of budget in its process, then of course the struggle will bein vain. Therefore, it is necessary to have clear legal rules that are forced in orderto bring the rights of the injured party back to their previous condition, to realizethe justice, legal certainty and expediency for justice seeker community so thatthey can directly feel the benefit from the created legal rules. Furthermore, it isrecommended that before the existence of special provisions regarding theimplementation of a Small Claim Court decision for litigants, besides being ableto submit a request for the implementation of the decision through the provisionsof ordinary civil procedure law, it should be able to take mediation efforts outsidethe court so that negotiations and collective agreements occur to resolve thedispute, thus it will reduce the expenditure of cost, time, and energy in theimplementation of simple lawsuit decision.Keywords: Arrangements, Implementation, Decision, Simple Lawsuit. i Student ii Chief of Supervising Commission iii Member of Supervising Commisssio
Tinggal di Panti Sosial menurut Lansia (Studi di Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Kota Banda Aceh)
Tinggal di Panti Sosial Menurut Lansia Studi di Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Kota Banda Aceh. Fokus pembahasan pada penelitian ini adalah Pertama, untuk mengetahui apa faktor penyebab lansia harus tinggal di Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang, Kedua, untuk mengetahui bagaimana pelayanan yang diberikan kepada lansia oleh petugas di Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang, Ketiga, untuk mengetahui apakah para lansia merasa lebih nyaman dan terpenuhi segala kebutuhan mereka selama tinggal di Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang, Keempat, untuk mengetahui bagaimana menurut lansia tinggal di Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan jumlah sampel 16 orang. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, faktor penyebab lansia harus tinggal di Panti yaitu: tidak merepotkan keluarga, atas izin keluarga (anak atau family), kemauan sendiri, tersedia pelayanan kesehatan, tinggal sebatang kara, faktor ekonomi dan kesibukan keluarga dalam aktivitas masing-masing. Kedua, Pelayanan yang di berikan kepada lansia oleh petugas di Panti berupa mendampingi atau melayani semua kegiatan para lanjut usia seperti Shalat lima waktu berjamaah di mushalla, pengajian, senam kebugaran, membuat kerajinan tangan satu bulan sekali, tersedia posyandu, refresing (jalan-jalan). Ketiga, Para lansia merasa lebih nyaman dan terpenuhi segala kebutuhan mereka selama tinggal di Panti berupa terpenuhinya kebutuhan fisik atau kebutuhan dasar (basic need) seperti makan, minum dan tempat tinggal. Keempat, Menurut lansia tinggal di Panti yaitu berbagai rasa suka atau duka yaitu tersedia semua fasilitas yang memadai, sedangkan rasa duka atau kesedihan tinggal di panti yakni jauhnya dari keluarga seperti anak, cucu, menantu serta keluarga lainnya
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOLABORASI PADA MATERI BERDISKUSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEI KEPAYANG BARAT KABUPATEN ASAHAN
Kesulitan dalam menguasai kemampuan tersebut bagi siswa terutama siswa kelas IX SMP Negeri 2 Sei Kepayang Barat antara lain adalah minimnya media penunjang yang membantu mengembangkan peningkatan kemampuan membaca siswa, selama ini siswa hanya menggunakan buku paket atau buku acuan yang direkomendasikan oleh sekolah tanpa adanya penambahan dari sumber lain. Selain itu minat membaca siswa juga menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar siswa, hal ini terlihat dari hasil ulangan harian khususnya untuk kemampuan membaca sangat rendah dengan rata-rata kelas sebesar 56,0 dan hanya 25,9% siswa yang tuntas dalam belajarnya dari KKM 65 yang ditetapkan. Adapun hasil pengamatan pada proses belajar mengajar menujukkan aktivitas siswa lebih meningkat selama proses pembelajaran berlangsung, baik pada siklus I maupun pada siklus II, dibandingkan dengan suasana belajar siswa yang fasif dan kaku sebelum dilakukannya tindakan kelas. Perolehan presentase siswa yang aktif pada siklus I adalah 34,5% dan pada siklus II adalah 66%. Aktivitas guru juga meningkatkan pada siklus I dan siklus II dalam hal menerapkan langkah-lagkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperati8f tipe Numbered Heads Together dengan perolehan presentase skor adalah 52,5% degan kategori cukup menjadi 72% pada siklus II dengan kategori baik. Berpijak dari rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan memahami wacana sastra bagi siswa kelas IX SMP Negeri 2 Sei Kepayang Barat dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kata kunci : Model, Kolaborasi, Smp Negeri 2, Sei Kepayan
Analysis of The Effect of Economic Growth on Energy Demand in Indonesia
This study analized the growth of economic viewpoints to examine how energy demand effects economic growth in Indonesia. It utilizes 4 decades from 1970 – 2016 and the bound testing cointegration approach along with multivariate Granger Casuality by using VECM model to examine probable statistical relationship between the variables. Results based on bound test approach suggest that if economic growth increases then energy consumption increases. Unlike the short term, energy does not affect changes in economic growth. Meanwhile, the activity of trade openness and energy consumption is increasing where the authors hypothesize that energy demand will increase
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA KONTRUKSI PT INDOPORA PROYEK EAST 8 CIBUBUR JAKARTA TIMUR
Perilaku tidak aman atau unsafe action adalah tindakan seseorang yang menyimpang dari prosedur atau cara yang wajar atau bener menurut persetujuan bersama yang dibiarkan tanpa perbaikan akan menimbulkan kecelakaan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilakutidak aman pada pekerja kontruksi. Metode penelitian yaitu kuantitatif dengan desian cross sectional dengan sampel 61 responden. Pengumpulan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Analisa bivariat dilakukan dengan uji chi square. Responden dengan sikap tidak setuju dengan perilaku tidak aman sebesar 13 responden (37,7%) ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku tidak aman dengan nilai OR sebesar 3,958 (95% CI 0,998-15,701).Perilaku tidak aman juga dipengaruhi oleh lingkungan dengan p-value 0,034 dan OR 5,760 (95% CI 1,175-18,144). Ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan perilaku tidak aman (OR 9,014; 95% CI 1,175-18,144). Pekerja yang kurang mendapatkan pelatihan harus tetap diberikan pelatihan agar pekerja tahu bagaimana cara bekerja sesuai dengan SOP dan aman meski lingkungan fisik kotor akibat dari kegiatan proyek tersebut. Pelatihan juga bisa mempengaruhi sikap. Semakin banyak pelatihan maka sikap terhadap sesuatu pekerjaan juga semakin baik. Pekerja juga menjaga kebersihan dan kerapian agar bisa meminalisir kecelakaan akibat perilaku tidak aman. Kata Kunci : Perilaku tidak aman, Kontruks
Analisa Kerusakan Dan Perawatan Bearing Tail Shaft RF03A-03B Dan V Belt Roll Crusher Pada FC01 di PT Mifa Bersaudara
PT Mifa Bersaudara adalah perusahaan batu bara yang beroperasi di wilayah Aceh Barat, Dalam proses produksinya PT Mifa Bersaudara menggunakan alat angkut utama yang di sebut Conveyor. Sistem kerja dari conveyor pada umumnya menggunakan metode peralatan mekanik pemindah material dalam satuan unit beban (unit load) atau satuan muatan curah (bulk load) . Pada penelitian dilakukan pengkajian mengenai dua komponen penting dari conveyor, komponen ini di sebut dengan Bearing Tail Shaft dan V Belt. Penelitian ini di lakukan di area conveyor fc 01 dan area roll crusser. Berdasarkann hasil penelitian di temukan kerusakan pada komponen tersebut dan setelah dilakukan pendekatan dengan menggunakan diagaram fishbone untuk menganalisa penyebab kerusakan dan akibat yang timbulkan maka hasil yang di dapatkan adalah sebagai berikut. Factor pertama yang dapat menyebabkan kerusakan pada komponen bearing tail shaft dan v belt yaitu life time atau usia pakai komponen itu sendiri, factor kedua disebabkan oleh material yang di angkut, bisa saja pada saat proses produksi terselip benda asing mialnya berupa material logam tentunya hal itu dapat merusak belt, factor ketiga yaitu di sebabkan oleh mekanik atau teknisi, yang biasanya kurangnya pembelakan ataupun pengetahuian menganai belt, kemudian kurangnya pelumasan pada saat bearing sedang aktif atau beroperasi dan factor terakhir disebabkan oleh lingkungan konveyor itu berada baik karena debu atau pun kurangnya pembersihan area operasi dan juga factor cuaca yang tak menentu. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah diatas dilakukan pencegahan dan pemeriksaan apabila ditemukan indikasi kerusakan maka dilanjutkan dengan perbaikan atau pergantian komponen.
Adolf, Maidi, Charles and Helen Grossmann to Mr. Meredith (16 October 1962)
https://egrove.olemiss.edu/mercorr_pro/2174/thumbnail.jp
Distributed feedback control of a fractional diffusion process
International audienceIn this paper, a control law that enforces an output tracking of a fractional diffusion process is developed. The dynamical behavior of the process is described by a space-fractional parabolic equation. The objective is to force a spatial weighted average output to track its specified output by manipulating a control variable assumed to be distributed in the spatial domain. The state feedback is designed in the framework of geometric control using the notion of the characteristic index. Then, under the assumption that the fractional diffusion process is a minimum phase system, it is shown that the developed control law guarantees exponential stability in L2 -norm for the resulting closed loop system. Numerical simulations are performed to show the tracking and disturbance rejection capabilities of the developed controller
Boundary Geometric Control of a Nonlinear Diffusion System with Time-Dependent Spatial Domain
International audienceA Stefan problem represents a distributed parameter system with a time-dependent spatial domain. This paper addresses the boundary control of the position of the moving liquid-solid interface in the case of nonlinear Stefan problem with Neumann actuation. The main idea consists in deriving an equivalent linear model by means of Cole-Hopf tangent transformation, i.e. under a certain physical assumption, the original nonlinear Stefan problem is converted to a linear one. Then, the geometric control law is deduced directly from that developed, by the authors of the present paper, for the linear Stefan problem. Based on the fact that the Cole-Hopf transformation is bijective, it is shown that the developed control law yields a stable closed-loop system. The performance of the controller is evaluated through numerical simulation in the case of stainless steel melting characterized by a temperature-dependent thermal conductivity, which is nonlinear. The objective is to control the position of the liquid-solid interface by manipulating a heat flux at the boundary
- …