23 research outputs found

    Variasi Spasial Produksi Tanaman Pangan Non Beras sebagai Substitusi Kalori di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ketersediaan kalori penduduk Kabupaten Gunungkidul,mengetahui ketercukupan kalori pangan pokok, dan mengetahui variasi spasial tanaman panganpokok.Metode perhitungan ketercukupan kalori dengan mengetahui ketersediaan dan kebutuhan kaloridi tiap Kecamatan.Sumber data dari BPS, Gunungkidul dalam angka. Penelitian ini menggunakanasumsi bahwa tiap penduduk membutuhkan kalori yang sama, hasil produksi beras di kecamatanhanya dikonsumsi oleh penduduk di kecamatan tersebut, dan hasil produksi tanam pokok non berasjuga hanya dikonsumsi oleh penduduk di kecamatan tersebut. Teknik analisis yang digunakan adalahanalisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif secara keruangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwakebutuhan kalori di Kabupaten Gunungkidul yang paling tinggi yaitu Kecamatan Wonosari,sedangkan ketersediaan kalori beras tertinggi terdapat di Kecamatan Semin dan ketersediaan kalorinon beras tertinggi di Kecamatan Saptosari. Ketercukupan kalori menurut kecamatan di KabupatenGunungkidul secara keseluruhan telah tercukupi

    Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Fisik Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulonprogo, YOGYAKARTA

    Full text link
    Perbedaan karakteristik masyarakat pada suatu wilayah akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam program fisik PNPM Mandiri Pedesaan.. Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama, mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam program Fisik PNPM MP, kedua mengetahui perbedaan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program fisik PNPM MP, dan ketiga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.Penelitian menggunakan metode survei, dengan mengambil sampel penelitian di Kecamatan Nanggulan. Data yang terkumpul dianalisis dengan deskriptif frekuensi untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dan faktor yang mempengaruhi, dan analisis chi square untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat partisipasi antara Desa Kaya dan Desa Miskin.Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu; pertama, tingkat partisipasi masyarakat pada pada Desa Miskin lebih tinggi daripada Desa Kaya. Kedua, terdapat perbedaan tingkat partisipasi masyarakat pada Desa Kaya dan Desa Miskin. Ketiga, faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi rendah pada Desa Kaya yaitu usia produktif, tingkat pendidikan SMA keatas dan pekerjaan sebagai pegawai. Sedangkan faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi tinggi pada Desa Miskin yaitu usia produktif, tingkat pendidikan SD dan pekerjaan sebagai petani

    Angka Partisipasi Murni (Apm) Slta Sederajat Di Indonesia Tahun 2006 – 2012

    Full text link
    APM SLTA Indonesia 2006–2012 berkisar 50%, menunjukkan hampir setengah penduduk Indonesia belum tuntas SLTA. APM SLTA sederajat Indonesia perlu dilakukan untuk memberikan gambaran akses dan pemerataan pendidikan. Tujuan dari penelitian ini: (1) mengetahui capaian APM SLTA sederajat Indonesia dan (2) mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi APM SLTA sederajat Indonesia.Penelitian ini menggunakan data sekunder (BPS). Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pendekatan spasial. Tujuan penelitian pertama dilakukan dengan teknik analisa metode interval teratur Sturgess. Tujuan penelitian kedua dilakukan dengan teknik analisa regresi linear berganda 3 prediktor.Hasil penelitian: (1) Hanya 7 provinsi di Indonesia dengan pendidikan SLTA sederajat berkelas kategori tinggi (APM lebih dari 50%), yaitu N.A.D., Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, D.I. Yogyakarta, Bali, dan Kalimantan Timur. Provinsi-provinsi tersebut berkelas kategori APM tetap tinggi dari 2006-2012, disebabkan akses ke sekolah mudah, tingginya pendidikan yang telah dicapai masyarakat, dan rendahnya jumlah penduduk miskin. (2) Faktor dominan yang mempengaruhi APM SLTA sederajat di Indonesia yaitu rata-rata lama sekolah

    Tingkat Morbiditas Pekerja Anak Jalanan Di Perbatasan Kota Bekasi Dan Kota Jakarta Timur

    Full text link
    Salah satu implikasi anak masuk ke dalam dunia kerja adalah berkurangnya waktu istirahatyang berdampak pada kesehatan anak. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui morbiditaspekerja anak jalanan di perbatasan Kota Bekasi dengan Kota Jakarta Timur dan mengetahuihubungan morbiditas pekerja anak jalanan dengan karakteristik keluarga dan karakteristikanak jalanan. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatifdan statistik inferensial. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji komparasi menggunakanChi-Square. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar morbiditas pekerjaanak jalanan di perbatasan Kota Bekasi dengan Kota Jakarta Timur tergolong rendah.Karakteristik anak memiliki hubungan dengan morbiditas pekerja anak jalanan di perbatasanKota Bekasi dengan Kota Jakara Timur sedangkan karakteristik keluarga tidak memilikihubungan. Dalam penelitian ini tidak terbukti, bahwa morbiditas pekerja anak jalanantergolong tinggi dan juga tidak terbukti bahwa terdapat perbedaan perilaku anak dari tingkatpendidikan orangtua

    Studi Dinamika Cerai Kawin terhadap Jumlah Anak di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul

    Full text link
    Dinamika cerai kawin yang terjadi di suatu wilayah merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan penduduk melalui proses kelahiran atau fertilitas. Kecamatan Saptosari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gunungkidul yang memiliki kasus cerai kawin yang cukup tinggi. Perceraian dan perkawinan kembali di daerah ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu faktor usia, sosial, ekonomi hingga kekerasan dalam rumah tangga. Cerai kawin yang terjadi di Kecamatan Saptosari tentunya akan memberikan pengaruh terhadap tingkat kelahiran atau fertilitas di daerah tersebut.Penelitian ini menggunakan metode sensus dalam pengambilan data. Adapun responden yang dipilih adalah wanita yang pernah bercerai dan menikah lagi yang tinggal di Kecamatan Saptosari. Pengambilan data dilakukan terhadap 42 responden dengan menggunakan kuesioner dan metode wawancara. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif melalui pembuatan tabel dan diagram.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian cerai kawin lebih banyak terjadi pada wanita dengan usia kawin pertama yang rendah. Secara umum, tingginya angka cerai kawin di Kecamatan Saptosari tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fertilitas. Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh setiap wanita yang pernah bercerai dan menikah lagi di Kecamatan Saptosari adalah 1,8 (1-2) anak

    Distribusi Spasial Penggunaan Kontrasepsi Mantap di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul

    Full text link
    Pada tahun 2025 Indonesia diperkirakan akan menghadapi bonus demografi. Bappenas bersama BPS dan UNFPA telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia di tahun 2035 mencapai 305.652 juta jiwa. Jumlah penduduk yang terlalu tinggi akan menjadi penghambat bagi pembangunan sehingga perlu adanya kontrol dari pemerintah dengan melaksanakan program KB. Kontrasepsi mantap merupakan alat kontrasepsi yang paling efektif digunakan. Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi penggunaan kontrasepsi mantap setiap desa di Kecamatan Saptosari.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan merupakan data primer yang didapatkan dari penelitian langsung di lapangan dan data sekunder dari dinas terkait.Hasil penelitian ini yaitu distribusi penggunaan kontrasepsi mantap setiap desa terdistribusi secara mengelompok dan terletak dekat dengan jalan utama, selain itu sudah memenuhi target yang telah ditentukan oleh BKKBN

    Pemetaan Potensi Penduduk Miskin Kabupaten Bantul, YOGYAKARTA

    Full text link
    Indonesia merupakan negara yang telah lama dan tengah menghadapi permasalahan kemiskinan. Berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan belum dapat mengatasi permasalahan kemiskinan. Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan adalah bersifat memberi (top down) dalam Kenyataannya tidak cukup untuk menurunkan angka kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan seharusnya bersifat (bottom up) dengan memanfaatkan potensi penduduk untuk keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, mengetahui potensi penduduk miskin sangat penting untuk membantu program pengentasan kemiskinan dengan memanfaatkan potensi diri berupa keterampilan dan potensi wilayah dari penduduk miskin

    Dampak Keberadaan Minimarket Franchise terhadap USAha Pedagang Kelontong di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi minimarket franchise di Kecamatan Pacitan dan pedagang kelontong di sekitarnya yang berpotensi terkena dampak, mengidentifikasi karakteristik pedagang kelontong, dan mengetahui pendapat pedagang kelontong terhadap dampak berdirinya minimarket. Metodenya adalah survei, pengumpulan data dengan kuesioner serta plotting lokasi minimarket dan responden. Responden merupakan 39 orang pedagang kelontong yang sesuai kriteria. Pengolahan data menggunakan software ArcGIS (tujuan pertama), tabel frekuensi dan tabel silang (tujuan kedua dan ketiga). Analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa minimarket franchise terdistribusi di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan berada di jalur utama. Seluruh minimarket franchise tidak sesuai dengan PERDA mengenai jaraknya dengan pedagang yang telah ada sebelumnya. Responden didominasi perempuan (82,1%) dan berpendidikan terakhir SMA (61,5%). Sebagian besar responden (71,8%) merasakan dampak negatif keberadaan minimarket franchise berupa penurunan omzet perbulan, pengurangan konsumen perhari dan keduanya. Meskipun begitu, sebagian besar responden tidak memiliki strategi untuk mengatasi dampak tersebu

    Partisipasi Pelaku Pernikahan Usia Dini dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui partisipasi pelaku pernikahan usia dini dalam program Keluarga Berencana dan 2) mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pelaku pernikahan usia dini dalam program Keluarga Berencana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah crosstab dan uji aosiasi Sommer's.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Mayoritas wanita pelaku pernikahan usia dini di Kecamatan Wonosari turut berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana yaitu sebanyak 73,3 persen sedangkan 26,7 persen sisanya tidak berpartisipasi, namun di Kecamatan Saptosari pelaku pernikahan usia dini yang menjadi akseptor lebih rendah dibanding dengan yang menjadi non-akseptor, yaitu masing-masing sebesar 46,67 persen dan 53,33 persen. 2) Faktor yang berhubungan dengan partisipasi pelaku pernikahan usia dini dalam program Keluarga Berencana di Kecamatan Wonosari adalah tingkat pengetahuan dan persepsi terhadap program KB, sedangkan di Kecamatan Saptosari faktor yang berhubungan adalah tingkat pengetahuan dan akses pelayanan KB

    Pengetahuan Hiv/aids Dan Penyakit Menular Seksual Warga Binaan Pemasyarakatan Pada Rumah Tahanan Negara Wates

    Full text link
    HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual menjadi isu penting secara nasional maupuninternasional karena jumlah penderita HIV/AIDS dan penyakit menular seksual yang semakinbertambah dari tahun ke tahun.Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui sejauh mana pengetahuan HIV/AIDS dan PenyakitMenular Seksual Warga Binaan Pemasyarakatan Rumah Tahanan Negara Wates, (2) Mengetahuikarakteristik demografi (umur), ekonomi sosial (pekerjaan utama dan pendidikan), wilayah (Daerahasal) dan lama tinggal di Rumah Tahanan Negara yang membedakan Pengetahuan HIV/AIDS danPenyakit Menular Seksual (PMS)Pengetahuan HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual warga Binaan Rumah Tahanan Negarawates adalah tinggi (14,99). Faktor yang membedakan pengetahuan HIV/AIDS dan penyakit MenularSeksual Warga Binaan Pemasyarakatan Rumah Tahanan Negara Wates adalah umur, tingkatpendidikan, pekerjaan utama. Warga Binaan Pemasyarakatan yang berumur muda, memiliki tingkatpendidikan yang tinggi dan bekerja disektor non pertanian memiliki tingkat pengetahuan HIV/AIDSdan Penyakit menular seksual yang lebih tingg
    corecore