15 research outputs found

    Model Statistik Dalam Menentukan Status Hara Nitrogen Sebagai Pedoman Rekomendasi Pupuk Pada Tanaman Manggis

    Full text link
    Penelitian bertujuan mendapatkan model regresi yang sesuai untuk menentukan status hara nitrogen pada tanaman manggis, sehingga status hara nitrogen dapat diinterpretasikan. Penelitian dilakukan di Kebun Manggis Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mulai April 2005 sampai dengan April 2007. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dan lima ulangan. Perlakuan yang di uji ialah lima taraf dosis pupuk N yaitu 0, 300, 600, 900, dan 1.200 g/tanaman/tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model regresi yang terbaik antara konsentrasi N pada daun umur 5 bulan dan produksi ialah kuadratik. Berdasarkan model kuadratik tersebut diketahui bahwa konsentrasi N daun berstatus sangat rendah (<99%), rendah (0,99-<1,35%), sedang (1,35-<2,10%), dan tinggi (>2,10%). Untuk menaikkan konsentrasi N daun dari status sangat rendah menjadi sedang membutuhkan pupuk N sebesar 3.017-7.017 g/tanaman/tahun pada tahun pertama. Untuk tahun kedua, N yang diperlukan sekitar 2.032-4.698 g/tanaman/tahun. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun rekomendasi pemupukan untuk tanaman manggis.The objectives of this study was to determine an ideal regression model for estimating nitrogen status on mangosteen plants, so that the nitogen status in mangosteen leaf tissue can be interpreted. The research was conducted at a mangosteen orchard at Cengal Kampong, Karacak Village, Leuwiliang Subdistrict, Bogor District, West Java in April 2005 till April 2007. A completely randomized block design was used with five treatments levels of N fertilizer dosages and six replications. The dosages levels of N tested were 0, 300, 600, 900, and 1,200 g/plant/year. The results showed that the best regression model for describing the relation between concentration of N on mangosteen leaf of 5 months age and plant production was the quadratic model. According to this model, the nitrogen status in leaf tissues was very low (<0.99%), low (0.99 to <1.35%), medium (1.35 to <2.10%), and high (>2.10%). To increase the concentration of N on mangosteen leaf from low status to medium ones, it needed N fertilizer approximately 3,017 to 7,017 g/plant/year in the first year. For the second year, it required about 2,032 to 4,698 g/plant/year. This results can be used as a guide to estimate fertilizer recommendations for mangosteen

    Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk N, P, Dan K Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung (Solanum Melongena L.) [the Influence of Dose Combination Fertilizer N, P, and K on Growth and Yield of Eggplant Crops (Solanum Melongena L.)]

    Full text link
    Pemupukan berimbang merupakan syarat pokok keberhasilan dalam meningkatkan produktifitas tanaman terung. Salah satu upaya dengan mencari dosis yang tepat. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh kombinasi dosis pupuk N,P,K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung, dan untuk mendapatkan dosis pupuk NPK yang paling tepat dalam meningkatkan produktifitas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februri 2013 - Juli 2013 di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Buah, wera, subang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 11 perlakuan dan 3 ulangan yang terdiri dari. a. (Kontrol) 0 kg/ha b. ( 0 kg N/ha + 100 kg P2O5/ha + 75 kg K2O/ha) c. ( 100 kg N/ha + 100 kg P2O5/ha + 75 kg K2O/ha) d. ( 200 kg N/ha + 100 kg P2O5/ha + 75 kg K2O/ha) e. ( 300 kg N/ha + 100 kg P2O5/ha + 75kg K2O/ha) f. ( 100 kg N/ha + 0 kg P2O5/ha + 75 kg K2O/ha) g. ( 100 kg N/ha + 200 kg P2O5/ha + 75 kg K2O/ha) h. ( 100 kg N/ha + 300 kg P2O5/ha + 75 kg K2O/ha) i. ( 100 kg N/ha + 100 kg P2O5/ha + 0 kg K2O/ha) j. ( 100 kg N/ha + 100 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha) k. ( 100 kg N/ha + 100 kg P2O5/ha + 225 kg K2O/ha). Hasil penelitian menunjukan bahwa pemupukan NPK berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung, perlakuan dosis pupuk NPK sebanyak 200 kg n/ha, 100 kh P2O5/ha, 75 kg K2O/ha memberikan pengaruh paling baik terhadap semua parameter pengamatan.KeywordsTerung; Dosis; Kombinasi; NPK; Pupu

    Inovasi Teknologi Pengendalian Opt Ramah Lingkungan Pada Cabai: Upaya Alternatif Menuju Ekosistem Harmonis

    Full text link
    Cabai merupakan salah satu komoditas pilihan bagi petani karena mempunyai nilai jual yang tinggi. Pengusahaan cabai dilakukan secara intensif tanpa mempertimbangkan prinsip pertanian berkelanjutan sehingga mengakibatkan timbulnya ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT), penurunan kesuburan tanah, dan pencemaran lingkungan. Selain itu, introduksi sistem pertanaman monokultur dan varietas modern menyebabkan hilangnya keragaman genetik, sebagai contoh 70% spesies burung dan 49% spesies tanaman kini terancam. Hal ini diperparah oleh Perubahan iklim yang meningkatkan serangan OPT dan menurunkan produksi cabai antara 25-100%. Pengendalian OPT ramah lingkungan akhir-akhir ini dikembangkan dalam usaha tani cabai untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknologi yang dapat mengatasi dampak variabilitas iklim dan kejadian cuaca ekstrem. Indikator keberhasilan pengendalian OPT ramah ling-kungan ialah (1) keseimbangan ekosistem tetap terjaga; (2) biodiversitas tetap lestari; (3) residu pestisida minimal; dan (4) biaya produksi menurun. Teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan dapat diterapkan bila pemerintah berfungsi sebagai fasilitator melalui kebijakan dengan memberikan insentif kepada produsen untuk mengadopsi cara pengendalian OPT ramah lingkungan dan insentif bagi konsumen yang mengonsumsi produk bersih. Dukungan terhadap kegiatan penelitian pengendalian OPT ramah lingkungan perlu pula ditingkatkan. Peraturan Perundangan dalam diseminasi dan implementasi pertanian berwawasan lingkungan perlu pula diperkuat

    Keragaan Tiga Galur Lanjut Cabai Merah Pada Ekosistem Dataran Tinggi Lembang, Jawa Barat

    Full text link
    Cabai merupakan sayuran penting yang banyak digunakan masyarakat di Indonesia. Pengujian dilakukan dibawah kondisi agro ekosistem dataran tinggi di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan lima ulangan. Tiga galur baru cabai merah yaitu, 1) PP 0537-7558, 2) YK-1, 3) YK-2 serta dua vartietas pembanding Perisai dan Tanjung- 2 dijadikan sebagai perlakuan. Setiap plot ditanami 30 tanaman per plot. Peubah yang diamati diantaranya ialah tinggi tanaman, vigor tanaman, intensitas kerusakan oleh Antracnosa dan virus kuning, hasil panen bobot dan jumlah buah, serta panjang buah yang merupakan karakter kuantitatif. Untuk karakter kualitatif yang diamati ialah data yang diperlukan untuk penyusunan deskripsi morfologi tanaman. Hasil pengujian diketahui bahwa, peroleh bahwa, galur YK-2 menampilkan vigor tanaman yang paling bagus. Disamping itu galur tersebut menampilkan tinggi tanaman yang tertinggi. Potensi hasil paling tinggi dihasilkan galur YK-2 (22,64 ton/ha) nyata lebih tinggi dibandingkan kedua varietas pembandingnya yaitu Perisai (14,96 ton/ha) dan Tanjung-2 (14,62 ton/ha). Disamping itu galur YK-2 memiliki panjang buah yang ideal yaitu 15,08 cm, lebih panjang dari varietas pembanding Perisai (9,06 cm). Galur-galur yang diuji dapat dideskripsikan dengan cukup lengkap. Implikasi dari kegiatan ini terpilih satu galur advanced cabai untuk pengujian lebih lanjut

    Potensi Campuran Spodoptera Exigua Nucleopolyhedrovirus (SeNPV) dengan Insektisida Botani untuk Meningkatkan Mortalitas Ulat Bawang Spodoptera Exigua (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) di Laboratorium

    Full text link
    [Potential Mixtures Between SeNPV with Botanical Insecticides to Increase Larvae Mortality of Spodoptera exigua (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) in Laboratory]Hama Spodoptera exigua (Hübner) (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan hama penting pada tanaman bawang di Indonesia. Pengendalian hama ini dengan insektisida kimia sintetik tidak memuaskan, bahkan telah menyebabkan hama menjadi resisten. SeNPV bila diaplikasikan secara tunggal untuk pengendalian hama S. exigua hasilnya masih kurang memuaskan. Namun, diharapkan SeNPV bila dicampurkan dengan insektisida botani dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk mengendalikan hama S. exigua. Penelitian bertujuan mengetahui potensi campuran SeNPV dengan insektisida botani terhadap mortalitas larva S. exigua instar 3 di laboratorium. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang ( ± 1.250 m dpl.), mulai bulan Juli sampai Oktober 2014. Larva S. exigua dikumpulkan dari pertanaman petani bawang merah di daerah Cirebon, Jawa Barat dan diperbanyak di Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap kegiatan, yaitu (1) uji pendahuluan dosis SeNPV dan empat jenis ekstrak tumbuhan, yaitu legundi (Vitex trifolia Linn.), serai wangi (Cymbopogon nardus), daun jeruk purut (Citrus hystrix DC), ubi gadung (Dioscorea hispida) dan (2) uji campuran beberapa dosis SeNPV dengan dosis sublethal dari ekstrak daun legundi (Vitex trifolia Linn.). Rancangan percobaan yang digunakan ialah rancangan acak lengkap yang terdiri atas enam perlakuan dan empat ulangan. Mortalitas larva S. exigua diamati mulai 24 jam sampai dengan 168 jam setelah perlakuan. Data mortalitas larva diolah menggunakan analisis probit untuk menetapkan nilai LC50. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai LC50 SeNPV sebesar 424,67 ppm dan dari empat ekstrak insektisida botani yang terendah diperoleh dari insektisida daun legundi, yaitu 2.199, 277 ppm. Berdasarkan nilai LC50 campuran SeNPV dengan insektisida botani daun legundi menunjukkan efektivitas sinergistik dan meningkatkan efikasi 12,24 kali lipat jika dibandingkan dengan SeNPV secara tunggal. Kombinasi SeNPV dengan ekstrak daun legundi konsentrasi sublethal dapat meningkatkan efikasi virus SeNPV dalam mengendalikan S. exigua.KeywordsSpodoptera exigua; SeNPV; Vitex trifolia; Sinergisme; Mortalitas larv

    Seleksi Dan Adaptasi Empat Calon Varietas Unggul Buncis Tegak Untuk Dataran Medium (Selection and Adaptation of Four Variety Candidates Superior Bush Bean Varieties for Medium Land)

    Full text link
    Buncis merupakan salah satu sayuran yang mempunyai peranan penting sebagai sumber gizi masyarakat dan sebagai sumber ekonomi. Rerata hasil buncis masih rendah (< 15 t/ha). Salah satu cara untuk meningkatkan produksi buncis baik kuantitas maupun kualitas, yaitu melalui penggunaan benih bermutu tinggi. Benih bermutu tinggi dapat berupa varietas unggul baru buncis tegak, yang sampai saat ini belum ada varietas yang didaftar. Skrining kultivar-kultivar buncis tegak telah dilakukan dan menghasilkan empat kultivar yang menunjukkan hasil yang baik. Hasil dari uji pendahuluan dan uji lanjutan menunjukkan ternyata buncis tegak cocok untuk dikembangkan di dataran medium dan dataran rendah sampai 200 m dpl. Oleh karena itu, sebagai syarat untuk pendaftaran varietas telah dilakukan uji keunggulan di tiga lokasi dataran medium dan dua musim tanam. Penelitian ini bertujuan mendapatkan varietas unggul buncis tegak untuk dataran medium, kualitas baik (seragam, renyah, dan polong hijau terang) dan produksi tinggi (> 20 t/ha). Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas lima nomor yang diuji, yaitu Le - 02, Le - 44, Balitsa 1, Balitsa 2, dan Balitsa 3 serta BC 02 sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Balitsa 1, Balitsa 2, dan Balitsa 3 merupakan varietas unggul buncis tegak untuk dataran medium yang disukai konsumen dan produksi lebih besar, masing-masing 16,25 t/ha, 19,50 t/ha, dan 19,71 t/ha. Dari hasil kegiatan uji keunggulan ini didapat tiga calon varietas unggul buncis tegak berkualitas baik dan produksi tinggi dan beralasan untuk didaftarkan.KeywordsVarietas unggul; Buncis tegak; Seleksi dan adaptasi; Dataran mediu

    Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah dengan Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati pada Tanah Alluvial

    Full text link
    Tanah Alluvial mempunyai kadar bahan organik dan N-total yang tergolong sangat rendah sehingga penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati dengan dosis yang cukup diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan sifat kimia tanah serta meningkatkan hasil bawang merah. Bawang merah merupakan komoditas sayuran penting yang biasa tumbuh di tanah Entisol. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik dan pupuk hayati terhadap dosis optimal dan produktivitas tanaman bawang merah pada tanah Alluvial. Percobaan lapangan dilakukan di Brebes, Jawa Tengah pada bulan Mei – Agustus 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan dan 10 kombinasi perlakuan dosis pupuk organik dan pupuk hayati, aplikasi perlakuan dilakukan dengan cara ditabur. Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, hasil panen segar, bobot kering eskip, serapan hara tanaman, dan analisis kimia tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah, tetapi berpengaruh terhadap hasil umbi bawang merah. Dosis 3.000 kg/ha pupuk organik + 50 kg/ha pupuk hayati memberikan hasil bobot umbi kering eskip bawang merah paling tinggi, yaitu sebesar 23,22 kg/15 m2. Implikasi dari hasil penelitian ini bahwa penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati dapat dilakukan sebagai cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia
    corecore