9 research outputs found
Uji aktivitas antiinflamasi dari ekstrak kunyit (Curcuma longa) terhadap jumlah sel PMN dan tanda klinis mata tikus yang mengalami inflamasi
Kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan secara tradisional oleh nenek moyang kita sejak lama yang mengandung kurkumin sebagai antiinflamasi. Inflamasi pada mata bisa disebabkan oleh infeksi terutama adalah bakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi melalui pengamatan jumlah sel polimorfonuklear dan tanda klinis dari ekstrak kunyit (Curcuma longa) pada mata tikus yang diinfeksi dengan Staphylococcus aureus. Tikus berjumlah 24 ekor dibagi random menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol sehat (K-), kelompok kontrol positif yang diinfeksi Staphylococcus aureus (K+), kelompok kontrol positif yang diberi ekstrak kunyit 5% (K1), kelompok kontrol positif yang diberi ekstrak kunyit 10% (K2), kelompok kontrol positif yang diberi ekstrak kunyit 20% (K3) dan kelompok kontrol positif yang diberi kloramfenikol 0,25% (KP). Mata tikus dibiarkan infeksi selama 3 hari dan diberi ekstrak kunyit selama 7 hari. Tikus dikorbankan dan diambil matanya pada hari ke-19 untuk dibuat preparat dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin serta dilakukan pengamatan jumlah sel polimorfonuklear. Uji statistik One way anova menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari ke-6 kelompok perlakuan (0,000<0,050). Hasil uji Duncan diperoleh tidak terdapat perbedaan signifikan antara K3 dan KP karena teramati terjadinya penurunan jumlah sel polimorfonuklear pada ke-2 kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kunyit 20% dapat menurunan jumlah sel radang pada mata tikus yang diinfeksi Staphylococcus aureus
Uji aktivitas antiinflamasi dari ekstrak kunyit (Curcuma longa) terhadap jumlah sel PMN dan tanda klinis mata tikus yang mengalami inflamasi
Kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan secara tradisional oleh nenek moyang kita sejak lama yang mengandung kurkumin sebagai antiinflamasi. Inflamasi pada mata bisa disebabkan oleh infeksi terutama adalah bakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi melalui pengamatan jumlah sel polimorfonuklear dan tanda klinis dari ekstrak kunyit (Curcuma longa) pada mata tikus yang diinfeksi dengan Staphylococcus aureus. Tikus berjumlah 24 ekor dibagi random menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol sehat (K-), kelompok kontrol positif yang diinfeksi Staphylococcus aureus (K+), kelompok kontrol positif yang diberi ekstrak kunyit 5% (K1), kelompok kontrol positif yang diberi ekstrak kunyit 10% (K2), kelompok kontrol positif yang diberi ekstrak kunyit 20% (K3) dan kelompok kontrol positif yang diberi kloramfenikol 0,25% (KP). Mata tikus dibiarkan infeksi selama 3 hari dan diberi ekstrak kunyit selama 7 hari. Tikus dikorbankan dan diambil matanya pada hari ke-19 untuk dibuat preparat dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin serta dilakukan pengamatan jumlah sel polimorfonuklear. Uji statistik One way anova menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari ke-6 kelompok perlakuan (0,000<0,050). Hasil uji Duncan diperoleh tidak terdapat perbedaan signifikan antara K3 dan KP karena teramati terjadinya penurunan jumlah sel polimorfonuklear pada ke-2 kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kunyit 20% dapat menurunan jumlah sel radang pada mata tikus yang diinfeksi Staphylococcus aureus