13 research outputs found

    Kajian pustaka pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia

    Get PDF
    Di Indonesia pasien skizofrenia telah melakukan pengobatan, namun tidak banyak pasien skizofrenia yang meminum obat dengan rutin, hal ini diperburuk dengan data pada tingkat nasional berupa perilaku penelantaran anggota keluarga pasien skizofrenia. Perilaku penelantaran yang dilakukan bisa berupa pemasungan anggota keluarga dengan pasien skizofrenia. Penerimaan keluarga yang kurang baik terlihat dari keluarga yang tidak pernah berusaha mencari memahami perihal penyakit dan menunjukkan keluhan pasien, terkadang berusaha mengikuti perkembangan pasien dari hari ke hari, melatih mengontrol penyakit serta mengajak pasien diskusi terkait aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Perawatan pasien skizofrenia membutuhkan keterlibatan keluarga serta masyarakat pada dimensi fisik serta sosial. Penelitian ini bertujuan buat mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat di pasien skizofrenia. Penelitian ini menggunakan penelusuran literatur melalui Google Schoolar tahun 2015-2021, dengan menggunakan kombinasi istilah kunci pasien skizofrenia, dukungan keluarga, kepatuhan minum obat. Hasil kajian pustaka didapatkan data pada Google Schoolar sebanyak 7 jurnal dari 357 jurnal. Berdasarkan hasil kajian pustaka secara sistematik dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien skizofrenia, karena pada umumnya pasien belum mampu mengatur serta mengetahui jadwal dan jenis obat yang akan diminum. Adanya peran keluarga dalam meningkatkan kepatuhan pasien yaitu dengan memberikan dukungan informasional, dukungan evaluasi, dukungan instrumental serta dukungan emosional. Keluarga berperan pada mengawasi dan menemani pasien saat minum obat sesuai jadwal serta dosis selama pengobatan di tempat tinggal , keluarga mengantar pasien mengantar kontrol sesuai jadwal, institusi pelayanan kesehatan memberikan penyuluhan dan promosi kesehatan guna meningkatkan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia

    Kajian pustaka pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia

    No full text
    Di Indonesia pasien skizofrenia telah melakukan pengobatan, namun tidak banyak pasien skizofrenia yang meminum obat dengan rutin, hal ini diperburuk dengan data pada tingkat nasional berupa perilaku penelantaran anggota keluarga pasien skizofrenia. Perilaku penelantaran yang dilakukan bisa berupa pemasungan anggota keluarga dengan pasien skizofrenia. Penerimaan keluarga yang kurang baik terlihat dari keluarga yang tidak pernah berusaha mencari memahami perihal penyakit dan menunjukkan keluhan pasien, terkadang berusaha mengikuti perkembangan pasien dari hari ke hari, melatih mengontrol penyakit serta mengajak pasien diskusi terkait aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Perawatan pasien skizofrenia membutuhkan keterlibatan keluarga serta masyarakat pada dimensi fisik serta sosial. Penelitian ini bertujuan buat mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat di pasien skizofrenia. Penelitian ini menggunakan penelusuran literatur melalui Google Schoolar tahun 2015-2021, dengan menggunakan kombinasi istilah kunci pasien skizofrenia, dukungan keluarga, kepatuhan minum obat. Hasil kajian pustaka didapatkan data pada Google Schoolar sebanyak 7 jurnal dari 357 jurnal. Berdasarkan hasil kajian pustaka secara sistematik dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien skizofrenia, karena pada umumnya pasien belum mampu mengatur serta mengetahui jadwal dan jenis obat yang akan diminum. Adanya peran keluarga dalam meningkatkan kepatuhan pasien yaitu dengan memberikan dukungan informasional, dukungan evaluasi, dukungan instrumental serta dukungan emosional. Keluarga berperan pada mengawasi dan menemani pasien saat minum obat sesuai jadwal serta dosis selama pengobatan di tempat tinggal , keluarga mengantar pasien mengantar kontrol sesuai jadwal, institusi pelayanan kesehatan memberikan penyuluhan dan promosi kesehatan guna meningkatkan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia

    Laporan praktik kerja profesi apoteker di Bidang Sumber Daya Kesehatan Seksi Kefarmasian dan Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Rumah Tangga Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 118, Surabaya 10 Mei 2022 - 11 Mei 2022

    No full text

    Worldwide experience of homozygous familial hypercholesterolaemia: retrospective cohort study

    No full text
    Background: Homozygous familial hypercholesterolaemia (HoFH) is a rare inherited disorder resulting in extremely elevated low-density lipoprotein cholesterol levels and premature atherosclerotic cardiovascular disease (ASCVD). Current guidance about its management and prognosis stems from small studies, mostly from high-income countries. The objective of this study was to assess the clinical and genetic characteristics, as well as the impact, of current practice on health outcomes of HoFH patients globally. Methods: The HoFH International Clinical Collaborators registry collected data on patients with a clinical, or genetic, or both, diagnosis of HoFH using a retrospective cohort study design. This trial is registered with ClinicalTrials.gov, NCT04815005. Findings: Overall, 751 patients from 38 countries were included, with 565 (75%) reporting biallelic pathogenic variants. The median age of diagnosis was 12·0 years (IQR 5·5–27·0) years. Of the 751 patients, 389 (52%) were female and 362 (48%) were male. Race was reported for 527 patients; 338 (64%) patients were White, 121 (23%) were Asian, and 68 (13%) were Black or mixed race. The major manifestations of ASCVD or aortic stenosis were already present in 65 (9%) of patients at diagnosis of HoFH. Globally, pretreatment LDL cholesterol levels were 14·7 mmol/L (IQR 11·6–18·4). Among patients with detailed therapeutic information, 491 (92%) of 534 received statins, 342 (64%) of 534 received ezetimibe, and 243 (39%) of 621 received lipoprotein apheresis. On-treatment LDL cholesterol levels were lower in high-income countries (3·93 mmol/L, IQR 2·6–5·8) versus non-high-income countries (9·3 mmol/L, 6·7–12·7), with greater use of three or more lipid-lowering therapies (LLT; high-income 66% vs non-high-income 24%) and consequently more patients attaining guideline-recommended LDL cholesterol goals (high-income 21% vs non-high-income 3%). A first major adverse cardiovascular event occurred a decade earlier in non-high-income countries, at a median age of 24·5 years (IQR 17·0–34·5) versus 37·0 years (29·0–49·0) in high-income countries (adjusted hazard ratio 1·64, 95% CI 1·13–2·38). Interpretation: Worldwide, patients with HoFH are diagnosed too late, undertreated, and at high premature ASCVD risk. Greater use of multi-LLT regimens is associated with lower LDL cholesterol levels and better outcomes. Significant global disparities exist in treatment regimens, control of LDL cholesterol levels, and cardiovascular event-free survival, which demands a critical re-evaluation of global health policy to reduce inequalities and improve outcomes for all patients with HoFH
    corecore